Banjir masih menggenangi empat kecamatan di Samarinda. Badan Penanggulagan Bencana Daerah Kota Samarinda mencatat, setidaknya 18.000 jiwa terdampak banjir.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Banjir masih menggenangi empat kecamatan di Samarinda. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Samarinda mencatat, setidaknya 18.000 jiwa terdampak banjir. Bantuan logistik dan evakuasi warga masih dilakukan oleh tim gabungan TNI, Polri, dan sukarelawan.
Pelaksana Tugas Kepala BPBD Kota Samarinda Hendra AH, Sabtu (18/1/2019), mengatakan, ketinggian air mulai turun, tetapi masyarakat masih banyak yang mengungsi ke rumah kerabat dan di tempat ibadah. ”Banjir sudah mulai surut di beberapa tempat meski belum signifikan. Ketinggian air antara 20 sentimeter sampai 80 sentimeter,” kata Hendra.
Hendra mengatakan, Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang sudah menetapkan status siaga darurat banjir sejak Jumat (17/1/2020) saat melakukan koordinasi bersama BPBD Samarinda. Dalam status itu, fokus pemerintah adalah evakuasi warga dan penyaluran bantuan. Jika dalam seminggu banjir semakin meluas, statusnya bisa dinaikkan menjadi darurat banjir.
Jika dalam seminggu banjir semakin meluas, statusnya bisa dinaikkan menjadi darurat banjir.
”Kalau sudah status darurat, nanti dana APBD bisa dicairkan untuk bantuan warga. Saat ini, belum memenuhi syarat untuk itu,” kata Hendra.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperkirakan hujan dengan intensitas ringan hingga lebat di Kalimantan Timur masih akan terus terjadi hingga Maret 2020 dengan curah hujan antara 201-300 milimeter. Hendra mengatakan, saat ini timnya juga tengah memetakan wilayah yang rawan longsor. Masyarakat di titik itu diimbau untuk berhati-hati dan mengungsi hingga cuaca membaik.
Pengendalian
Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan III Anang Muchlis mengatakan, untuk mengendalikan banjir, pemerintah akan melakukan pengerukan sedimentasi Waduk Benanga yang berfungsi sebagai pengendali banjir dan sumber irigasi warga. Pada tahun 2000, kapasitas Waduk Benanga mencapai 1,5 juta meter kubik. Namun, saat ini kapasitasnya hanya sekitar 600 meter kubik air saja.
Pada tahun 2000, kapasitas Waduk Benanga mencapai 1,5 juta meter kubik. Namun, saat ini kapasitasnya hanya sekitar 600 meter kubik air saja.
”Tahun ini kami menganggarkan Rp 26 miliar untuk pengerukan waduk dan pembenahan Waduk Benanga. Saat ini masih dalam proses lelang,” kata Anang.
Selain itu, BWS Kalimantan III juga menargetkan pembangunan kolam retensi Sempaja selesai tahun ini. Proyek itu memakan biaya Rp 19 miliar dengan daya tampung air sekitar 27.000 meter kubik. Penurapan Sungai Karang Mumus yang membelah Samarinda juga direncanakan dikerjakan tahun ini dengan anggaran Rp 16 miliar.
Pembenahan Sungai Karang Mumus sepanjang 40 kilometer yang membelah Samarinda belum selesai sejak banjir besar terjadi Juli tahun lalu. Pemerintah sudah melakukan penurapan sepanjang 4,5 kilometer di bagian muara sungai. Sementara, di bagian hulu dibuat tanggul tanah sepanjang 5 kilometer karena kondisi bantaran sungai relatif baik. Namun, normalisasi sungai di bagian tengah sepanjang 6,5 kilometer terkendala permukiman dan pembebasan lahan penduduk.
Sebelumnya, BWS Kalimantan III, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, dan Pemerintah Kota Samarinda melakukan pertemuan untuk membahas penanganan banjir di Samarinda. Salah satu hasil rapat tersebut adalah pengajuan normalisasi Sungai Karang Mumus sebagai proyek strategis nasional.
Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi mengatakan, Pemerintah Provinsi Kaltim sudah bertemu dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan menyampaikan usulan itu. ”Untuk saat ini, yang kami ajukan Rp 2 triliun pada tahap awal,” kata Hadi.