Ajang Solo Great Sale 2020 yang digelar selama Februari menjadi kesempatan mendongkrak kunjungan wisatawan ke Kota Solo, Jawa Tengah. Panitia Solo Great Sale menargetkan omzet transaksi bisa mencapai Rp 700 miliar.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·3 menit baca
SOLO, KOMPAS — Ajang Solo Great Sale 2020 yang akan digelar selama bulan Februari menjadi kesempatan mendongkrak kunjungan wisatawan ke Kota Solo, Jawa Tengah. Panitia Solo Great Sale menargetkan omzet transaksi bisa mencapai Rp 700 miliar.
Ketua Panitia Solo Great Sale (SGS) 2020 Farid Sunarto, Kamis (16/1/2020), mengatakan, SGS akan digelar sebulan penuh pada 1-29 Februari. Ajang ini ditargetkan melibatkan 7.000 tempat usaha yang akan menawarkan diskon kepada konsumen. Tempat usaha yang menjadi peserta antara lain hotel dan restoran, pusat perbelanjaan, usaha kecil menengah kuliner, batik, pasar dan tradisional.
Adapun Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Solo membidik peningkatan okupansi atau tingkat hunian kamar hotel berbintang hingga 72 persen selama penyelenggaraan SGS.
”Sektor kepariwisataan diuntungkan dengan penyelenggaraan bulan diskon Solo Great Sale. Dengan tawaran diskon, kunjungan wisatawan akan meningkat sehingga akan mendongkrak tingkat hunian hotel,” kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Solo Abdullah Soewarno.
Menurut Abdullah, salah satu tujuan SGS adalah membuat musim sepi wisata (low season) menjadi ramai. Dia mengakui, biasanya pada bulan Februari, tingkat hunian hotel sangat minim.
Ia mengatakan, setiap penyelenggaraan SGS, tingkat hunian hotel selalu meningkat. Pihaknya mencatat, pada SGS 2016, rata-rata okupansi hotel melati sebesar 40 persen dan okupansi hotel berbintang 59,63 persen. Pada 2017, okupansi hotel melati menjadi 45,02 persen dan hotel berbintang menjadi 64,07 persen. Adapun 2018, okupansi hotel melati sebesar 48,82 persen dan hotel berbintang 67,84 persen. Sementara tahun 2019, okupansi hotel melati 49,53 persen dan hotel berbintang 69,16 persen.
”Kami harapkan adanya jalan tol Trans-Jawa juga mendukung penyelenggaraan SGS 2020 sehingga kenaikan hunian hotel kembali terjadi. Kami menargetkan okupansi hotel berbintang naik menjadi 71-72 persen,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Solo, pada 2014, tingkat hunian hotel berbintang selama bulan Februari tercatat rata-rata 51,84 persen. Tahun 2015, saat SGS pertama digelar, okupansi hotel berbintang pada bulan Februari naik menjadi 53,71 persen. ”Ada 42 hotel di Solo dan 4 hotel berbintang di sekitar Solo nanti jadi peserta dalam SGS 2020,” katanya.
Menurut Abdullah, hotel di Solo yang menjadi peserta SGS akan mendapatkan insentif potongan pajak hotel dan restoran dari Pemerintah Kota Solo sebesar 30 persen. Pihak hotel nantinya akan menawarkan diskon tarif kamar sebesar 25-70 persen selama SGS. ”Diskon ini untuk menarik tamu ke Solo,” katanya.
Kepala Dinas Pariwisata Solo Hasta Gunawan juga menuturkan, Februari dikenal sebagai bulan sepi kunjungan wisatawan. Akan tetapi, dengan penyelenggaraan sejumlah kegiatan, di antaranya SGS, rangkaian perayaan Imlek, dan acara ulang tahun Kota Solo, kini Februari justru menjadi bulan kunjungan wisata.
Peningkatan tingkat hunian hotel menjadi salah satu indikator keberhasilan Solo menarik wisatawan. ”Kami menargetkan kunjungan wisatawan tahun ini naik lebih tinggi dari capaian tahun 2019 sekitar 5,3 juta wisatawan domestik dan asing,” katanya.