Meski Produksi Surplus, Harga Gula di Jatim Melonjak
Harga gula pasir di pasar tradisional maupun ritel modern di Jawa Timur melampui harga eceran tertinggi pemerintah Rp 12.500 per kilogram. Kondisi itu ironis karena produksi gula di Jatim surplus hingga 10.000 ton.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS - Harga gula pasir di pasar tradisional maupun sejumlah ritel modern di Jawa Timur melampui harga eceran tertinggi pemerintah Rp 12.500 per kilogram. Kondisi itu ironis karena produksi gula di Jatim surplus hingga 10.000 ton.
Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jatim yang bersumber dari Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo), Sabtu (18/1/2020) harga gula pasir lokal rata-rata Rp 13.273 per kilogram (kg). Harga tertinggi terjadi di Kabupaten Madiun dan Kabupaten Ngawi yakni menembus Rp 14.000 per kg atau 12 persen di atas HET.
Harga pada sistem tersebut terkonfirmasi saat tinjauan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa di Pasar Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo. Sejumlah pedagang mengatakan kenaikan harga gula pasir lokal sudah terjadi selama dua pekan dan belum ada tanda-tanda akan turun. Sebaliknya, harga setiap hari justru naik.
“Harga gula pasir lokal eceran di Tanggulangin sekarang Rp 13.500 per kg. Sehari sebelumnya masih Rp 13.300 per kg. Gula pasir kemasan pabrik bahkan bisa tembus Rp 15.000 per kg,” ujar Rodiyah (55), salah satu pedagang di Pasar Tanggulangin.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, pihaknya berupaya mencari penyebab kenaikan harga gula pasir lokal. Hal itu karena dari data Disperindag Jatim, stok gula pasir sebanyak 185.000 ton. Dengan stok tersebut, Jatim sebenarnya surplus gula sebanyak 10.000 ton karena kebutuhan masyarakat hingga Mei 2020 atau hingga dimulainya musim giling sebanyak 175.000 ton.
“Jatim sebenarnya surplus 10.000 ton, tetapi tidak tahu posisinya di mana apakah di gudang Bulog, gudang pabrik gula, atau gudang PT Perkebunan Nusantara (PTPN). Oleh karena itu, saya meminta Satuan Tugas (Satgas) Pangan dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengawasi dan memeriksa seluruh gudang,” kata Khofifah.
Pengawasan dan pemeriksaan gudang-gudang penyimpanan gula itu tidak semata untuk mencegah penyelewengan. Hal itu juga dimaksudkan untuk mendata stok gula yang bisa dimanfaatkan untuk stabilisasi harga pasar. Gula produksi Jatim tidak hanya untuk memasok kebutuhan konsumsi masyarakat lokal, tetapi juga banyak digunakan memasok kebutuhan provinsi lain.
Khofifah juga telah meminta dinas terkait berkoordinasi dengan pabrik gula-pabrik gula di Jatim untuk mendata stok tebu yang belum digiling. Jika masih ada stok tebu, ia minta segera digiling untuk menambah stok gula saat ini.
Sementara itu upaya mengatasi gejolak harga gula dan memudahkan masyarakat mendapatkan barang ditempuh dengan menggelar operasi pasar di sejumlah daerah di Jatim. OP dimulai di Sidoarjo dan Kabupaten Lamongan, Sabtu. Di Sidoarjo, operasi pasar diadakan di Pasar Tanggulangin dan akan dilakukan secara bergilir di 18 kecamatan.
Operasi pasar itu merupakan hasil kerja sama Pemprov Jatim dengan Perum Bulog Divre Jatim serta PT Perkebunan Nusantara X sebagai salah satu produsen gula. Adapun bahan pokok yang ditawarkan PTPN X adalah gula pasir lokal. Adapun Bulog menawarkan beras, tepung terigu, minyak goreng, serta cabai rawit.
Direktur Utama PTPN X Dwi Satriyo Annurogo mengatakan, dalam operasi pasar di Pasar Tanggulangin mengungkapkan, pihaknya menyiapkan stok gula sebanyak 1 ton. Gula produksi PTPN X dengan merek Dasa Manis itu dijual dalam kemasan 1 kg dengan harga Rp 11.500 per kg, atau jauh di bawah HET.
“Supaya terdistribusi secara merata dan untuk mencegah penyalahgunaan barang serta sasaran yang tidak tepat, pembelian oleh masyarakat dibatasi maksimal 2 kg per orang,” ucap Dwi Satriyo.
Sementara itu, warga menyambut antusias OP bahan pokok yang digelar Pemprov Jatim. Muhasanah (45) salah satu pembeli mengatakan, kualitas gula yang dijual bagus. Kemasannya juga menarik seperti yang dipasarkan di ritel modern. Namun, menurut dia, yang paling penting harganya terjangkau.
“Gula sudah jadi kebutuhan harian keluarga. Mulai memasak, bikin jajanan, hingga menyeduh minuman memerlukan gula pasir. Kalau harganya naik, biaya belanja keluarga ikut naik,” ujar Muhasanah.