Proses pencarian KLM Panji Saputra yang tenggelam di Maluku memasuki hari keenam. Pesawat CN235 milik TNI AL dan perahu motor milik warga dikerahkan ke lokasi yang diduga kuat menjadi titik tenggelamnya kapal tersebut.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS - Proses pencarian Kapal Layar Motor Panji Saputra memasuki hari keenam. Pesawat CN235 milik TNI Angkatan Laut dan perahu motor milik warga dikerahkan ke lokasi yang diduga kuat menjadi titik tenggelamnya kapal pengangkut avtur milik Komando Daerah Militer XVI/Pattimura itu. Pencarian difokuskan di perairan Kepulauan Kei dalam cakupan 243 mil laut persegi.
Kepala Kantor SAR Ambon Muslimin, di Ambon, Kamis (23/1/2020), mengatakan, titik tenggelamnya kapal berada dekat Pulau Tayandu, Kota Tual. Pada pencarian sebelumnya, tim menemukan delapan drum avtur yang dipastikan milik Kodam Pattimura. Selain itu, ada tas berisi pakaian dinas lapangan TNI AD dan dompet milik Sersan Dua Aswandi Ali.
Angin kencang dan gelombang tinggi melanda perairan.
Aswandi dan lima orang lain ikut dalam pelayaran itu. Kapal mengangkut total 25 drum avtur atau setara dengan 5.000 liter. Penumpang lain adalah Prajurit Satu Midun, teman Aswandi dari Kodam Pattimura; serta empat awak kapal bernama La Mufik, La Jau, Ongki, dan Muhammad Juniarto. Kapal itu berukuran 6 gros ton dengan panjang 10 meter dan lebar 2 meter.
Muslimin mengatakan, kondisi cuaca pada hari keenam pencarian ini mengkhawatirkan. Angin kencang dan gelombang tinggi melanda perairan. Pesawat CN235 milik TNI Angkatan Laut dari Komando Armada III yang berpangkalan di Sorong, Papua Barat, kembali dikerahkan untuk membantu pencarian.
Pesawat tersebut akan terbang rendah. Sementara, perahu masyarakat yang ikut mencari diminta beroperasi di pesisir pulau-pulau terdekat. "Gelombang di lokasi pencarian mencapai lebih dari dua meter. Perahu karet dan perahu kecil milik warga tidak terlalu maksimal dalam pencarian sehingga diarahkan untuk mencari di pesisir pulau," kata Muslimin.
Berdasarkan prakiraan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon, gelombang tinggi terjadi hampir di seluruh wilayah perairan Maluku.
Johannis S Kakiailatu, prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon, dalam keterangan tertulis, mengatakan, pola angin berembus dari barat ke timur dengan kecepatan hingga 25 knot atau 46,3 kilometer per jam. Kecepatan angin itu dapat membangkitkan tinggi gelombang hingga 2,5 meter. Tinggi maksimum gelombang bisa mencapai dua kali lipat dari prakiraan.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, kapal mengangkut avtur dari Pelabuhan Slamet Riyadi Ambon pada 7 Januari dan diperkirakan tiba paling lambat 11 Januari. Mereka hilang kontak selama berhari-hari dan dilaporkan oleh Kodam Pattimura ke SAR Ambon pada 18 Januari. Avtur itu rencananya dibawa menuju Saumlaki di Kabupaten Kepulauan Tanimbar kemudian ke Moa di Kabupaten Maluku Barat Daya.
Mery Uktolseja, petugas di pelabuhan, sempat melarang kapal itu berlayar. Muatan dianggap melebihi kapasitas kapal. Terlebih lagi, saat itu cuaca buruk dengan ketinggian gelombang di atas 3 meter.
Kapal berbahan fiber itu melewati Laut Banda selama empat hari lamanya. Pelayaran itu dianggap sangat berisiko. Ethly Johannis Alfaris dari bagian Humas Kesyahbadaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas I Ambon mengatakan, pihak kapal tidak mengajukan surat persetujuan berlayar.
Kepala Penerangan Kodam Pattimura Kolonel (Inf) Jansen Simanjuntak mengatakan, pihak Kodam ada melakukan penyelidikan secara internal terkait peristiwa itu. "Saat ini, kami fokus dulu pada pencarian dan penyelamatan," ujarnya. Operasi SAR akan berakhir besok. Namun, tidak tertutup kemungkinan akan diperpanjang lagi hingga tujuh hari ke depan.