Siapkan Langkah Pemulihan Daerah Wabah demi Ekonomi Peternak
Pemerintah mesti menyusun langkah pemulihan wabah demam babi afrika (african swine fever/ASF) yang sudah lima bulan menyebar di Sumatera Utara. Jika tidak, Sumut akan sangat sulit mendapat kembali status bebas ASF.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Pemerintah mesti menyusun langkah pemulihan wabah demam babi afrika (african swine fever/ASF) yang sudah lima bulan menyebar di Sumatera Utara. Jika tidak, Sumut akan sangat sulit mendapat kembali status bebas ASF.
”Kalau wabah ASF tidak ditanggulangi secara serius, mau sampai kapan Sumut berstatus daerah wabah. Pemulihan daerah wabah sangat penting agar perekonomian para peternak bisa bangkit kembali,” kata Ketua Asosiasi Peternak Babi Sumatera Utara Hendri Duin Sembiring, di Medan, Sabtu (18/1/2020).
Hendri menilai, pemerintah belum punya skenario jangka panjang yang jelas untuk menanggulangi ASF di Sumut. Upaya yang dilakukan masih sebatas pembatasan lalu lintas dan penanganan bangkai ternak. Namun, langkah memberantas wabah ASF dan menjadikan Sumut bebas ASF belum ada.
Wabah ASF mulai menyebar di Sumut sejak September 2019. Saat ini sudah lebih dari 39.000 ternak babi yang dilaporkan mati akibat wabah tersebut. Ternak yang mati dan tidak dilaporkan diperkirakan jauh lebih banyak. Kementerian Pertanian pun sudah mendeklarasikan wabah ASF di 16 kabupaten di Sumut pada Desember lalu. Beberapa hari setelah deklarasi, wabah ASF sudah menyebar di 18 kabupaten.
Hendri mengatakan, hingga kini belum ada obat ataupun vaksin penyakit ASF. Karena itu, satu-satunya cara untuk memutus rantai penyebaran virus adalah dengan depopulasi atau pemusnahan. ”Pemerintah menyebut tidak bisa melakukan depopulasi karena belum tersedia anggaran kompensasi bagi peternak,” katanya.
Pengurangan populasi, menurut Hendri, juga bisa dilakukan secara alami dengan meningkatkan konsumsi masyarakat. Namun, yang terjadi, konsumsi masyarakat justru menurun drastis karena takut tertular virus. Pesta adat pun sudah banyak yang tidak menggunakan daging babi. Padahal, ASF bukan penyakit zoonosis sehingga tidak akan bisa menular kepada manusia.
”Pemerintah seharusnya bisa mengambil peran untuk sosialisasi bahwa ASF tidak menular kepada manusia. Namun, sosialisasi itu juga tidak maksimal,” kata Hendri.
Andri Siahaan (33), peternak babi di Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, mengatakan kini kesulitan menjual ternaknya. Ia memutuskan akan menjual ternaknya sebelum terjangkit ASF karena kandang di sekitarnya sudah terjangkit. Namun, ternaknya tidak laku dijual meskipun harga sudah anjlok dari Rp 30.000 menjadi di bawah Rp 10.000 per kilogram.
”Ternak saya pun akhirnya terjangkit ASF dan semuanya mati. Saya justru harus mengeluarkan biaya untuk mengubur ternak babi saya,” kata Andri.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut Azhar Harahap mengatakan, sampai saat ini, pemerintah fokus menutup lalu lintas ternak antardaerah dan menangani bangkai babi. ”Namun, kami tetap menyiapkan skenario untuk pemulihan daerah wabah,” katanya.
Azhar mengatakan, Pemprov Sumut sudah menggelar rapat bersama otoritas veteriner dari semua kabupaten/kota terdampak wabah ASF. Mereka pun sepakat menyiapkan anggaran di daerah masing-masing untuk penanggulangan ASF. Namun, anggaran itu hanya untuk pembatasan lalu lintas, peningkatan biosekuriti, dan penanganan bangkai ternak. ”Kalau untuk depopulasi tidak disiapkan,” katanya.
Azhar mengatakan, mereka sudah meminta semua kabupaten/kota di Sumut untuk menyosialisasikan bahwa ASF tidak menular kepada manusia. Namun, ia mengakui, konsumsi masyarakat menurun drastis setelah wabah ASF merebak.
”Kandang-kandang babi yang tidak terjangkit sekarang penuh karena tidak laku dijual. Mereka mengeluarkan biaya besar untuk membeli pakan, tetapi tidak bisa menjual ternaknya,” katanya.
Untuk mengatasi hal tersebut, lanjut Azhar, pemerintah menyiapkan sertifikasi bebas ASF untuk kandang tertentu agar bisa menjual ternak ke wilayah lain. Menurut dia, pemulihan daerah wabah untuk penyakit yang belum ada obat dan vaksinnya memakan waktu panjang. Jika sudah ada tanda pulih, harus dilakukan uji laboratorium dan uji lapangan oleh otoritas veteriner untuk menyatakan Sumut bebas ASF.
Setelah Sumut dinyatakan pulih, Kepulauan Nias yang saat ini masih bebas ASF disiapkan menjadi pemasok bibit ke Sumut. Biosekuriti di Nias pun kini dijaga ketat.