Setelah terlambat tanam padi akibat kemarau, petani di Kabupaten Cirebon kini dibayangi serangan hama tikus. Jika tidak segera ditangani, hama itu sulit diatasi dan berdampak pada penurunan produksi pangan.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Setelah mengalami keterlambatan tanam padi akibat kemarau, petani di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, kini dibayangi serangan hama tikus. Jika tidak segera ditangani, hama itu sulit diatasi dan berdampak pada penurunan produksi pangan.
Kondisi tersebut antara lain terpantau di Kecamatan Panguragan, Suranenggala, dan Kapetakan, Kamis (16/1/2020). Petani umumnya baru memulai pesemaian padi. Bahkan, ada yang masih mengolah lahan dengan traktor.
Tetapi, karena Januari baru hujan, tanam padinya terlambat.
”Seharusnya, musim tanam dimulai November lalu. Tetapi, karena Januari baru hujan, tanam padinya terlambat,” kata H Amrin, Ketua Gabungan Kelompok Tani Sri Jaya Makmur Panguragan Kulon.
Panguragan merupakan daerah hilir yang dialiri irigasi Bendung Rentang di Kabupaten Majalengka. Daerah tersebut pun terlambat memperoleh air. Bahkan, di Desa Panguragan Kulon, petani urunan untuk membeli 50 liter solar per hari demi memompa air ke sawah. Padahal, hujan telah mengguyur Cirebon.
Petani juga kini mulai disibukkan serangan hama tikus. Plastik mengelilingi areal pesemaian untuk mencegah binatang pengerat itu. Petani pun terpaksa mengeluarkan ongkos tambahan ratusan ribu rupiah untuk membeli plastik sesuai ukuran lahan.
Petani bersama aparat desa, petugas pengendali organisme pengganggu tanaman (POPT), serta anggota TNI dan Polri juga melakukan gropyokan atau perburuan tikus secara bersama-sama. Selain menggali lubang persembunyian tikus, mereka juga membakar belerang agar tikus keluar.
Selanjutnya, tikus dipukul atau dicekik hingga mati. ”Kami dapat 40 sampai 50 tikus. Kalau enggak begini, satu petak benih (sekitar 600 meter persegi) habis dimakan tikus dalam dua hari,” kata Ketua Kelompok Tani Krapyak, Sakuri, setelah menyisir saluran irigasi dekat persawahan dengan panjang sekitar 300 meter selama sejam.
Menurut dia, tikus menyerang benih padi yang disemai berumur 10-20 hari. Tikus memakan batang dan daunnya. ”Kami sampai menginap untuk menjaga padi karena tikus banyak keluar saat malam,” ucapnya.
Camat Panguragan Yono Purnomo mengatakan, masyarakat secara serentak melakukan gropyokan untuk melindungi 1.686 hektar padi. ”Ini rutin dilakukan setiap menjelang musim tanam. Kami harap, produksi padi tidak terganggu,” ujarnya.
Dhea Rafdian, petugas POPT Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Wilayah Pangurangan, mengatakan, dalam 10 hari terakhir gropyokan, sekitar 1.800 tikus dibasmi. Menurut dia, pada November hingga Desember, ketika tidak ada tanaman padi, tikus berkembang biak di sarangnya. ”Ketika mulai ada tanaman seperti sekarang, mereka keluar dan makan padi petani,” ucapnya.
Di sisi lain, musuh alami tikus, seperti burung hantu dan ular, sudah sangat jarang. ”Serangan tikus paling parah bisa mengurangi produksi padi hingga 80 persen. Kami sudah memberikan bantuan racun tikus dan plastik kepada petani,” paparnya.
Kepala Seksi Serealia Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Iwan Mulyawan mengatakan, hama tikus mengancam padi petani karena saat ini luas tanam baru mencapai 15 persen dari target sekitar 45.800 hektar. Areal tersebut menjadi target makanan ribuan tikus.
”Musim tanam ini sangat terlambat dan mengkhawatirkan karena saat musim tanam kedua (April-September) sudah masuk kemarau. Sawah bisa kekeringan,” katanya. Tahun lalu, sedikitnya 1.223 hektar sawah puso di Cirebon akibat kekeringan.