Sungai Serayu Bakal Miliki Dermaga Wisata dan Transportasi
Pemerintah Kabupaten Banyumas bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan akan membangun dermaga untuk mengembangkan wisata serta transportasi di Sungai Serayu di Banyumas, Jawa Tengah.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS – Pemerintah Kabupaten Banyumas bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan akan membangun dermaga untuk mengembangkan wisata serta transportasi di Sungai Serayu di Banyumas, Jawa Tengah. Pembangunan ini diharapkan mengembangkan perekonomian wilayah selatan Banyumas.
“Dermaga ini untuk mengembangkan Banyumas sisi selatan karena Serayu ini potensinya luar biasa. Selama ini hanya dipakai setahun sekali untuk Festival Serayu,” kata Bupati Banyumas Achmad Husein, Rabu (15/1/2020) di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah.
Husein menyampaikan, pemerintah daerah baru saja membahas rencana pembangunan dermaga dengan Kementerian Perhubungan di Jakarta. Anggaran dari pusat untuk pembangunan dermaga, perahu wisata, dan perahu patrol rencananya sebesar Rp 12 miliar.
“Nanti akan dapat 4 dermaga, dengan 1 river bus, dan 1 perahu patroli untuk kurun waktu 2 tahun, tahun ini dan tahun depan,” tuturnya.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Banyumas Agus Nur Hadie menambahkan, empat buah dermaga itu akan dibangun di Desa Tambaknegara di Kecamatan Rawalo, Desa Sokawera Kidul (Kecamatan Patikraja), dan Desa Kaliori (Kecamatan Kalibagor).
Selain itu, ada juga dermaga transit di Desa Papringan (Kecamatan Banyumas). Ke depan, akan dibangun juga dermaga di Desa Sokawera (Kecamatan Somagede) dan Desa Srowot (Kecamatan Kalibagor).
“Ukuran dermaga masih dihitung, panjangnya bisa lebih dari 200 meter. Nanti tidak hanya dermaga, juga akan dibangun rumah makan dan objek pendukung lainnya,” kata Agus.
Menurut Agus, transportasi sungai yang dikembangkan ini bisa menjadi alternatif angkutan bagi masyarakat. Jarak tempuh antara Somagede menuju Rawalo melalui jalur darat sejauh 25 kilometer dan perlu waktu hingga 40 menit.
"Jika menggunakan alur sungai, jaraknya hanya 12 kilometer dan waktu tempuhnya sekitar 20 menit. Dari sisi kecepatan selisih 20-30 menit,” ujar Agus.
Jika menggunakan alur sungai, jaraknya hanya 12 kilometer dan waktu tempuhnya sekitar 20 menit. Dari sisi kecepatan selisih 20-30 menit. (Agus Nur Hadie)
Sejumlah potensi yang ada di alur sungai ini antara lain objek wisata Bendung Gerak Serayu, pemandangan perbukitan Serayu, wisata kuliner di sekitar Banyumas seperti sroto sokaraja, mendoan, dan juga olahan ikan air tawar. Ada pula sentra kerajinan batik Banyumas di Desa Papringan, dan juga kesenian daerah lengger Banyumas.
Selama ini, Sungai Serayu juga banyak dimanfaatkan untuk penambangan liar pasir. Oleh karena itu, perahu patroli diperlukan untuk melakukan pengawasan alur sungai.
“Nanti ini untuk mengurangi pelanggaran-pelanggaran terhadap galian-galian pasir di Rawalo,” tutur Agus.
Kereta Wisata
Selain mengembangkan alur Sungai Serayu, pemerintah daerah juga sedang mengajukan usulan pemanfaatan terowongan kereta api Kebasen-Notog dan jembatan kereta api di atas Sungai Serayu yang sudah tidak aktif. Kereta wisata yang diharapkan adalah seperti kereta wisata di Ambarawa, Jawa Tengah.
“Rencana nantinya dari Notog ada rel yang sudah tidak digunakan untuk jalur wisata sampai Kebasen. Ada objek wisata pendukung di situ seperti Kalibacin dan Watumeja,” tutur Agus.
Mulyati (58) pemilik warung makan di Patikraja, berjarak sekitar 400 meter dari tepi Sungai Serayu mengapresiasi upaya pemanfaatan Sungai Serayu untuk wisata. “Saya mendukung rencana itu, yang penting positif. Harapannya ada makin banyak orang yang datang ke sini,” kata Mulyati.