Surabaya Masih Banjir?
Banjir masih menjadi salah satu permasalahan yang belum terselesaikan di Surabaya. Infrastruktur pencegah banjir sudah dibuat, tetapi genangan masih terjadi di beberapa wilayah saat hujan deras, setidaknya selama dua jam
Rabu (15/1/2020) petang, Surabaya mendadak kembali ramai diperbincangkan di media sosial karena banjir melanda sejumlah kawasan di kota ini. Berbagai foto, video, serta meme soal banjir membanjiri linimasa Twitter, Facebook, dan Instagram. Bahkan, kata Surabaya dan Risma sempat menjadi bahasan terpopuler keempat di Twitter.
Video tentang ratusan kendaraan yang terendam di kawasan Ruko dan Perkantoran (Rukan) Darmo Park 2 viral di media sosial dan berulang kali ditayangkan oleh warganet. Tak hanya di media sosial, peristiwa banjir Surabaya juga gencar diberitakan oleh media-media arus utama.
Sebagian warganet yang berdomisili di luar Surabayaa seakan tidak percaya kalau Surabaya banjir. Seperti yang dicuitkan dalang Sujiwo Tejo di akun Twitter-nya @sudjiwotedjo. ”O Surabaya jg banjir to? Kirain cuma Jakarta... Lihat TL-ku abis pasti diserbu bot bot kelompok pembenci Anies.. heuheuheu”.
Malam om... Saat ini lokasi yang tergenang air sudah surut. Ini semua juga karena respons cepat dari semua lini pemain (Bangga Surabaya)
Kicauan tersebut ditanggapi Pemerintah Kota Surabaya melalui akun Twitter resminya, @BanggaSurabaya dengan jawaban ”Malam om... Saat ini lokasi yang tergenang air sudah surut. Ini semua juga karena respons cepat dari semua lini pemain,”.
Banjir di Surabaya menjadi salah satu topik yang mendapatkan perhatian publik karena Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dikenal sebagai salah satu pemimpin daerah yang rajin bekerja. Tak ayal, ekspektasi warga, termasuk dari luar Surabaya terhadap kinerjanya sangat tinggi. Terutama mengatasi masalah di kota metropolitan, seperti banjir.
Baca juga: Hujan Dua Jam di Surabaya, Beberapa Kawasan Sempat Tergenang
Setiap musim hujan, apalagi bersamaan dengan air laut pasang, sangat memungkinkan kota ini digenangi banjir. Memang, Surabaya belum terbebas dari banjir, terlihat saat hujan deras yang berlangsung selama sekitar dua jam pada Rabu kemarin.
Setidaknya ada 32 lokasi banjir dengan ketinggian rata-rata 10 sentimeter hingga 100 sentimeter. Lokasi yang terendam antara lain di Jalan Mayjen Sungkono, Jalan Sikatan, Jalan Ketintang, Jalan Vila Bukit Mas, dan Jalan Raya Sememi.
Namun, banjir tersebut berlangsung sekitar dua jam. Genangan air yang ada di lokasi tersebut rata-rata ada di kawasan cekungan, termasuk di Rukan Darmo Park 2 yang mengakibatkan sepeda motor yang terparkir di tempat tersebut teredam hingga bagian spion saja.
Warga Surabaya, Lucky Lokononto (53), yang sempat berkantor di kompleks Rukan Darmo Park 2 mengatakan, setiap musim hujan kawasan itu pasti tergenang banjir. Lokasi kompleks itu memang seperti kuali atau cekungan, dan tidak ada akses air untuk mengalir ke tempat lain karena Jalan Mayjen Sungkono itu lebih tinggi posisinya dari kompleks sekitar 70 sentimeter.
”Dua mobil saya pernah terendam banjir karena tidak sempat memindahkan, dalam waktu sekejab air sudah tinggi saja,” kata, Jumat (17/1/2020) di Surabaya. Menurut bapak dari dua putra ini, banjir kali ini berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan beberapa tahun lalu. Saluran air atau box culvert sudah dibangun lebih besar sehingga air hujan lebih cepat mengalir.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya Erna Purnawati mengatakan, banjir di kawasan Rukan Darmo Park 2 surut sekitar dua jam setelah hujan reda. Saat itu, hujan dengan intensitas lebih dari 100 mm per hari selama sekitar dua jam berlangsung sejak pukul 16.00. Sekitar pukul 20.00, banjir di kawasan itu sudah surut, begitu pula di kawasan lain yang sempat terendam.
Baca juga: Pintu Air Sungai Ditutup Sementara untuk Antisipasi Banjir Rob di Pesisir Surabaya
”Kami menemukan sampah di kawasan rukan menyumbat saluran air sehingga air dari rukan tidak mengalir dengan maksimal ke box culvert,” kata Erna.
Box culvert di kawasan itu sudah diperluas hingga ukuran 2 meter persegi dari beberapa tahun lalu yang hanya berupa sekolan berukuran kurang dari 1 meter persegi. Peningkatan kapasitas dilakukan untuk meningkatkan volume saluran air agar genangan banjir semakin cepat dialirkan ke laut.
