Longsor kembali terjadi di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Rabu (8/1/2020) malam. Longsor terjadi di empat titik di sepanjang tanjakan Sikelir, Kecamatan Wanayasa, sehingga akses menuju Dieng tertutup total.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
BANJARNEGARA, KOMPAS — Longsor kembali terjadi di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Rabu (8/1/2020) malam. Longsor terjadi di empat titik di sepanjang tanjakan Sikelir, Kecamatan Wanayasa, sehingga akses menuju Dieng tertutup total. Longsor juga terjadi di Desa Slatri, Karangkobar, Kamis (9/1/2020) pagi, dan menutup jalan provinsi yang menghubungkan Banjarnegara dengan Pekalongan.
”Di tanjakan Sikelir ini dengan panjang sampai 1 kilometer ada 4 titik longsor. Tebing setinggi 10-15 meter longsor menutup jalan provinsi,” kata Camat Wanayasa Yogo Pramono, Kamis pagi, saat dihubungi dari Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah.
Tidak ada rumah di atas tebing. Kebanyakan ditanami kentang dan kubis, juga rumpun bambu.
Yogo mengatakan, longsor terjadi pada Rabu pukul 22.23 akibat hujan deras yang mengguyur wilayah itu. ”Tidak ada rumah di atas tebing. Kebanyakan ditanami kentang dan kubis, juga rumpun bambu,” tuturnya.
Yogo menyampaikan, proses pembersihan material longsor dilakukan dengan cara gotong royong warga dan dibantu satu alat berat. ”Selain material tanah, ada juga pohon-pohon dari kebun warga yang ikut terbawa longsor dan melintang di jalan,” katanya. Kendaraan yang akan menuju Dieng atau sebaliknya disarankan melewati jalur alternatif melalui Pejawaran.
Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banjarnegara Andri Sulistyo menambahkan, selain di Sikelir, longsor juga terjadi di 11 titik lainnya.
Lokasi longsor terdapat di 7 lokasi yang tersebar di Slatri, Binangun, Ambal, Leksana (Karangkobar), Sumberejo (Pejawaran), 2 titik di Desa Kalisat (Kalibening), dan Princingan (Batur). ”Sejak sore hingga malam hari terjadi beberapa longsor di wilayah Banjarnegara, sebagian besar wilayah utara Banjarnegara,” kata Andri.
Pendataan
Andri menyampaikan, pendataan dan penanganan darurat masih dilakukan oleh BPBD Banjarnegara dan instansi terkait. ”Dimohon semua masyarakat untuk selalu waspada dan berhati-hati ketika hujan mulai turun karena cuaca ekstrem diprediksi akan terus ada hingga Februari 2020,” paparnya.
Dari Purbalingga, hujan lebat juga menyebabkan debit air Sungai Gintung meningkat sehingga krib (bangunan pengatur arus sungai) bronjong penahan arus sungai hanyut. Kepala BPBD Kabupaten Purbalingga Umar Faozi, dalam keterangan tertulis, menyebutkan, krib bronjong yang baru dipasang pada 9 November 2019 hanyut terbawa arus sungai yang cukup deras di Dusun Sambirata, Desa Wanogara Kulon, Purbalingga.
Umar menyebutkan, dampak dari hilangnya penahan arus tersebut lahan pertanian warga terus tergerus aliran. Bahkan, air sungai terkadang naik hingga menggenangi area persawahan warga setempat. ”Lahan tergerus akibat air Sungai Gintung terlalu besar dan sungai mengalami banyak delta dan pendangkalan,” ujarnya.