Simulasi Kesiapsiagaan Bencana Mesti Terus Ditanamkan ke Masyarakat
Simulasi kesiapsiagaan penting terus ditanamkan supaya masyarakat semakin terlatih menghadapi ancaman bencana. Mitigasi warga terhadap bencana yang kokoh diharapkan mengurangi potensi jatuhnya korban.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
SLAWI, KOMPAS — Simulasi kesiapsiagaan penting terus ditanamkan supaya masyarakat semakin terlatih menghadapi ancaman bencana. Mitigasi warga terhadap bencana yang kokoh diharapkan mengurangi potensi jatuhnya korban.
Setiap tahun, bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor selalu terjadi di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, selama musim hujan. Tahun lalu misalnya, banjir terjadi di beberapa wilayah, seperti Kecamatan Suradadi, Kramat, Warureja, dan Dukuhturi. Untuk melatih kesiapsiagaan masyarakat, Pemkab Tegal menggelar simulasi bencana banjir yang diikuti sekitar 500 warga Kabupaten Tegal.
Dalam simulasi tersebut diceritakan, masyarakat sedang beraktivitas seperti biasa. Ada yang sedang bersekolah, bermain, memasak, bertani, berjualan, dan lain sebagainya. Tiba-tiba hujan buatan disemprotkan dari mobil pemadam kebakaran ke arah masyarakat. Hal itu membuat mereka berhamburan dan beberapa di antaranya jatuh tersungkur. Tak lama kemudian, tempat tersebut digambarkan terendam banjir.
”Ceritanya sama persis dengan banjir yang terjadi pada 2018. Kami lari berhamburan tanpa tahu harus ke mana dan apa yang harus dilakukan,” kata Barkah Amelia (47), warga Desa Maribaya, Kecamatan Kramat.
Barkah mengatakan, saat itu banjir dengan ketinggian hampir 1,5 meter melanda desanya. Barkah mengaku tidak sempat mengantisipasi bencana banjir karena tidak tahu caranya.
Warga lain, Tumening (52), menyatakan hal serupa. Melalui kegiatan ini Tumening berharap dirinya bisa mengantisipasi bencana dan menjadi masyarakat yang tangguh bencana. Dalam simulasi tersebut, petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tegal menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan untuk mengantisipasi bencana dan menanggulangi bencana.
Bupati Tegal Umi Azizah menuturkan, bencana banjir berpotensi terulang pada musim hujan tahun ini. Umi berharap, risiko akibat banjir bisa ditekan melalui kegiatan-kegiatan kesiapsiagaan bencana, seperti, sosialisasi, edukasi, dan simulasi.
”Setiap tahun kami selalu mengadakan pelatihan kepada masyarakat, dibantu Palang Merah Indonesia dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Sejak awal bulan lalu, kami juga sudah mendirikan posko-posko bencana di hampir seluruh kantor desa sehingga saat ada bencana, penanganannya bisa dilakukan dengan cepat,” ujar Umi.
Pelaksana tugas Kepala BPBD Kabupaten Tegal Moh Soleh mengatakan, tahun ini Pemerintah Kabupaten Tegal menyiapkan anggaran sebesar Rp 2 miliar yang salah satunya dialokasikan untuk mengantisipasi dan menanggulangi bencana. Adapun sebanyak 500 personel gabungan dari BPBD, PMI, Polisi, TNI, dan organisasi masyarakat lainnya disiagakan untuk penanggulangan bencana.
Sementara itu, hujan lebat pada Senin (20/1/2020) malam membuat sejumlah fasilitas publik di Kota Pekalongan seperti lembaga pemasyarakatan, stasiun, sekolah, rumah sakit, stadion, dan beberapa ruas jalan terendam air dengan ketinggian 15-50 sentimeter. Meski berangsur surut, sejumlah genangan masih terlihat di beberapa tempat, seperti di Kecamatan Pekalongan Utara pada Selasa siang.
”Upaya kesiapsiagaan terus ditingkatkan, dengan melakukan monitoring, pemantauan, pendataan dan persiapan evakuasi jika dibutuhkan. Kami terus bersiaga selama 24 jam,” ujar Kepala BPBD Kota Pekalongan Samintha.
Selain pematauan, BPBD Kota Pekalongan juga menyiapkan antisipasi limpasan di bantaran Sungai Tirto dan Sungai Bremi dengan membuat tanggul darurat dari karung berisi tanah. Upaya pencegahan banjir tersebut berhasil. Banjir yang pekan lalu melanda daerah tersebut tidak terulang pada Senin malam.