Cangkang Sawit dan Pelet Kayu Siap Gantikan Sampah Plastik
Dua bulan paskadeklarasi stop penggunaan sampah plastik, sebanyak 47 pelaku industri tahu di Desa Tropodo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, belum memenuhi komitmennya. Pemerintah daerah siapkan cangkang sawit dan kayu.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO,KOMPAS-Dua bulan setelah deklarasi stop penggunaan sampah plastik, sebanyak 47 pelaku industri tahu di Desa Tropodo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, belum memenuhi komitmennya. Penggunaan sampah plastik sebagai bahan bakar produksi masih dilakukan secara masif.
Asap hitam pekat mengepul di langit Desa Tropodo, Jumat (16/1/2020). Asap yang menyesakkan dada itu keluar dari puluhan cerobong dari tungku pembakaran rumah produksi tahu dan penggorengan tahu. Kepulan asap hitam pekat itulah bukti pembakaran limbah sampah plastik masih terjadi secara masif.
Sentra industri tahu Desa Tropodo telah menggunakan sampah plastik sebagai bahan bakar produksi selama lebih dari 20 tahun. Penggunaan sampah plastik terjadi sejak ada pasokan limbah sampah plastik dari industri kertas di Kabupaten Mojokerto, yakni PT Pakerin. Sampah plastik itu berasal dari berbagai negara di dunia.
Sampah plastik ini merupakan material ikutan dalam kertas daur ulang impor sebagai bahan baku produksi kertas PT Pakerin. Dalam perkembangannya ada 12 industri kertas di Jatim yang menghasilkan limbah sampah plastik impor. Limbah itu dikelola masyarakat Desa Bangun, Mojokerto. Salah satunya, digunakan sebagai bahan bakar produksi industri tahu.
Pemerintah daerah bersama kementerian terkait pun menyiapkan cangkang sawit dan pelet kayu sebagai bahan bakar ramah lingkungan pengganti limbah sampah plastik. Tindakan tegas berupa sanksi sesuai perundangan, rencananya akan diterapkan bila pelaku industri masih ngotot menggunakan sampah plastik.
Dampak pembakaran sampah plastik, lingkungan Desa Tropodo tercemar zat kimia berbahaya seperti dioksin, furan, dan timbal. Penelitian dari konsorsium pegiat lingkungan di Jatim, menyebutkan telur ayam kampung di Desa Tropodo mengandung dioksin. Pada November tahun lalu, 47 pengusaha tahu sempat mendeklarasikan berhenti menggunakan sampah plastik.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sidoarjo Tjarda mengatakan, tengah menyiapkan cangkang sawit sebagai bahan bakar pengganti sampah plastik. Cangkang sawit ini didatangkan langsung dari Kalimantan melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
“Sesuai rencana, pekan ini kapal pembawa cangkang sawit sandar di Pelabuhan Tanjung Perak, kemudian menunggu jadwal proses bongkar. Maksimal pekan depan dijadwalkan sudah bisa didistribusikan ke industri tahu di Tropodo,” ujar Tjarda.
Cangkang sawit dipilih sebagai bahan bakar produksi tahu karena relatif lebih ramah lingkungan dan mudah didapat. Indonesia merupakan salah satu produsen sawit di dunia.
Selain itu, cangkang sawit memiliki kalori yang besar dan menghasilkan panas yang stabil. Yang tidak kalah menarik, dengan mengonversi bahan bakar sampah plastik ke cangkang, pelaku industri tak perlu mengganti tungku perapian dan boiler (pendidih air).
Penggantian perapian dan boiler selama ini jadi kendala pelaku usaha mengganti bahan bakar produksi. Penggantiannya memerlukan biaya besar sekitar Rp 65 juta-Rp 100 juta. Hal itu dinilai memberatkan karena tidak semua pelaku usaha memiliki cukup modal.
Selain tak perlu mengganti tungku dan boiler, biaya bahan bakar sebagai salah satu komponen biaya produksi, apabila menggunakan cangkang sawit tidak memiliki selisih besar dibandingkan sampah plastik. Hal itu berpengaruh pada nilai ekonomi produk tahu sehingga pelaku usaha tetap mampu berkompetisi di pasar lokal.
Penggantian perapian dan boiler selama ini jadi kendala pelaku usaha mengganti bahan bakar produksi. Penggantiannya memerlukan biaya besar sekitar Rp 65 juta-Rp 100 juta. Hal itu dinilai memberatkan karena tidak semua pelaku usaha memiliki cukup modal.
Kaji Pelet Kayu
Usulan lain muncul dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Sidoarjo untuk menggunakan limbah kayu dan pelet kayu. Agar harga pelet kayu tidak mahal, rencananya bakal dikembangkan industri pelet kayu berbasis masyarakat.
Kepala Dinas LHK Sidoarjo Sigit Setyawan mengatakan penggunaan pelet kayu merupakan hasil rapat di Kementerian LHK awal pekan ini. Untuk pengadaannya, melibatkan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Tim dari Kementerian BUMN sudah melakukan survei lapangan dan mengkaji hingga teknis pembiayaannya.
“Pemkab Sidoarjo diminta menyiapkan data terkait jumlah perusahaan dan kapasitas usaha. Selain itu menyiapkan lahan perkebunan kayu sebagai bahan baku pelet,” ujar Sigit.