Sejumlah tanggul Sungai Tuntang, antara lain, di Kabupaten Demak dan Grobogan, Jawa Tengah, jebol dan menyebabkan banjir dalam beberapa hari terakhir. Warga pun diimbau tidak menanami dan membuat akses ke sungai.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
DEMAK, KOMPAS — Sejumlah tanggul Sungai Tuntang, antara lain di Kabupaten Demak dan Grobogan, Jawa Tengah, jebol dan menyebabkan banjir dalam beberapa hari terakhir. Warga pun diimbau tidak menanami dan membuat akses ke sungai serta melakukan patroli guna mengecek kondisi tanggul.
Salah satu tanggul jebol, yakni di Desa Trimulyo, Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak, Kamis (9/1/2020), membuat lebih dari 2.500 jiwa terdampak. Pada Senin (13/1/2020), banjir di permukiman mulai surut, tetapi menyisakan lumpur. Sementara bantaran sungai dan tanggul yang jebol dipadatkan menggunakan alat berat.
Berdasarkan pantauan, warga mulai membersihkan rumah dari lumpur. Namun, posisi halaman yang rendah membuat lumpur masih menggenang sekitar 20 cm. Sementara di Desa Tlogorejo dan Turitempel, air masih menggenang 10-20 cm, terutama di jalan. Kendaraan yang lewat pun melaju pelan.
Salah seorang warga, Markom (47), mengatakan, banjir perlahan surut pada Minggu (12/1/2020) malam. ”Minggu siang masih sekitar 50 cm, tetapi sekarang sudah surut. Tinggal membersihkan lumpurnya. Keluarga saya masih di pengungsian. Pulang ke rumah kalau sudah benar-benar aman,” katanya.
Warga lainnya, Sunaryo (58), menuturkan, meski banjir sudah surut, akses masih terhambat karena di sejumlah titik di antara jalan raya dan Desa Trimulyo masih tergenang. Ia pun berharap penanganan tanggul segera tuntas. Sebab, hujan deras diperkirakan masih akan terjadi hingga Februari sehingga masih ada rasa khawatir.
Minggu siang masih sekitar 50 cm, tetapi sekarang sudah surut. Tinggal membersihkan lumpurnya. Keluarga saya masih di pengungsian. Pulang ke rumah kalau sudah benar-benar aman.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Demak Agus Nugroho mengatakan, dengan surutnya banjir, yang dilakukan selanjutnya pembersihan. ”Kalau rumah sudah siap, kami akan tarik warga yang di pengungsian untuk bersih-bersih bersama. Selama 3-4 hari ke depan masa pemulihan,” katanya.
Tidak mengganggu
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, fungsi tanggul ialah sebagai penahan dan pengaman agar air sungai tak melimpas ke permukiman yang posisinya lebih rendah. Karena itu, ia meminta warga untuk tidak mengutak-atik tanggul, seperti ditanami dan dibuat akses menuju sungai. Tanggul perlu dirawat.
”Dari informasi yang diterima, ada yang ditanami, ada yang buat akses ke sungai. Itu tak disadari membuat bobol. Ke depan, kita perlu sosialisasi dan patroli tanggul. Titik-titik yang rawan perlu terus dicek, apakah ada gangguan atau tidak, sehingga bisa diantisipasi. Ini mesti kita rawat bersama,” kata Ganjar.
Pejabat Pembuat Komitmen Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air 4 Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana, Fuad Kurniawan, menuturkan, total tujuh alat berat dioperasikan untuk penanganan tanggul dan bantaran sungai yang jebol. Saat ini, pemadatan dilakukan di bantaran dengan karung berisi tanah.
”Sebab, tanggul utama bisa dikerjakan kalau bantaran sungai yang tergerus sudah ditutup. Hari ini selesai sehingga bisa lanjut ke pengerjaan tanggul utama, yang akan ditutup dengan tanah yang didatangkan dari luar. Sesuai instruksi dari Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, pekerjaan ditargetkan tuntas dalam tiga hari (sejak Sabtu),” ujar Fuad.
Pekerjaan itu, lanjut Fuad, bersifat kedaruratan agar memberikan rasa aman kepada warga saat terjadi hujan deras. Sementara pengerjaan permanen akan dilaksanakan setelahnya. Tanggul utama yang jebol sepanjang sekitar 40 meter dengan lebar bawah 15 meter dan lebar atas 4 meter serta tinggi sekitar 10 meter.