Gunung Semeru Erupsi Rutin, Waspadai Gangguan Penerbangan
Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, Jumat (17/01/2020) pukul 17.32 WIB erupsi. Gangguan terhadap aktivitas penerbangan akibat abu vulkanik diwaspadai.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·4 menit baca
LUMAJANG, KOMPAS – Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Jumat (17/01/2020) pukul 17.32 WIB erupsi dengan mengeluarkan kolom abu setinggi 600 meter. Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi mengeluarkan peringatan gangguan abu vulkanik untuk penerbangan atau Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA). Meski begitu, kondisi erupsi pada Semeru tersebut dinilai rutin.
“Pada hari Jumat, Semeru memang erupsi dengan visual teramati kolom abu berwarna putih hingga kelabu, berintensitas sedang hingga tebal dan mengarah ke utara. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 24 milimeter dan durasi lebih kurang 1 menit 39 detik,” kata Liswanto, Kepala Pos Pengamatan Gunung Semeru di Gunung Sawur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (18/01/2020).
Kondisi erupsi tersebut menurut Liswanto, sebenarnya biasa terjadi di Semeru. Gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut selama ini rata-rata meletus setiap 20 menit-30 menit sekali.
Pengamatan Gunung Semeru pada Sabtu (18/01/2020), gunung setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut tersebut masih mengeluarkan abu vulkanik dengan ketinggian 400-600 meter dari puncak ke arah utara. Selain itu juga terekam 23 kali gempa letusan dengan amplitudo 9-23 milimeter (mm), 4 kali guguran, dan 4 kali hembusan.
“Yang diwaspadai dari erupsi Semeru, lontaran abu vulkaniknya bisa mengganggu penerbangan. Meski lontaran abu hanya setinggi 300 meter pun, PVMBG tetap akan mengeluarkan VONA, sebagai kewaspadaan penerbangan,” katanya. Gunung Semeru memiliki tipe letusan strombolian dengan kubah lava, di mana erupsi akan mendorong material vulkanik secara vertikal ke atas.
Menurut Liswanto, abu vulkanik gunung berapi selama ini diperkirakan bisa merusak mesin pesawat. Jalur penerbangan terdekat dengan Gunung Semeru rute menuju dan dari Bandara Abdulrachman Saleh Malang.
“Untuk ancaman bahaya primer seperti lava pijar saya rasa saat ini tidak ada. Sebab, permukiman penduduk terdekat adalah 8 kilometer (km) di Dusun Rowo Baung, Pronojiwo. Untuk musim hujan seperti ini, justru patut diwaspadai kemungkinan potensi lahar hujan,” kata Liswanto yang sudah 25 tahun dia bertugas mengamati gunung api tersebut.
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Hendra Gunawan mengatakan, meski erupsi, status Semeru tetap Waspada atau level II. Menurut dia, letusan di Semeru sebetulnya kejadian rutin, kebanyakan lebih dideteksi oleh rekaman gempa letusan. Adapun kepulan asap mencapai 400 meter dari puncak hanya sesekali terjadi.
"Statusnya tetap Waspada. Untuk itu, masyarakat diminta tidak melakukan aktivitas di dalam radius 1 kilometer (km)," ungkap Hendra.
Sterilisasi juga dilakukan terhadap wilayah sejauh 4 km di sektor lereng selatan-tenggara kawah aktif yang merupakan kawasan bukaan kawah aktif Gunung Semeru (Jongring Saloko) sebagai alur luncuran awan panas. Selain itu, masyarakat juga mesti mewaspadai gugurnya kubah lava di Kawah Jongring Saloko.
Gunung Semeru tercatat pernah mengalami letusan hebat pada 1994. Saat itu, gunung tersebut meletus disertai dentuman dan hujan abu serta guguran lava membentuk awan panas dari kubah lava dan lidah lava. Aliran awan panas guguran saat itu masuk ke sejumlah daerah aliran sungai di Semeru, yakni Besuk Kobokan sejauh 11,5 km, Besuk Kembar sejauh 7,5 km, dan Besuk Bang sejauh 3,5 km. Volume awan panas saat itu mencapai 6,8 juta meter kubik. Akibat erupsi besar itu, jatuh korban jiwa 7 orang meninggal dan 2 orang hanyut oleh lahar.
Pada 31 Desember 2002, Gunung Semeru juga meluncurkan awan panas dengan intensitas besar. Saat itu, awan panas memiliki jarak luncur hingga 11 km dari puncak dan masuk ke Besuk Bang. Akibat kejadian itu, sebanyak 501 orang diungsikan.
Pada Februari 2012, status Semeru sempat naik dari Waspada ke Siaga (level III). Saat itu, terjadi guguran lava panas dengan jarak luncur hingga 2.500 meter. Sejak itu, status Semeru stabil di Waspada (Level II).
Kawasan di sekitar Gunung Semeru sendiri terbagi dalam tiga kawasan rawan bencana (KRB). KRB III adalah kawasan berpotensi besar terlanda awan panas, lava, lontaran lava pijar, dan gas beracun. Areanya berada di sekitar puncak.
Berikutnya KRB II yaitu daerah yang berpotensi terkena aliran lava, hujan abu, lontaran batu pijar, serta lumpur panas yakni Kali Manjing, Kali Gligik, Sumbersari, Besuk Sat, dan Besuk Kobokan.
Adapun KRB I adalah kawasan berpotensi terlanda lahar, tertimpa material jatuhan berupa hujan abu. Kawasan ini dibagi dua yaitu kawasan rawan lahar dan kawasan rawan hujan abu. Kawasan rawan lahar terletak di sepanjang lembah dan bantaran sungai yang berhulu di daerah puncak, yakni Kali Manjing, Kali Gligik, Besuk Sat, Besuk Kembar, Besuk Kobokan, dan Kali Pancing.