Banjir di Karawang Surut, Warga Mulai Bersihkan Rumah
Banjir di sejumlah desa di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Sabtu (11/1/2020) berangsur surut. Warga mulai membersihkan rumah dari lumpur sisa banjir. Namun, mereka diimbau tetap waspada dengan potensi banjir susulan.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
KARAWANG, KOMPAS - Banjir di sejumlah desa di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Sabtu (11/1/2020) siang berangsur surut. Warga pun mulai membersihkan rumah dari lumpur sisa banjir. Mereka diimbau tetap waspada dengan potensi banjir susulan.
Sebanyak 12 desa di Kecamatan Cilamaya Wetan, Karawang, pada Kamis dan Jumat (9-10/1/2020), dilaporkan terendam banjir. Ketinggian air mulai dari 30 sentimeter (cm) hingga 70 cm. Banjir terjadi akibat luapan Sungai Cilamaya.
Pantauan pada Sabtu siang, banjir yang melanda 11 desa, berangsur surut. Hanya tinggal di Desa Muara, Kecamatan Cilamaya Wetan yang masih terendam banjir setinggi 40-50 cm.
Udin (35), warga Kampung Cipancuh, Desa Tegalwaru, Kecamatan Cilamaya Wetan, tampak sibuk mengepel sisa lumpur di depan teras rumahnya. Sejak Jumat malam, ia dan keluarga sibuk membersihkan rumah yang terendam air sekitar 10 cm. Udin cukup beruntung karena rumah lain di sekitarnya digenangi air hingga 30 cm.
Yani(25), warga lain, juga tengah membersihkan rumahnya di sebelah saluran irigasi yang terhubung ke Bendung Barugbug. Jika hujan datang, ia dan keluarganya mengungsi ke rumah kerabat.
Pascabanjir, warga kini direpotkan membersihkan sisa lumpur di rumah mereka. Surutnya air didukung dengan cuaca cerah. Sekitar pukul 12.00, sejumlah warga menjemur pakaian di depan rumah. Sebagian lagi tampak mencuci peralatan yang kotor.
Namun, sekitar pukul 13.30, hujan disertai angin kencang kembali melanda Kecamatan Cilamaya Wetan. Saat bekas banjir belum benar-benar kering, air kembali datang. Jalan Raya Cilamaya-Cikalong kembali tergenang meski tidak setinggi sebelumnya.
Camat Cilamaya Wetan Basuki Rachmat menyebutkan, banjir luapan Sungai Cilamaya tahun ini dinilai merupakan yang terparah karena berdampak luas. "Banjir kiriman ini sudah datang dua kali dalam sepuluh hari. Posisi kami di hilir, tentu air mengalir deras ke lokasi kami," ucap dia.
Meski mulai surut, ia tetap mengimbau warganya tetap waspada sebab potensi banjir susulan mungkin terjadi. Hal ini sejalan dengan peringatan dini oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika terkait potensi cuaca ekstrem hingga 12 Januari.
Dalam keterangan tertulisnya, Deputi Bidang Meteorologi BMKG R Mulyono R Prabowo mengatakan, masih adanya potensi hujan lebat karena berkurangnya pola tekanan rendah di belahan bumi utara dan meningkatnya pola tekanan rendah di wilayah belahan bumi selatan yang mengindikasikan terjadinya peningkatan aktivitas Monsun Asia.
Monsun tersebut menyebabkan penambahan massa udara basah di wilayah Indonesia. Selain itu, peningkatan pola tekanan rendah di sekitar Australia juga dapat membentuk pertemuan massa udara sehingga meningkatkan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia terutama di bagian selatan ekuator.
Ia menambahkan, aktivitas Madden Julian Oscillation fase basah diprediksi mulai aktif di sekitar wilayah Indonesia sepekan ke depan. Kondisi ini dapat meningkatkan potensi pembentukan awan hujan cukup signifikan di wilayah Indonesia. Bencana hidrometeorologi pun rentan terjadi.