Santriwati Mesti Berkontribusi dalam Ekonomi Digital
Para pelajar putri dan santriwati mesti menguasai teknologi di era transformasi digital. Penguasaan teknologi diyakini mampu meningkatkan kontribusi santri terhadap perekonomian bangsa.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
JOMBANG, KOMPAS – Para pelajar putri dan santriwati mesti menguasai teknologi di era revolusi industri generasi keempat dan transformasi digital. Penguasaan teknologi diyakini mampu meningkatkan kontribusi santri terhadap perekonomian bangsa, terutama saat menghadapi era ekonomi digital.
Hal itu disampaikan Wakil Presiden Ma’ruf Amin saat membuka Rapat Kerja Nasional Ikatan Pelajar Perempuan Nahdlatul Ulama (IPPNU) dan Gelar karya Santri Nusantara di Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Jombang, Jawa Timur, Kamis (23/1/2020). Hadir pula dalam acara tersebut antara lain Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziyah, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, dan Ketua Umum IPPNU Nurul Hidayah Ummah.
Wapres mengatakan, revolusi industri generasi keempat atau 4.0 dan era transformasi digital membawa perubahan besar dalam tatanan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat.
Di sektor ekonomi misalnya, perkembangan teknologi membuat pelaku usaha mulai memanfaatkan pasar dalam jaringan (daring), selain tetap mengisi pasar luar jaringan (luring). Amin mengungkapkan, pelaku usaha dituntut dinamis, kreatif, dan inovatif agar mampu bersaing dengan pelaku usaha lain dari dalam dan luar negeri.
Salah satu bentuknya dengan pemanfaatan teknologi untuk memasarkan produk. Selain tetap berjualan di pasar luring, penjualan secara daring mampu menjangkau pasar hingga luar negeri. Produk-produk tersebut diyakini bisa lebih laku karena memiliki kualitas yang baik, juga memiliki keunikan dibanding produk lain.
“Tadi saya melihat ada cokelat yang terbuat dari kelor. Saya kira ini sangat menarik,” kata Amin.
Dia berharap kepada santri dan IPPNU agar mampu menciptakan kemandirian umat. Para santri, masyarakat, dan pondok pesantren harus mampu mandiri secara ekonomi dan sosial. Mereka juga dituntut terus mengembangkan kecakapan teknologi dalam proses produksi, distribusi, dan pemasaran, melalui pendekatan inovatif dan strategis. “Saya berpandangan bahwa era digital ini harus kita pahami dan kuasai,” ucap Amin.
Amin mengatakan, santri dan pondok pesantren harus terus menciptakan wirausaha baru. Hal ini sebagai bagian dari kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi, menurunkan angka kemiskinan, dan meningkatkan indeks pembangunan manusia. Terlebih, saat ini, pemerintah terus mendorong program One Pesantren One Product sehingga diharapkan produk-produk dari pesantren terus bermunculan.
Untuk membantu mengembangkan program tersebut, pemerintah telah menggandeng sejumlah lembaga e-dagang untuk meningkatkan kapasitas para pelaku usaha, termasuk santri dan pondok pesantren. Mereka akan memberikan masukan agar kualitas produk para santri bisa lebih baik dan diminati pasar. Sementara dari segi pembiayaan, ada financial technology yang siap membantu para santri mendapatkan modal.
Khofifah menuturkan, produk yang dihasilkan santri harus mampu bersaing dengan produk luar negeri. Terlebih, kini untuk membeli produk dari luar negeri cukup mudah dan bisa dikirim dalam waktu yang relatif cepat. “Kompetisi saat ini sangat ketat, maka santri harus berpikir out of the box,” katanya.
Untuk itu , santri harus bisa memanfaatkan teknologi dalam menjangkau pasar yang lebih luas. “Banyak sentra UKM yang mengalami penurunan pasar cukup signifikan. Dengan memanfaatkan teknologi, saya yakin mereka bisa bangkit dan kembali menguasai pasar,” ucap Khofifah.