Kami menemukan sampah di kawasan rukan menyumbat saluran air sehingga air dari rukan tidak mengalir dengan maksimal ke box culvert (Erna Purnawati)
Namun, saluran air di kawasan tersebut dirasa masih kurang besar, terlebih di era perubahan iklim yang curah hujannya bisa lebih tinggi daripada biasanya. Pihaknya sudah meminta izin pengembang untuk memperbesar box culvert di sebagian area rukan dengan merobohkan sementara pagar rukan yang nanti akan dikembalikan lagi seperti awal.
Menolak permintaan pemkot
”Sejak 2017, pengembang berkali-kali menolak permintaan kami, padahal ini untuk konsumen mereka juga. Jika dibangun box culvert dengan ukuran lebih besar dan bebas dari sampah, kemungkinan tidak akan banjir lagi,” kata Erna.
Banjir di kawasan yang dikelola pengembang tidak hanya terjadi kali ini. Pada Februari 2018, banjir juga pernah terjadi di kawasan Surabaya Barat, termasuk di perumahan elite Citraland, Pakuwon. Kala itu, banjir menggenangi sekitar 20 rumah dengan ketinggian antara 50 sentimeter dan 70 sentimeter.
Banjir terjadi saat curah hujan di kawasan itu mencapai 148 milimeter per hari, lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan lain sekitar 136 milimeter. Genangan banjir surut sekitar dua jam usai hujan reda.
Untuk mencegah banjir terjadi lagi, pengembang bersama Pemkot Surabaya menambah saluran air hingga berkukuran 4 meter persegi. Di kawasan itu juga dibangun waduk atau bozem untuk penampungan air. Hasilnya, kawasan itu hingga musim hujan saat ini tidak lagi dilanda banjir.
Sebagai gambaran, Surabaya memiliki luas sekitar 350 kilometer persegi dengan 70 persen di antaranya merupakan wilayah perkampungan. Ada lima sungai besar dan 14 saluran primer yang mengalir di kota berpenduduk 3,3 juta jiwa.
Risma mengatakan, lokasi tergenang banjir di Surabaya sudah sangat berkurang dibandingkan dengan 10 tahun lalu. Jika pada 2010 setidaknya 50 persen kawasan Surabaya tergenang banjir saat musim hujan, kini menurun menjadi sekitar 2 persen. Jika ada genangan pun, akan surut kurang dari tiga jam.
Kenapa bisa demikian? Setiap tahun, Risma mengevaluasi lokasi-lokasi banjir yang terjadi di Surabaya. Infrastruktur pencegah banjir di lokasi tersebut diperkuat agar kejadian banjir tidak terulang. Peningkatannya, antara lain, dengan membangun waduk, tanggul, rumah pompa, serta perluasan saluran air.
Hingga awal 2020, Pemkot Surabaya sudah membangun saluran air berupa box culvert di bawah trotoar sepanjang 293,87 kilometer. Saluran air ini mengalirkan air hujan dari jalan raya agar tidak terjadi genangan. Ukurannya sekitar 1 meter persegi hingga 4 meter persegi dan rutin dibersihkan oleh petugas untuk mencegah sedimentasi dan penumpukan sampah.
Arus air yang mengalir dari box culver dialirkan menuju saluran-saluran primer dan sungai. Agar lebih cepat mengalir, dibangun 204 pompa yang berada di 59 titik rumah pompa. Beberapa rumah pompa sudah memanfaatkan sumber daya dari panas matahari sebagai sumber listrik. Ada 111 genset yang disiagakan untuk mengantisipasi jika listrik mati.
Selain dialirkan ke sungai dan saluran primer, Pemkot Surabaya juga membangun 72 waduk atau bozem dengan luas total 1,4 juta meter persegi. Bozem itu mampu menampung air hingga 6 juta meter kubik. Saat musim hujan, bozem berfungsi untuk menampung sementara air, sedangkan pada musim kemarau untuk cadangan air dan saluran irigasi.
Baca juga: Surabaya Menambah Sarana Penghadang Rob
Dengan berbagai infrastruktur ini, Risma mengklaim jika terjadi banjir, bisa surut kurang dari tiga jam. Namun, akan lebih baik jika Surabaya bisa bebas banjir karena kota ini akan semakin nyaman untuk ditinggali. ”Ayo rek, jangan buang sampah sembarangan,” ajak Risma.
Banjir memang masih menjadi salah satu masalah yang belum sepenuhnya bisa diatasi oleh Risma. Namun, upaya untuk mengurangi wilayah terampak banjir dengan membangun berbagai infrastruktur patut diapresiasi karena wilayah terdampak banjir sudah sangat berkurang.
Kini, saatnya berbagai pihak mulai dari pemerintah, swasta, dan masyarakat ikut bertanggung jawab menjaga lingkungannya agar terbebas dari banjir. Sebab, masalah banjir tidak akan tuntas hanya dengan berwacana, tetapi harus ada aksi nyata.