Sebelas tahun warga di Kabupaten Puncak, Papua, hidup berteman dengan keterbatasan suplai listrik. Penantian mereka akhirnya berakhir melalui kehadiran pembangkit listrik tenaga mikrohidro yang dibangun pemerintah.
Akhir Desember 2019, Pilipina Magai cekatan melayani salah satu pembeli di kiosnya yang berada di Distrik Ilaga. Di bawah terang lampu, ia tidak kesulitan mengambilkan barang yang diinginkan pembeli, seperti gula dan minyak goreng. Perempuan berusia 40 tahun itu tidak perlu lagi menggunakan lampu pelita untuk melayani pembeli di kiosnya, terutama jika mengalami pemadaman listrik yang rutin terjadi.
Semua kondisi itu berubah pasca-peresmian pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) di Distrik Ilaga, ibu kota Puncak, oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif yang didampingi Bupati Puncak Willem Wandik, 20 Desember 2019.
PLTMH Ilaga memiliki dua mesin pembangkit. Setiap mesin berkapasitas 350 kilowatt . Pembangunan PLTMH di Ilaga sejak tahun 2015 tersebut menelan biaya APBN dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sebesar Rp 99 miliar. Pembangunan PLTMH Ilaga dikerjakan oleh salah satu BUMN, yakni PT Wijaya Karya. Saat ini, penggunaan PLTMH Ilaga baru mencapai 120 kilowatt. Sebanyak 600 keluarga di Ilaga menikmati manfaat keberadaan PLTMH Ilaga.
Pilipina menuturkan, sebelum hari itu, listrik di Ilaga hanya beroperasi selama pukul 18.00 hingga pukul 06.00 WIT. Selama 11 tahun terakhir hanya menggunakan mesin pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD). Hal yang jamak terjadi di wilayah-wilayah terpencil.
Di Ilaga, jika pembangkit diesel kehabisan solar, pemadaman listrik sudah pasti akan terjadi hingga pagi hari. Jika itu terjadi, masyarakat biasanya akan menggunakan kayu bakar dan lampu pelita untuk menemani aktivitas pada malam hari. Namun, sejak akhir Desember lalu, semua itu sudah lewat. ”Saat ini saya dapat berjualan di kios hingga tengah malam. Kini, listrik di Ilaga telah beroperasi selama 24 jam,” kata Pilipina. Ia tampak ceria.
Wainus Wandik (30), salah satu warga Ilaga, juga merasakan dampak besar setelah kehadiran PLTMH Ilaga. Ia tidak lagi kesulitan menggunakan barang-barang elektronik. ”Saat ini bisa menonton televisi, mendengarkan radio, dan mengisi baterai telepon seluler tanpa gangguan pemadaman listrik. Terima kasih atas perhatian pemerintah untuk kami,” kata Wainus, dengan rasa syukur.
Selama ini, Puncak termasuk salah satu kabupaten di kawasan pegunungan tengah Papua. Selain masih minim infrastruktur, daerah itu juga masih rawan gangguan keamanan oleh kelompok kriminal bersenjata. Akhir tahun 2019, masyarakat Puncak bukan hanya memperoleh fasilitas PLTMH yang pertama dari pemerintah. Mereka juga memperoleh layanan keamanan dengan hadirnya Kepolisian Resor Puncak.
Sumber ekonomi
Willem, selaku kepala daerah Kabupaten Puncak, menegaskan, kehadiran PLTMH Ilaga turut memangkas pengeluaran APBD untuk penyediaan bahan bakar PLTD. Dana bisa dialihkan untuk program lain. Setiap tahun, APBD Kabupaten Puncak yang dianggarkan untuk pengadaan solar mencapai Rp 15 miliar. Ini berlangsung sejak tahun 2009 hingga 2019.
”Dengan adanya PLTMH Ilaga, kami dapat menggunakan uang sebesar Rp 15 miliar ini untuk pembangunan jaringan listrik dan penyediaan fasilitas layanan publik lainnya, seperti rumah sakit dan sekolah,” kata Willem.
Ia menyatakan, kehadiran PLTMH Ilaga menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat, khususnya sektor ekonomi mikro dan pariwisata. Pemerintah Kabupaten Puncak akan menggunakan fasilitas itu untuk membuka industri rumah tangga, seperti pengolahan tahu, tempe, dan penyediaan fasilitas penghangat ruangan di tempat penginapan bagi wisatawan.
”Puncak memiliki panorama alam yang sangat indah. Kami yakin dengan fasilitas lengkap dan keamanan yang terjamin akan menarik minat wisatawan berkunjung ke Puncak,” katanya. Willem menambahkan, pihaknya akan bekerja sama dengan PLN agar dapat mengoperasikan PLTMH Ilaga sehingga bisa memberikan pemasukan bagi Pemkab Puncak.
”Kami akan menggunakan anggaran sendiri untuk pemasangan jaringan listrik. Kami akan menggandeng pihak PLN untuk pengelolaan dan penetapan tarif penggunaan PLTMH Ilaga,” katanya. General Manager PLN Wilayah Papua dan Papua Barat Ari Dartomo mengapresiasi dukungan pemerintah daerah setempat untuk kehadiran PLTMH Ilaga di Kabupaten Puncak. Hal itu akan berdampak pada peningkatan rasio elektrifikasi di Papua, khususnya Kabupaten Puncak.
”Kami siap bekerja sama dengan Pemkab Puncak untuk mengoperasikan PLTMH Ilaga sehingga masyarakat bisa mendapatkan layanan listrik dengan optimal,” kata Ari. Adapun rasio elektrifikasi (cakupan kelistrikan) di Papua mencapai 94,28 persen dan rasio elektrifikasi di Papua Barat mencapai 99,99 persen hingga akhir tahun 2019. Peningkatan rasio di Papua turut dipicu adanya bantuan pemasangan lampu tenaga surya hemat energi dari Kementerian ESDM.
Hingga kini, 1.724 desa di Papua dan Papua Barat masih belum terjangkau layanan listrik. Mayoritas desa yang belum dialiri listrik tersebut berada di kawasan pegunungan Papua, yang secara geografis sangat menantang. Kehadiran PLTMH Ilaga itu membuka jalan hadirnya infrastruktur kelistrikan bagi ribuan daerah di pedalaman Papua yang saat ini masih gelap gulita. Listrik menjadi salah satu bentuk kehadiran langsung negara di tengah-tengah masyarakat. Semoga. (FABIO COSTA)