Daun dan Ranting Hasil Pemangkasan Pohon di Surabaya Didaur Ulang
Daun dan ranting hasil pemangkasan ratusan pohon di Surabaya, Jawa Timur, akan didaur ulang. Sampah organik itu akan diolah menjadi barang-barang bermanfaat seperti pupuk kompos serta bahan baku kerajinan tangan.
Oleh
IQBAL BASYARI
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Daun dan ranting hasil pemangkasan ratusan pohon di Surabaya, Jawa Timur, akan didaur ulang. Sampah organik itu akan diolah menjadi barang-barang bermanfaat seperti pupuk kompos serta bahan baku kerajinan tangan.
Kepala Seksi Ruang Terbuka Hijau Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Kota Surabaya Rochim Yuliadi, Senin (13/1/2020) di Surabaya mengatakan, seluruh daun, dahan, dan ranting hasil pemangkasan tidak akan dibuang. Bagian-bagian pohon tersebut akan didaur ulang menjadi barang bernilai guna.
“Daun akan diolah menjadi pupuk kompos, sedangkan dahan dan ranting akan dimanfaatkan untuk bahan baku kerajinan tangan,” katanya.
Setiap hari, DKRTH melakukan pemangkasan secara rutin. Namun selama satu pekan terakhir, pemangkasan dilakukan lebih intensif seiring cuaca ekstrem. Ada sekitar 350 pohon dipangkas untuk mencegah tumbang saat angin kencang melanda.
Pemangkasan massal pada Sabtu-Minggu (11-12/1) di Jalan Ahmad Yani dan Jalan Raya Darmo yang dilakukan pada 97 pohon peneduh, misalnya menghasilkan 320 meter kubik daun. Pohon yang dipangkas, antara lain berjenis angsana, trembesi, bintaro, flamboyan, serta akasia.
Rochim mengatakan, seluruh daun hasil pemangkasan akan dibawa ke pusat daur ulang Jambangan. Kemudian, dahan dan ranting akan dibawa ke pengelolaan sampah dan limbah di Keputih untuk dimanfaatkan menjadi kerajinan meja, kursi, dan mebel.
“Pupuk kompos hasil daur ulang dimanfaatkan untuk pupuk tanaman-tanaman di Surabaya sehingga mampu menekan biaya perawatan tanaman,” ucapnya.
Kepala Bidang Ruang Terbuka Hijau dan Penerangan Jalan Umum DKRTH Kota Surabaya Hendri Setianto mengatakan, pemangkasan dilakukan untuk mengantisipasi pohon tumbang. Beban pohon dikurangi sehingga jika terjadi angin kencang tidak sampai tumbang.
Terlebih, pekan lalu, dua pengendara motor tewas akibat tertimpa pohon tumbang. Kedua korban, Tan Tiong Tjing (49) dan Elisa (47) tertimpa pohon saat sedang mengendarai motor melintasi Jalan Johar.
“Secara bertahap, pohon angsana akan dikurangi dan digantikan pohon lain karena usianya lebih dari 40 tahun sehingga sudah lapuk dan berpotensi tumbang,” katanya.
Pohon-pohon angsana di Surabaya mulai ditanam sejak 1970-an karena saat itu Pemkot Surabaya gencar menanam tanaman peneduh. Pohon angsana tersebut banyak ditemukan di sejumlah ruas jalan di Surabaya, seperti Jalan Ahmad Yani, Jalan Raya Darmo, dan Jalan Kertajaya.
”Nanti, dari tiga pohon angsana dalam satu tempat, satu pohon di tengah akan ditebang dan diganti tanaman perindang lain yang kuat dan memiliki akar tunggang,” kata Hendri.
Pihaknya akan menyiapkan tanaman pengganti, antara lain mahoni (Swietenia mahagoni), tabebuya (Tabebuia sp), dan sepatu dea (Spathodea sp). Tanaman tersebut dipilih karena kuat dan bunganya dapat mempercantik kota.