Pariwisata menjadi penggerak utama perekonomian Bali. Untuk menjaga keberlanjutan sekaligus mengembangkan pariwisata, potensi sektor wisata minat khusus seperti pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran digarap serius.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Pariwisata menjadi penggerak utama perekonomian Bali. Untuk menjaga keberlanjutan dan sekaligus mengembangkan pariwisata Bali, potensi sektor wisata minat khusus seperti pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran (MICE) berpeluang digarap lebih optimal selain mengandalkan sektor wisata lain.
Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Bali I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya mengatakan sektor wisata MICE memiliki keunggulan, di antaranya masa tinggal yang lebih lama dan rata-rata pengeluaran yang lebih besar dibandingkan dengan sektor wisata lainnya.
Bali, menurut Suryawijaya, memiliki kesiapan sebagai destinasi MICE, baik sarana akomodasi, fasilitas MICE, hingga atraksi ataupun atraksi dan obyek wisata yang dapat dikunjungi wisatawan MICE.
”Wisata MICE memberikan dampak yang jauh lebih besar dibandingkan dengan wisata untuk leisure umumnya,” kata Suryawijaya yang juga Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Kabupaten Badung, Jumat (10/1/2020).
Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik Provinsi Bali periode Januari 2020, rata-rata lama menginap tamu asing di hotel berbintang di Bali umumnya tiga hari (3,08 hari), sedangkan tamu Indonesia umumnya menginap selama dua hari (2,16 hari). Adapun jumlah wisatawan asing yang langsung ke Bali selama Januari hingga November 2019 mencapai 5,738 juta kunjungan.
”Wisata MICE memberikan dampak yang jauh lebih besar dibandingkan dengan wisata untuk leisure umumnya,” kata Suryawijaya
Adapun Ketua DPD Society of Indonesia Professional Convention Organizers (SIPCO) Bali Putu Juarez Robin Putra mengungkapkan, MICE merupakan sektor wisata berkualitas dan berpotensi besar. Selain Jakarta, menurut Juarez, Bali merupakan daerah wisata di Indonesia yang memiliki kelengkapan fasilitas dan sarana akomodasi serta aksesibilitas yang dibutuhkan sektor wisata MICE.
”Sektor wisata MICE ini sangat positif untuk Bali dan hal ini perlu didukung pemerintah,” kata Juarez dalam diskusi pariwisata Bali bertajuk Pariwisata Dalam Angka di Kantor Badan Promosi Pariwisata Daerah Bali di Denpasar, Jumat. Diskusi di Kantor BPPD Bali itu menghadirkan Juarez bersama akademisi Universitas Udayana Putu Saroyeni Priartini dan Ketua DPD Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Bali I Nyoman Nuarta sebagai narasumber.
Saroyeni, yang juga anggota Dewan Penentu Kebijakan BPPD Bali, mengatakan, industri pariwisata Bali berkarakteristik pariwisata budaya dan hal itu menarik wisatawan dari sejumlah negara, terutama dari kawasan Eropa, Asia, dan India. Berdasarkan survei terhadap wisatawan India, menurut Saroyeni, kedatangan wisatawan India ke Bali tidak hanya untuk berlibur atau rekreasi, tetapi juga untuk keperluan perdagangan dan bisnis.
”Sektor wisata MICE ini sangat positif untuk Bali dan hal ini perlu didukung pemerintah,” kata Juarez
”India termasuk dalam lima besar negara asal wisatawan yang berkunjung ke Bali,” kata Saroyeni dalam diskusi ”Pariwisata Dalam Angka” di Kantor BPPD Bali, Denpasar, Jumat. Dengan jumlah kunjungan ke Bali mencapai 334.529 orang selama Januari hingga November 2019, wisatawan India mencapai 5,85 persen dari total wisatawan mancanegara ke Bali selama periode tersebut.
Kuta favorit
Dalam diskusi di Kantor BPPD Bali tersebut, Saroyeni juga menyatakan, Kuta masih menjadi pilihan utama dari wisatawan yang berkunjung ke Bali. Setelah Kuta, Ubud merupakan destinasi favorit lainnya. Secara umum, menurut Saroyeni, pantai di kawasan Badung dan Denpasar menjadi destinasi paling menarik minat wisatawan ke Bali.
Secara terpisah, Suryawijaya mengatakan, fasilitas dan akomodasi pariwisata lebih lengkap dan lebih banyak berada di kawasan Bali selatan, termasuk di Badung dan Denpasar.
Dari sisi kamar hotel, misalnya, jumlah kamar hotel di Badung diperkirakan mencapai 70 persen dari keseluruhan kamar hotel di Bali yang sekitar 140.000 kamar. ”Rata-rata keterisian kamar hotel di Bali mencapai 65 persen,” kata Suryawijaya.
Suryawijaya menambahkan, alam dan budaya menjadi daya tarik pariwisata Bali dan pariwisata menjadi andalan perekonomian Bali. Oleh karena itu, menurut Suryawijaya, pemeliharaan dan pelestarian alam dan budaya di Bali menjadi penting.
”Pemasaran potensi pariwisata Bali melalui promosi tetap harus dijalankan. Sejalan itu, perbaikan destinasi dan fasilitas pariwisata di Bali juga menjadi tugas penting,” ujar Suryawijaya.