Wali Kota Cirebon Akui Pembangunan Perumahan Turut Picu Banjir
Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis mengakui, masifnya pembangunan perumahan turut memicu banjir di Kalijaga, Kota Cirebon, Jawa Barat. Untuk itu, pihaknya menginstruksikan setiap pengembang untuk membuat sumur resapan.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·2 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis mengakui, masifnya pembangunan perumahan turut memicu banjir di Kalijaga, Kota Cirebon, Jawa Barat. Untuk itu, pihaknya menginstruksikan setiap pengembang untuk membuat sumur resapan.
”Setiap pembangunan (perumahan) memang mengurangi resapan air. Otomatis berpengaruh (terhadap banjir),” kata Azis saat meninjau lokasi banjir di Kelurahan Kalijaga, Kecamatan Harjamukti, Selasa (14/1/2020).
Sebelumnya, banjir setinggi 10 sentimeter hingga lebih dari 1 meter merendam sekitar 200 rumah, Senin (13/1/2020) malam. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Namun, empat warga sempat mengungsi ke rumah tetangga.
Banjir berasal dari luapan Sungai Cikalong dan Sungai Kalijaga yang saat itu diguyur hujan deras beberapa jam. Sungai selebar 5 meter itu tampak menyempit karena sedimentasinya setebal hingga 2 meter.
Sisi Sungai Kalijaga telah dilapisi semen, sedangkan Sungai Cikalong masih didominasi tanggul tanah. Di sekitar sungai, setidaknya terdapat enam perumahan. Bahkan, jalan menuju satu perumahan melintasi sungai.
”Kami tidak melawan pembangunan, tetapi sumur resapan adalah kewajiban pembangun perumahan. Saya akan perintahkan DLH (Dinas Lingkungan Hidup) Kota Cirebon untuk mengecek bangunan besar dan mal agar bikin sumur resapan,” katanya. Dengan begitu, potensi banjir bisa diminimalisasi.
Pihaknya juga segera membuat surat edaran terkait hal itu. ”Instansi pemerintah dan semua warga sudah diinstruksikan membuat lubang biopori untuk mencegah banjir,” katanya.
Kami tidak melawan pembangunan, tetapi sumur resapan adalah kewajiban pembangun perumahan. (Nashrudin Azis)
Menurut Azis, pihaknya sudah berupaya mengantisipasi bencana berulang tersebut. Sekitar 10 hari yang lalu, misalnya, Sungai Kalijaga dikeruk untuk mengangkat sedimentasinya. Pihaknya juga berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk mengeruk Sungai Cikalong.
Menurut dia, wilayah Kota Cirebon merupakan hilir dari sejumlah sungai yang berasal dari Kuningan. Jadi, ketika Kuningan hujan deras, Cirebon rentan banjir meski tidak diguyur hujan. ”Posisi kami di bawah (Kuningan). Kami harus menerima ini,” ucapnya. Selain Kalijaga, masih ada lima kelurahan rawan banjir. Daerah itu adalah Pekiringan, Drajat, Larangan, Pegambiran, dan Sukapura.
Bambang (64), warga RT 008 RW 003 Kelurahan Kalijaga, mengatakan, dalam empat tahun terakhir, pembangunan perumahan masif di Kalijaga. ”Dulu, daerah perumahan itu kebun bambu. Sekarang enggak lagi. Perumahan dibangun, tapi enggak mikirin saluran airnya dulu,” ujar korban banjir tersebut.
Ketua Real Estat Indonesia (REI) Wilayah III Cirebon Gunadi menampik tudingan perumahan menyebabkan banjir di Kota Cirebon. ”Pada saat kami membangun, semua saran sudah terpenuhi, termasuk saluran pembuangan yang sesuai ketentuan dan bukan di titik banjir,” ucapnya.
Gunadi menilai, Pemerintah Kota Cirebon seharusnya mengevaluasi penataan kawasan untuk mengantisipasi banjir. ”Jadi, harus dilihat secara menyeluruh dari permukiman hingga jalannya,” katanya.