Ratusan Rumah di Kabupaten Bandung Terendam Banjir Luapan Citarum
Hujan selama enam jam mengguyur sejumlah kawasan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (23/1/2020). Akibatnya, lebih dari 300 rumah di tiga kecamatan terendam banjir luapan Sungai Citarum.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
SOREANG, KOMPAS — Hujan selama enam jam mengguyur sejumlah kawasan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis, 23 Januari. Akibatnya, lebih dari 300 rumah di Kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot, dan Bojongsoang terendam banjir luapan Sungai Citarum.
Hingga Jumat (24/1/2020) sore, banjir belum surut. Ketinggian banjir bervariasi, dari 10 sentimeter (cm) hingga 160 cm. Euis (36), warga Dayeuhkolot, mengatakan, hujan mengguyur kawasan itu sejak pukul 18.00 hingga pukul 24.00. ”Durasi hujan lebatnya lebih dari dua jam,” ujarnya.
Salah satu daerah yang paling parah terdampak adalah Kampung Bojongasih, Dayeuhkolot. Ketinggian banjir di kampung itu mencapai 1,6 meter.
Akibatnya, jalan kampung tersebut tidak dapat dilalui kendaraan bermotor. Warga harus menggunakan perahu dan pelampung dari ban bekas untuk beraktivitas. Ada juga yang nekat menerobos banjir dengan berjalan kaki.
Mayoritas warga masih bertahan di lantai dua rumah mereka. Namun, terdapat 71 warga yang mengungsi ke Aula Desa Dayeuhkolot.
Hingga Jumat (24/1/2020) sore, banjir belum surut. Ketinggian banjir bervariasi, dari 10 cm hingga 160 cm.
Menurut Euis, banjir awal tahun 2020 ini tidak separah awal 2019. Saat itu, hujan dalam durasi tiga jam dapat menyebabkan banjir hingga setinggi 2 meter. ”Awal tahun ini banjirnya agak berkurang. Namun, belum tahu ke depan karena musim hujan masih berlangsung,” ujarnya.
Warga Kampung Cigosol, Baleendah, juga mulai mengungsi sejak Jumat pagi. Lebih dari 25 orang mengungsi ke Gedung Inkanas yang berjarak sekitar 800 meter dari kampung itu.
Kampung Cigosol tergenang banjir hingga ketinggian 1,2 meter. Selain dari Citarum, banjir di kampung ini juga berasal dari luapan Sungai Cisangkuy.
Inah Ivana (30), pengungsi di Gedung Inkanas, mengatakan, banjir mulai memasuki permukiman warga pada Kamis malam. Banjir terus meninggi hingga Jumat pagi.
”Langit sudah gelap. Kemungkinan besar akan turun hujan lebat lagi. Jadi, lebih baik mengungsi untuk sementara waktu,” ujar ibu dua anak tersebut.
Banjir juga menggenangi Kampung Cijagra, Bojongsoang. Warga harus menggunakan perahu untuk masuk dan keluar dari kampung itu karena ketinggian banjir mencapai 50 cm.
Kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot, dan Bojongsoang menjadi kawasan langganan banjir pada musim hujan. Selain karena permukaan yang rendah, ketiga kecamatan itu juga dilintasi Sungai Citarum, Cisangkuy, dan Cikapundung.
Pemerintah sudah membangun kolam retensi di Cieunteung, Baleendah, seluas 8,7 hektar. Namun, kolam itu belum cukup menampung limpahan air banjir.
Pengendalian banjir juga dilakukan dengan mengoperasikan Terowongan Nanjung di Curug Jompong. Dua terowongan dengan panjang 230 meter dan berdiameter 8 meter itu berfungsi memperlancar aliran air Citarum ke Waduk Saguling sehingga membuat genangan banjir cepat surut.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Enjang Wahyudin mengatakan, banjir tidak hanya karena hujan di Baleendah, Dayeuhkolot, dan Bojongsoang. Sebab, sejumlah kawasan hulu, seperti Pangalengan, Kertasari, dan Ciwidey, juga diguyur hujan lebat dengan durasi hingga tiga jam.
BPBD Kabupaten Bandung telah menyiagakan posko lapangan di Gedung Inkanas. Tujuannya untuk memudahkan evakuasi karena lokasi tersebut paling dekat dengan permukiman warga. Di posko itu disediakan sejumlah peralatan evakuasi, seperti perahu karet dan perahu fiber.