Cuaca Buruk, Puluhan Warga Kepulauan di NTT Tertahan di Kupang
Puluhan warga kepulauan di Nusa Tenggara Timur tertahan di Kota Kupang, setelah merayakan Natal dan Tahun Baru bersama anggota keluarga di Kupang.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS - Puluhan warga kepulauan di Nusa Tenggara Timur tertahan di Kota Kupang, setelah merayakan Natal dan Tahun Baru bersama anggota keluarga di Kupang. Cuaca buruk sejak 25 Desember sampai hari ini menyebabkan semua perlintasan feri tidak beroperasi, sementara harga tiket pesawat antarpulau di NTT ikut naik.
Direktur Yayasan Masyarakat Pinggiran (Sampira) Nusa Tenggara Timur (NTT) Dominggus di Kupang, Minggu (12/1/2020) mengatakan, sebagai provinsi kepulauan, terdapat 1.192 pulau, yang 760 sudah diberi nama, sementara 432 belum punya nama. Jumlah pulau yang berpenghuni di NTT sebanyak 543 unit tersebar di 22 kabupaten/kota.
“Setiap Natal dan Tahun Baru tiba, masyarakat dari pulau-pulau terdekat datang ke Kota Kupang, untuk merayakan bersama anggota keluarga dengan jumlah ratusan orang," kata Domingus.
Hal itu terlihat dari sejumlah kendaraan menggunakan nomor kode polisi dari daerah kepulauan seperti Flores dengan kode EB dan Sumba ED. Sebagian sudah pulang ke pulau masing-masing dengan pesawat dan yang lain ada yang menggunakan kapal Pelni yang memiliki jadwal singgah di pulau itu.
Calon penumpang feri biasanya membawa kendaraan roda empat atau roda dua. Mereka terpaksa menunggu feri agar kendaraan bisa diangkut ke pulau tujuan. Jumlah warga kepulauan yang tertahan 50-70 orang, dengan jumlah kendaraan roda empat yang tercatat “Sampira” sebanyak 15 unit, belum termasuk kendaraan roda dua.
Saya memilih menggunakan kapal milik PT Pelni. Kami puluhan orang dari Kupang hendak ke Rote, ikut KM Awu, 8 Januari 2020. Tetapi ketika memasuki perairan selat Pukuafu kapal dihadang cuaca ekstrim dengan ketinggian gelombang 6 meter. Kapal milik PT Pelni ini pun kembali ke Kupang dan melanjutkan perjalanan ke tempat lain,kata Maksi.
Dominggus mengaku memiliki tiga anggota keluarga, warga Sikka, yang masih tertahan di Kupang. Setiap hari, mereka harus mengecek jadwal keberangkatakan Feri dan kapal milik PT Pelni rute Kupang-Maumere atau Kupang-Larantuka. Jika mengikuti rute Kupang- Larantuka, mereka akan melanjutkan perjalanan darat menuju Sikka.
Puluhan warga itu berasal dari 16 kabupaten kepulauan yang merayakan Natal dan Tahun Baru di Kupang. Jumlah delapan kabupaten di Pulau Flores, Kabupaten Lembata, Alor, Rote Ndao, empat kabupaten di Pulau Sumba, dan Kabupaten Sabu Raijua. Saat ini mereka menetap di rumah anggota keluarga masing-masing.
Maksi Anin (46) warga Rote mengatakan, sejak 15 Desember 2019 berada di Kota Kupang, mengunjungi anak dan saudaranya, sekaligus merayakan Natal dan Tahun Baru bersama. Tetapi sampai hari ini belum kembali ke Rote karena khawatir cuaca buruk di laut saat berlayar menggunakan Feri.
“Saya memilih menggunakan kapal milik PT Pelni. Kami puluhan orang dari Kupang hendak ke Rote, ikut KM Awu, 8 Januari 2020. Tetapi ketika memasuki perairan selat Pukuafu kapal dihadang cuaca ekstrim dengan ketinggian gelombang 6 meter. Kapal milik PT Pelni ini pun kembali ke Kupang dan melanjutkan perjalanan ke tempat lain,”kata Maksi.
Ia mengatakan, penerbangan Kupang-Rote hanya 15 menit, butuh biaya sekitar Rp 400.000 per penumpang. Hanya selama penerbangan kabut tebal disertai angin dan hujan deras, sehingga penerbangan ke Rote dua hari terakhir batal.
Penerbangan ke arah Pulau Flores, Sumba, dan Lembata relatif lebih normal tetapi kadang mengalami penundaan 1-3 jam karena menunggu kondisi cuaca agak cerah. Tiket pesawat antara pulau di NTT pun sampai Rp 1,4 juta per penumpang, sebagian warga memilih menggunakan kapal laut.
Manajer Operasi PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Kupang Hermin Welkis mengatakan, sesuai informasi BMKG Kupang sampai 15 Januari 2020, cuaca di perairan NTT belum bisa dilalui feri, kecuali kapal Pelni. Itu pun kapal Pelni hanya bisa melalui perairan Laut Sawu, dan Laut Flores. Perairan Laut Timor, Sabu, Rote, dan Sumba masih sulit dilalui.