Angin Puting Beliung Terjang Belasan Rumah di Karawang
Hujan lebat disertai angin kencang melanda sejumlah daerah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Kamis (9/1/2020). Akibatnya, belasan rumah rusak dan pohon tumbang. Tidak ada korban tewas dalam musibah ini.
Oleh
MELATI MEWANGI
·2 menit baca
KARAWANG, KOMPAS - Hujan lebat disertai angin kencang melanda sejumlah daerah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Kamis (9/1/2020). Akibatnya, belasan rumah rusak dan pohon tumbang. Tidak ada korban tewas dalam musibah ini.
Mulyanto (27), petugas museum Situs Batujaya di Kecamatan Batujaya, Karawang, mengatakan hujan lebat menerpa kawasan kompleks situs bersejarah pada Kamis lalu. Pada malam hari, angin kencang menerjang pohon besar yang ditanam di sekitar museum.
"Ada dua pohon besar yang tumbang, yaitu pohon cemara dan besiah," ujarnya, Jumat (10/1/2020) siang.
Pohon tersebut tumbang dan merobohkan pagar depan museum. Beruntung tidak ada korban saat peristiwa itu terjadi. Angin kencang juga menerpa bagian utara Karawang di Desa Sungaibuntu, Kecamatan Pedes, Karawang.
Camat Pedes Furqon Jalaludin menuturkan, mayoritas atap rumah warga berterbangan dan runtuh. Namun tiidak ada korban tewas dalam kejadian ini. "Warga tidak mengungsi, masih bertahan di rumahnya masing-masing," ucapnya.
Ada dua pohon besar yang tumbang, yaitu pohon cemara dan besiah, ujar Mulyanto
Kepala Bagian Kedaruratan dan Logistik BPBD Karawang Ruchimat menambahkan, ada sebelas rumah yang mengalami kerusakan akibat angin puting beliung. Seluruhnya masuk dalam kategori rusak sedang. Kerugian yang diperkirakan mencapai Rp 35juta.
Dikutip dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika terkait potensi cuaca ekstrem hingga tanggal 12 Januari 2020, yakni masih adanya potensi hujan lebat karena berkurangnya pola tekanan rendah di Belahan Bumi Utara (BBU) dan meningkatnya pola tekanan rendah di wilayah Belahan Bumi Selatan (BBS) mengindikasikan terjadinya peningkatan aktivitas Monsun Asia.
Massa udara basah
Monsun ini dapat menyebabkan penambahan massa udara basah di wilayah Indonesia, meningkatnya pola tekanan rendah di BBS (sekitar Australia) dapat membentuk pola konvergensi (pertemuan massa udara) dan belokan angin menjadi signifikan meningkatkan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia terutama di bagian selatan ekuator.
"Berdasarkan model prediksi, aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) fase basah diprediksi mulai aktif di sekitar wilayah Indonesia selama periode sepekan ke depan, kondisi ini dapat meningkatkan potensi pembentukan awan hujan cukup signifikan di wilayah Indonesia," kata Deputi Bidang Meteorologi R Mulyono R Prabowo dalam keterangan tertulisnya.
Bencana hidrometeorologi pun rentan terjadi. Masyarakat diimbau agar tetap waspada terhadap dampak yang dapat ditimbulkan seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, dan pohon tumbang.