Petugas kesehatan di Jawa Barat mewaspadai penyebaran virus korona di daerah tersebut. Untuk mengantisipasi infeksi virus dengan kode 2019-nCoV ini, dibuka posko kesehatan di RSUD Al Ihsan, Kabupaten Bandung.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Petugas kesehatan di Jawa Barat mewaspadai penyebaran virus korona di daerah tersebut. Untuk mengantisipasi infeksi virus dengan kode 2019-nCoV ini, pemerintah setempat membuka posko kesehatan di RSUD Al Ihsan, Kabupaten Bandung.
Pusat Informasi dan Krisis Center Coronavirus RSUD Al Ihsan mulai dibuka pada Senin (17/1/2020). Posko ini berfungsi sebagai tes penyaringan, pusat informasi, dan pusat krisis.
Wakil Direktur Pelayanan Medik Penunjang dan Keperawatan RSUD Al Ihsan Hadri Pramono, di Bandung, Minggu (26/1/2020), menuturkan, pihaknya akan melayani masyarakat setiap hari. Setiap pasien dengan keluhan demam, batuk pilek, disertai kesulitan bernapas akan diberi penanganan khusus.
”Pasien akan diperiksa dengan thermal scanner. Alat ini ditempelkan ke kulit untuk mengukur suhu tubuh,” katanya.
Salah satu gejala yang mudah diamati dari infeksi virus ini adalah demam tinggi yang mencapai lebih dari 38 derajat celsius. Hadri melanjutkan, jika alat mendeteksi panas, pasien akan dipisahkan lalu ditelusuri riwayat perjalanannya.
Jika pasien baru saja melakukan perjalanan dari negara-negara terjangkit, seperti China dan Singapura, yang bersangkutan dinyatakan terduga (suspect) virus korona dan akan diisolasi. ”Kami memiliki satu ruangan khusus dengan tekanan negatif, jadi udara di sana tidak akan mengontaminasi ke luar,” ujarnya.
Sebelumnya, di awal tahun, masyarakat dikejutkan tersebarnya virus 2019-nCoV yang diduga berasal dari Wuhan, China. Teror virus ini menyebar dengan cepat. Beberapa negara, seperti China dan Singapura, melakukan penanganan intensif.
Meski pemberitaan terkait virus korona marak, Hadri meminta masyarakat tidak perlu panik walau tetap harus waspada. Dia berpendapat, hingga kini belum ada informasi yang rinci, jelas, dan pasti mengenai virus ini, baik dari Kementerian Kesehatan, WHO, atau China sekalipun.
”Informasi masih simpang siur. Namun, virus korona mengandung DNA atau untaian genetika yang gampang bermutasi. Kita sudah belajar, Indonesia pernah mengalami pandemi flu babi (H1N1, 2009) dan outbreak flu burung (H5N1, 2005). Jadi, tetap harus waspada,” tuturnya.
Apalagi, saat ini Jabar berada dalam kondisi musim hujan hampir merata di semua wilayah. Hadri mengimbau warga tetap menjaga kesehatan dan segera melapor ke fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami gangguan kesehatan.
”Segeralah diperiksa kesehatannya ke Posko Pusat Informasi dan Pusat Krisis Coronavirus RSUD Al Ihsan jika terdapat gejala dan baru saja melakukan perjalanan dari China. Jangan menunggu tiga hari dulu,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Jabar Berli Hamdani menyatakan, laporan terkait dugaan virus korona sejauh ini belum ditemukan. Namun, masyarakat tetap diminta waspada dan tetap menjaga kesehatan.
”Sementara ini kami menyiagakan RSUD Al Ihsan. Hingga saat ini, belum ada laporan. Akan tetapi, jika ada warga yang terserang demam lebih dari 38 derajat, harap laporkan ke fasilitas kesehatan terdekat, apalagi yang memiliki kontak dengan China,” tuturnya.