Badan Nasional Penanggulangan Bencana mengimbau masyarakat tidak menjadikan bencana sebagai tontonan karena bisa memicu bencana ikutan. Ini seperti terjadi di Bengkulu, 9 orang meninggal saat menonton banjir.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyatakan, jatuhnya korban jiwa 9 orang dan 1 orang hilang di Bengkulu karena jembatan gantung ambruk tidak mampu menahan beban warga yang menonton banjir. Mereka mengimbau masyarakat untuk tidak menjadikan bencana sebagai tontonan karena bisa memicu bencana ikutan.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulanagn Bencana (BNPB) Agus Wibowo, di Jakarta, Senin (20/1/2020), mengatakan, sebanyak 9 orang meninggal dan 1 orang hilang karena terseret banjir bandang di Bengkulu pada Minggu (19/1) sore.
"Para korban ini terjatuh karena jembatan gantung Cawang di Kecamatan Padang Guci Hulu, Kabupaten Kaur runtuh. Dari 30 orang yang tercebur ke sungai, sebanyak 20 orang selamat," kata dia.
Sebelumnya, menurut Agus, BNPB menyatakan putusnya jembatan gantung Cawang disebabkan oleh terjangan banjir bandang. Namun verifikasi oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kaur menyimpulkan, putusnya jembatan dikarenakan tidak kuat menahan beban warga yang menonton banjir.
Dengan kejadian ini, Agus mengimbau kepada masyarakat agar tidak menjadikan peristiwa alam sebagai tontonan karena berpotensi menjadi bencana baru. Menurut dia, fenomena swafoto di lokasi bencana semakin marak, namun kerap mengabaikan risiko.
Fenomena swafoto di lokasi bencana semakin marak, namun kerap mengabaikan risiko.
Sebelumnya, jatuhnya korban jiwa karena menonton bencana longsor juga pernah terjadi di Dusun Dolopo, Desa Kepel, Kecamatan Ngetos, Nganjuk, Jawa Timur pada 9 April 2017. Sebanyak empat dari lima korban longsor diketahui tengah melakukan swafoto di lokasi longsor terjadi sejak beberapa hari sebelumnya. Mereka terkena longsor susulan.
Sebaran hujan
Seperti diperkirakan semula, hujan dengan kategori sedang hingga lebat melanda sejumlah wilayah di Indonesia dari Aceh hingga Papua. Hujan lebat ini diperkirakan masih berpotensi terjadi hingga Kamis (23/1).
Data pantauan hujan harian Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada Senin (20/1) menunjukkan, intensitas hujan dalam 24 jam terakhir yang tertinggi tercatat di di Bogor, Jawa Barat, yaitu sebesar 100 milimeter per hari. Berikutnya, hujan dengan intensitas 78 mm terekam di Stasiun Meteorologi David Constatijn Saudale, di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur.
Hujan dengan intensitas 75 mm per hari terekam di Stasiun Meteorologi Moanamani, Dogiyai, Papua dan hujan dengan intensitas 73 mm terekam di Stasiun Meteorologi Cut Nyak Dhien Nagan Raya, Aceh. Sedangkan di Bengkulu, yang tertinggi tercatat di Kecamatan Taba, Penanjung, Bengkulu Tengah dengan intensitas 67 mm per hari. Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab mengatakan, hujan dengan intensitas di atas 50 mm per hari dikategorikan lebat.
Fachri menambahkan, akumulasi hujan tertinggi selama empat hari, yaitu pada 17-20 Januari 2020, di Bengkulu terekam di Kecamatan Lubuk Pinang, Kabupaten Muko-Muko, yaitu mencapai 188 mm.
Analisis BMKG, seperti disampaikan Radjab, massa udara basah di lapisan rendah terkonsentrasi di sebagian besar Sumatera, Jawa bagian barat dan utara, Bali, sebagian NTB dan NTT, sebagian besar Kalimantan, sebagian Sulawesi, serta sebagian Papua Barat dan Papua. Sebagian daerah juga memiliki potensi konvektif dari faktor lokal dengan nilai indeks labilitas atmosfer sedang atau kuat, di antaranya Aceh bagian barat, Jabodetabek, hingga Papua.
Sedangkan konvergensi memanjang terjadi di Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat bagian utara, dan dari Laut Jawa Timur hingga perairan Utara NTT. Belokan angin terdapat di Sumatera bagian tengah dan selatan, dan sejumlah wilayah lain.
Dengan kondisi ini, daerah yang masih berpeluang hujan lebat disertai kilat meliputi hampir seluruh wilayah Sumatera, seluruh Jawa, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua.