Sepanjang tahun 2019, Kabupaten Malang, Jawa Timur, kembali surplus beras hingga 85.864 ton. Jumlah itu naik 7,78 persen dibandingkan dengan surplus setahun sebelumnya, yang mencapai 79.669 ton.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Sepanjang 2019, Kabupaten Malang, Jawa Timur, kembali surplus beras hingga 85.864 ton. Jumlah itu naik 7,78 persen dibandingkan dengan surplus setahun sebelumnya, yang mencapai 79.669 ton. Kemarau panjang dalam setahun terakhir memicu peningkatan itu.
Berdasarkan pengamatan, kondisi tanaman padi di Malang saat ini bervariasi. Di daerah Kecamatan Pakisaji, misalnya, sebagian petani tengah panen. Sementara di daerah lainnya ada yang baru tanam atau tanaman padinya baru saja berbuah.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Malang Nasri Abdul W, Rabu (8/1/2020), mengatakan, produksi padi di wilayahnya sepanjang 2019 mencapai 510.091 ton gabah kering giling (GKG). Angka ini lebih besar dibandingkan dengan tahun 2018, 498.154 ton GKG.
”Masa berakhirnya musim kemarau kemarin mundur. Panas membuat kualitas panen tinggi. Sementara kondisi air cukup tersedia sepanjang tahun. Ada beberapa aliran sungai yang tidak sampai surut sehingga dampaknya ke tanaman padi bagus,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, luas lahan sawah di Kabupaten Malang tahun 2018 mencapai 45.888 hektar. Luas lahan yang teraliri irigasi teknis mencapai 28.393 (hektar), semiteknis (11.593 hektar), dan irigasi sederhana (6.479 hektar).
Selain cuaca, menurut Nasri, sepanjang tahun 2019 tidak ada perbaikan saluran irigasi. Berbeda dengan tiga tahun lalu, ada perbaikan saluran irigasi di Malang sehingga membuat sebagian sawah mengalami kendala tanam.
”Serangan hama tahun 2019 juga tidak begitu banyak sehingga dampaknya pada padi puso cukup kecil,” katanya.
Serangan hama tahun 2019 juga tidak begitu banyak sehingga dampaknya pada padi puso cukup kecil. (Nasri Abdul)
Disinggung target tahun 2020, Nasri berharap panen petani bisa kembali surplus. Namun, melihat kondisi cuaca yang lebih basah, angka surplusnya diperkirakan hanya 4-5 persen dari sebelumnya. Ada beberapa upaya untuk mencapai target itu, salah satunya pengembangan benih unggul padi hibrida dengan produksi 14,4 ton per hektar.
”Kabupaten Malang sedang mengembangkan benih unggul padi hibrida. Dibantu pengawalan ketersediaan pupuk, harapannya target surplus tahun ini bisa dicapai,” ujarnya.
Pengurus Kontak Tani Nelayan Andalan Kabupaten Malang Ali Masjudi membenarkan cuaca panas sepanjang tahun 2019 berpengaruh positif terhadap hasil panen di Malang. Bulir padi menjadi lebih berisi.
Ali juga mengatakan, pihaknya tidak mendengar keluhan dari anggota soal terkait dampak kemarau, termasuk masalah kekurangan air. ”Harapannya, tahun ini petani kembali mendapati cuaca yang kondusif dan ketersediaan pupuk lebih lancar, tidak ada pembatasan pupuk bersubsidi di tingkat pengecer seperti pertengahan 2019,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Seksi Produksi Tanaman Pangan Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Malang Benedito Da Costa, mengatakan, kemarau panjang selama 2019 tidak berdampak signifikan di Malang. Kemarau hanya berpengaruh terhadap petani di lahan kering yang mengandalkan air hujan.
Sementara pasokan air irigasi sepanjang 2019 mencukupi untuk lahan sawah. Menurut Benedicto luas tanam periode Oktober 2018-September 2019 berlangsung optimal. Total luas tanam periode ini mencapai 75.000 hektar. Angka ini meningkat dari periode Oktober 2017-September 2018 yang hanya 74.552 hektar.