Relokasi Korban Banjir Bandang di Labuhanbatu Utara Disiapkan
Pemerintah menyiapkan relokasi hunian dan ladang untuk korban banjir bandang di Desa Pematang dan Hatapang, Kecamatan Na IX-X, Kabupaten Labuhanbatu Utara. Jumlah keluarga yang akan direlokasi kini tengah didata.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
AEK KANOPAN, KOMPAS — Pemerintah pusat dan daerah menyiapkan relokasi hunian dan ladang untuk korban banjir bandang di Desa Pematang dan Hatapang, Kecamatan Na IX-X, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara. Jumlah keluarga yang akan direlokasi kini tengah didata.
”Masa tanggap darurat hari ini telah berakhir. Kami akan mulai menyiapkan program relokasi, perbaikan infrastruktur, dan pemulihan ekonomi masyarakat,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut Riadil Akhir Lubis, Sabtu (11/1/2020).
Ia menyebutkan, seluruh permukiman di daerah rawan bencana banjir di bantaran Sungai Siria-Sia akan direlokasi ke tempat yang lebih aman. BPBD akan mendata ulang rumah yang akan direlokasi. Masyarakat korban banjir bandang juga telah setuju untuk direlokasi.
Dalam program tersebut, lanjut Riadil, Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara akan menyiapkan lahan untuk relokasi hunian dan ladang warga. Sementara pemerintah provinsi bersama pemerintah pusat akan membiayai pembangunan rumah. ”Program relokasi ini akan segera dimulai dalam waktu dekat ini,” ucapnya.
Riadil mengatakan, sejak banjir bandang menerjang desa tersebut pada Minggu (29/12/2019) dini hari, ekonomi masyarakat setempat sangat terpuruk. Material banjir bandang berupa lumpur, batu, dan batang pohon menumpuk di jalan, permukiman, hingga di dalam rumah. Akses jalan sempat terputus karena longsor di beberapa lokasi dan jembatan putus. Sebanyak 15 hektar ladang warga juga rusak diterjang banjir bandang.
Riadil menuturkan, selama masa tanggap darurat, pemerintah telah membuka jalan ke Desa Pematang yang sempat putus karena longsor sepanjang 100 meter dengan ketinggian 5 meter. Petugas membuka jalan alternatif melalui ladang warga. Desa Pematang pun kini bisa diakses dengan sepeda motor dan mobil.
”Namun, Desa Hatapang hingga kini hanya bisa diakses dengan sepeda motor karena tanah longsor dan jembatan putus belum bisa diperbaiki. Dua alat berat masih terus bekerja untuk membuka jalan darurat ke Hatapang,” lanjutnya.
Dalam masa pemulihan, kata Riadil, mereka juga akan berfokus memperbaiki infrastruktur jembatan dan jalan. Mereka juga membersihkan rumah dan ladang warga. Pemerintah berharap, ekonomi masyarakat bisa berjalan kembali. Sebagian besar masyarakat merupakan petani.
Bupati Labuhanbatu Utara Khairuddin Syah Sitorus mengatakan, pihaknya masih mendata jumlah keluarga yang akan direlokasi dari Desa Pematang dan Hatapang. ”Kami juga akan menyiapkan lahan untuk relokasi rumah dan ladang warga dari daerah rawan bencana banjir bandang,” ucapnya.
Khairuddin mengatakan, banjir bandang belum pernah terjadi di wilayah tersebut. Bencana diduga terjadi karena kerusakan hutan di hulu sungai. Banjir itu pun membawa sejumlah pohon dan batu berdiameter lebih dari 1 meter.
Koordinator Pos SAR Tanjung Balai dan Asahan Bobi Purba mengatakan, operasi pencarian korban hilang pada peristiwa banjir bandang itu telah dihentikan. Selama pencarian, mereka menemukan tiga korban meninggal, yakni seorang ibu, Cahaya Nasution (27), serta dua anaknya, Reni Y Sipahutar (7) dan Irul Sipahutar (4).
Sementara dua korban lagi dinyatakan hilang, yakni Ahmad A Sipahutar (ayah) dan Reja Sipahutar (anak). Lima korban yang masih satu keluarga itu hanyut bersama rumah mereka yang diterjang banjir bandang. Tim SAR gabungan melakukan pencarian hingga lebih dari 30 kilometer dari lokasi awal.