Sumsel Waspada Bencana Alam hingga Tiga Bulan

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan meminta 17 kabupaten/kota di Sumsel siaga menghadapi potensi bencana alam hingga tiga bulan. Sumsel sudah mengalami tiga peristiwa bencana hidrometeorologis tahun ini.

KOMPAS/RHAMA PURNA JATI

Salah satu alat yang disiapkan untuk menghadapi bencana longsor dan banjir, Selasa (12/1/2020). Kewaspadaan ditingkatkan karena curah hujan diperkirakan masih tinggi dalam tiga bulan ke depan.

PALEMBANG,KOMPAS — Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan meminta 17 kabupaten/kota di Sumsel siaga menghadapi potensi bencana alam hingga tiga bulan. Sumsel sudah mengalami tiga peristiwa bencana hidrometeorologis, seperti banjir, longsor, dan angin kencang, pada awal tahun ini.

Hal ini disampaikan Wakil Gubernur Sumatera Selatan Mawardi Yahya saat memimpin Apel Kesiapsiagaan Personel dan Peralatan Penanggulangan Banjir dan Tanah Longsor di Sumsel Tahun 2020, di Palembang, Selasa (14/1/2020).

Pada awal 2020 saja, Sumsel sudah tiga kali diterpa bencana hidrometeorologis. Bencana tersebut terjadi di Kabupaten Empat Lawang, Lahat, dan Kota Pagar Alam serta berdampak di 9 kecamatan. Lima kecamatan di antaranya di Kabupaten Lahat.

Bencana itu merusak 10 jembatan dan menghanyutkan 8 rumah. Selain itu, 45 rumah rusak berat, rusak ringan (702 rumah), dan terendam (166 rumah). ”Untuk itu, kita harus tetap waspada guna meminimalisasi dampak bencana,” ujar Mawardi.

Mawardi berharap semua pemangku kepentingan lebih tanggap bencana banjir dan longsor sehingga dampaknya dapat segera tertangani. ”BPBD dan BMKG harus terus berkoordinasi untuk memetakan daerah mana saja yang rawan bencana banjir dan longsor,” katanya.

Menurut dia, bencana yang terjadi di Sumsel disebabkan alam yang terdegradasi dan kurangnya daya dukung alam. Penyebabnya kerusakan hutan, aktivitas pertambangan, dan budaya masyarakat, seperti membuang sampah sembarangan.

Kondisi tersebut, ujar Mawardi, tidak bisa dihindari karena penduduk semakin banyak dan mereka semua butuh lahan untuk tempat tinggal dan mata pencarian. Namun, dia berharap masyarakat dapat memanfaatkan alam ini secara bijak untuk meningkatkan perekonomian tanpa merusak alam.

Baca juga: Aktivitas Pertambangan di Banyuwangi Selatan Klaim Ramah Lingkungan

KOMPAS/RHAMA PURNA JATI

Infografis Bencana di Sumsel

Pada 2019, bencana yang terjadi di Sumsel mencapai 188 kejadian. Bencana yang banyak terjadi adalah kebakaran rumah penduduk 116 kali, bencana yang lainnya adalah banjir, angin puting beliung, banjir bandang, dan kecelakaan perahu.

Kejadian itu juga merendam 9.613 unit dan membakar 367 unit. Selain itu, rumah roboh dan rusak berat sebanyak 141 unit, jembatan putus atau rusak sebanyak 23 unit, sawah terendam 1.662,5 hektar dan perkebunan terendam sebanyak 1.000 hektar. Bencana itu juga telah merenggut 17 jiwa.

Status siaga

Kepala BPBD Sumsel Iriansyah mengatakan, pemetaan daerah rawan longsor dan banjir sudah dilakukan. Untuk daerah rawan longsor ada di kawasan perbukitan seperti Kabupaten Empat Lawang, Lahat, Pagar Alam, Muara Enim, dan Ogan Komering Ulu Selatan.

Sementara itu, untuk daerah rawan banjir ada di dataran rendah seperti Kabupaten Musi Rawas, Musi Rawas Utara, Musi Banyuasin, Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, dan Palembang. Hanya saja, belum semua daerah yang menerapkan status siaga bencana.

BPBD Sumsel mendata, baru empat kabupaten yang menetapkan status siaga bencana banjir dan longsor. Dirinya berharap agar daerah rawan bencana hidrometeorologis segera menetapkan status siaga sehingga antisipasi bencana bisa lebih cepat.

Baca juga: KAI Waspadai Titik Rawan Bencana

”Apalagi potensi curah hujan tinggi masih akan terjadi sampai Maret 2020. Tentu antisipasi bencana di rentang waktu tersebut harus ditingkatkan,” katanya.

Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Bambang Benny Setiadji mengatakan, kondisi hujan disertai petir dan angin kencang di Sumsel akan meningkat pada 13-15 Januari 2020. Setelah itu, pada 16-18 Januari 2020, curah hujan akan menurun dan meningkat lagi pada 19-20 Januari 2020.

”Kondisi ini terjadi karena menguatnya angin monsun China Selatan (monsun barat) yang sarat uap air dan melalui wilayah Indonesia pada umumnya serta wilayah Sumsel pada khususnya. Fenomena ini mengakibatkan curah hujan disertai petir dan angin kencang meningkat,” katanya.

KOMPAS/RHAMA PURNA JATI

Sejumlah warga berupaya untuk melewati titik banjir yang ada di Jalan R Soekamto, Kota Palembang, Selasa (13/11/2018). Akibatnya, terjadi kemacetan dengan panjang mencapai 3 kilometer. Banjir dengan ketinggian 60 cm hingga 2 meter merendam 20 titik kawasan di Palembang. Ini adalah banjir terbesar dalam lima tahun terakhir.