Penerjemah Lion Air yang Diisolasi di Manado Bebas Infeksi
Seorang pegawai maskapai Lion Air dirawat di ruang isolasi RSUP Prof dr RD Kandou, Manado, Sulawesi Utara, karena menderita batuk setelah tiba dari China. Pihak rumah sakit memastikan ia tak terinfeksi virus korona.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI/VIDELIS JEMALI
·4 menit baca
MAROS, KOMPAS – Seorang pegawai maskapai Lion Air dirawat di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Pusat Prof dr RD Kandou, Manado, Sulawesi Utara, karena menderita batuk setelah tiba dari China. Pihak rumah sakit memastikan ia tak terinfeksi virus korona tipe baru yang merebak di Wuhan, China.
Dihubungi dari Maros, Sulawesi Selatan, Minggu (26/1/2020), Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sulut dr Steaven Dandel mengatakan, pasien tersebut adalah perempuan berusia 24 tahun. Ia bekerja sebagai penerjemah bagi Lion Air yang mengisi rute penerbangan ke Manado dari delapan kota di China.
Pasien itu tiba Manado, Sabtu (25/1) dini hari, dari Guangzhou dengan penerbangan sewa JT 2740. Pagi harinya, ia mengalami batuk. “Saya yang bawa ke RSUP Kandou. Ia langsung dirawat di ruang isolasi dan terus berada di bawah pengawasan,” kata Steaven.
Dihubungi terpisah, Direktur RSUP Kandou Jimmy Palenewen mengatakan, pihaknya telah memeriksa pasien tersebut. Dari hasil wawancara, terungkap bahwa mereka sempat transit di bandara Internasional Tianhe, Wuhan, dalam perjalanannya. Namun, ia tidak turun dari pesawat.
“Dia tinggal di pesawat saja. Memang, pintu pesawat dibuka, tapi dia tidak turun. Tapi, sampai Manado, suhu tubuhnya juga normal,” kata Jimmy.
Keeseokan harinya, pasien melapor kepada hotel tempatnya menginap bahwa dia sakit batuk setelah pesawat yang ditumpanginya singgah di Wuhan. Laporan dilanjutkan ke Dinas Kesehatan Sulut, kemudian diarahkan ke rumah sakit. “Kelihatannya batuk biasa saja,” kata Jimmy.
Selama dua hari diawasi di ruang isolasi, Jimmy menyebut keadaan pasien tidak menunjukkan gejala pneumonia. Suhu tubuhnya normal dan ia beraktivitas seperti biasa di ruang isolasi. Ia pun dipastikan tidak terinfeksi virus korona tipe baru (2019-nCoV) yang merebak di Wuhan.
“Pemeriksaan laboratorium dan foto rontgent sudah dilakukan, tidak ada tanda-tanda pneumonia,” kata Jimmy.
Jimmy menegaskan, penempatan pasien di ruang isolasi merupakan langkah antisipatif, bukan karena dugaan infeksi. Ia berharap masyarakat tetap tenang.
Corporate Communications Strategic Lion Air Danang Mandala Prihartono belum memberi komentar soal transit pesawat di Wuhan. Namun, ia mengatakan, kini kondisi penerjemah itu sehat setelah perawatan dengan suhu tubuh 36 derajat Celsius. Tidak ada tanda-tanda demam, radang paru-paru, atau pneumonia.
Danang menegaskan, Lion Air juga sudah meminta seluruh karyawannya untuk menjalankan rekomendasi pencegahan infeksi virus korona yang diberikan Kementerian Kesehatan. Beberapa di antaranya adalah penyemprotan cairan multiguna pembunuh kuman, mengenakan masker dan sarung tangan, serta menggunakan cairan pembersih tangan.
Sebelumnya, tujuh penumpang penerbangan JT-2742 dari Changsha, China, yang tiba di Manado juga dikarantina oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Manado karena kecurigaan akan infeksi virus korona jenis baru. Danang mengatakan, tujuh penumpang tersebut telah diperiksa dan dipastikan tidak terinfeksi.
“Ketika pesawat merapat di pelataran parkir bandar udara, petugas kesehatan terlebih dulu masuk ke kabin untuk memeriksa seluruh tamu. Itu untuk memastikan keselamatan, keamanan, dan kenyamanan perjalanan bagi awak pesawat maupun tamu,” katanya.
Meski demikian, pihak Dinkes Sulut justru membantah pemeriksaan tujuh penumpang berkaitan antisipasi virus korona. Steaven mengklaim pengecekan ketujuh penumpang tersebut bukan karena masalah kesehatan, melainkan imigrasi.
Morowali
Di Sulawesi Tengah, antisipasi dengan deteksi dini virus dilakukan terutama di kawasan industri PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Morowali. Perusahaan pengelola kawasan industri tersebut mempekerjakan sekitar 2.500 tenaga kerja dari China.
Manajemen menetapkan standar pengawasan ketat. Hal itu diwujudkan dengan pemasangan alat pengukur suhu badan, pemeriksaan kesehatan untuk semua karyawan, termasuk dari China. Selain di kawasan industri, alat pengukur suhu badan juga dipasang di pelabuhan pengangkutan material tambang bekerja sama dengan balai karantina.
"Sejauh ini, belum ada yang terdeteksi terjangkit virus korona," kata Koordinator Hubungan Masyarakat dan Publikasi PT IMIP Dedy Kurniawan di Morowali, Minggu (26/1/2020).
Untuk mengisolasi penyebaran virus dari China, sejak 25 Januari 2020, perusahaan sementara menyetop penerimaan tenaga kerja dari China. Fokus penanganan saat ini terhadap pekerja yang bekerja di kawasan industri.
Pihak perusahaan juga mengawasi secara lebih ketat kesehatan tenaga kerja China yang berasal dari Wuhan. Dedy menegaskan, manajemen terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan daerah dalam mengantisipasi penyebaran virus korona.