Bencana hidrometeorologi mulai melanda sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Barat. Tercatat, ratusan rumah rusak dengan korban luka 21 orang. Antisipasi mesti disiapkan seluruh pihak, termasuk keterlibatan warga.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS – Bencana hidrometeorologi mulai melanda sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Barat seiring musim hujan. Tercatat, ratusan rumah rusak dengan korban luka 21 orang. Antisipasi mesti disiapkan seluruh pihak, termasuk warga karena cuaca ekstrem diperkirakan masih terjadi hingga bulan Maret.
Berdasarkan catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB, bencana hidrometeorologi terutama puting beliung telah melanda sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Barat. Sejak November 2019 hingga Januari 2020, puting beliung mengakibatkan 174 rumah rusak berat, 254 rusak sedang, dan 329 rusak ringan.
Selain itu, bencana alam juga merusak satu fasilitas umum, satu fasilitas kesehatan, dan tujuh rumah ibadah. Korban luka mencapai 21 orang. Adapun pada Januri 2020, bencana alam mengakibatkan enam rumah rusak ringan dan enam rusak ringan.
Banjir juga mulai melanda NTB karena dipicu hujan dengan intensitas tinggi yang melanda hampir sepanjang hari. Di Lombok Utara, luapan air sungai akibat banjir mengakibatkan satu jembatan rusak. Arus lalu lintas dari Kayangan-Bayan sempat terganggu.
Sejauh ini, dari sejumlah bencana hidrometeorologi, belum ada korban jiwa. Oleh karena itu, agar risiko jatuhnya korban jiwa bisa diantisipasi, masyarakat diharapkan bisa ambil bagian. “Pemerintah sudah mengambil sejumlah langkah antisipasi. Tentu itu harus didukung juga oleh masyarakat,” kata Kepala BPBD Kabupaten Bima Aries Munandar, Senin (13/1/2020).
Menurut Aries, sebagai antisipasi, pemerintah telah menetapkan status siaga darurat bencana yang akan berlangsung hingga 31 Maret 2020 mendatang. Tidak hanya Kabupaten Bima, sejumlah wilayah lain juga sudah menetapkan status yang sama yakni Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu, Lombok Tengah, dan Lombok Utara. Menyusul penetapan itu, Provinsi NTB juga menetapkan status siaga darurat bencana banjir, longsor, dan puting beliung.
Sejalan dengan status siaga darurat bencana, dilakukan berbagai langkah, termasuk koordinasi antara pemerintah kabupaten/kota dengan instansi terkait seperti TNI dan Polri.
Selain itu, pemerintah daerah diimbau memastikan ketersediaan logistik, peralatan, sandang, dan obat-obatan untuk kebutuhan darurat korban bencana. Menurut Aries, dengan berbagai upaya itu, risiko bencana diharapkan bisa dikurangi. Hanya saja, ia mengimbau masyarakat untuk ikut berperan.
“Tidak hanya meningkatkan kewaspadaan, masyarakat juga harus ikut membangun kesadaran kolektif bahwa bencana adalah tanggungjawab bersama,” kata Aries.
Bencana alam seperti banjir dan longsor, tidak terlepas dari gundulnya hutan akibat perambahan hingga peladangan liar.
Ia menambahkan, kepedulian terhadap lingkungan juga harus menjadi perhatian masyarakat, misalnya dengan mendorong penghijauan. Bencana alam seperti banjir dan longsor, tidak terlepas dari gundulnya hutan akibat perambahan hingga peladangan liar.
Kepala Pelaksana BPBD Lombok Utara Muhadi menambahkan, pihaknya juga berharap masyarakat meningkatkan kewaspadaan, terutama ketika mulai turun hujan dengan intesitas sedang sampai lebat.
Hal sederhana yang bisa dilakukan sebagai langkah antisipasi, kata Muhadi, adalah memarkir kendaraan di tempat aman. Sering terjadi angin kencang mengakibatkan pohon tumbang yang menimpa mobil atau motor.
“Jika hendak melakukan perjalanan, masyarakat juga diharapkan melihat kondisi cuaca. Jika memang akan ada cuaca buruk, sebaiknya ditunda dulu. Jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diingkan karena memaksakan berangkat,” kata Muhadi.
Ia juga meminta masyarakat memantau informasi terkait cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Menurut dia, BPBD juga selalu meneruskan setiap informasi yang diterima baik harian maupun mingguan ke masyarakat melalui para relawan hingga tingkat desa.
Juru Bicara Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Mataram I Gusti Lanang Wiswanada menambahkan, selain kewaspadaan, masyarakat juga mesti menjaga lingkungan di sekitarnya. “Selain menebang pohon atau batang yang sudah lapuk, hal-hal lain yang bisa dilakukan adalah menjaga kebersihan lingkungan, rumah, selokan, serta sungai-sungai untuk mengurangi potensi banjir,” kata Gusti Lanang.
Sementara itu, Penggiat Kebencanaan Lingkungan Kekalik Kijang, Kelurahan Kekalik Jaya, Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram, A Hadi Suciawan mengatakan, sejumlah warga mulai sadar untuk ikut mengantisipasi bencana hidrometeorologi.
Di daerah Kekalik Jaya, misalnya, menurut Hadi, sejak masuk musim hujan, masyarakat rutin membersihkan drainase termasuk sungai agar tidak terjadi genangan yang memicu banjir. Warga juga rutin memangkas pohon. “Kegiatan ini rutin dilakukan setiap Jumat dan diumumkan langsung lewat pengeras suara di masjid,” kata Hadi.