Banjir di Sebagian Pantura Barat Jateng Berangsur Surut
Banjir yang sempat melanda sejumlah daerah pesisir pantai utara Jawa Tengah bagian barat seperti Kabupaten Batang, Kota Tegal, dan Kabupaten Pekalongan berangsur surut, Senin (27/1/2020).
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
BATANG, KOMPAS -- Banjir yang sempat melanda sejumlah daerah pesisir pantai utara Jawa Tengah bagian barat seperti Kabupaten Batang, Kota Tegal, dan Kabupaten Pekalongan berangsur surut, Senin (27/1/2020). Namun, di Kabupaten Tegal dan Kota Pekalongan, sebagian warga masih mengungsi karena rumahnya masih terendam.
Di Kabupaten Batang, banjir sempat merendam beberapa daerah seperti Kecamatan Batang, Kecamatan Tulis, dan Kecamatan Subah pada Sabtu-Minggu (25-26/1/2020). Jalur pantura Batang di Kecamatan Tulis terutama di jalur Semarang-Jakarta juga sempat ditutup, Sabtu malam. Arus lalu lintas di daerah tersebut tersendat karena ketinggian air berkisar 30-50 sentimeter.
Seluruh genangan banjir di daerah tersebut mulai surut, Senin pagi. Meskipun demikian, masyarakat diminta tetap waspada karena puncak musim hujan masih akan terjadi pada Februari mendatang. Sehingga, kemungkinan banjir berulang masih ada.
"Kami imbau masyarakat untuk selalu waspada jika turun hujan. Kami juga meminta kepada masyarakat untuk menggalakkan kerja bakti membersihkan lingkungan dan saluran-saluran air," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Batang Ulul Azmi di Batang.
Sementara itu, di Kelurahan Sumurpanggang, Kecamatan Margadana, Kota Tegal, banjir juga sudah mulai surut. Banjir dengan ketinggian 20 sentimeter (cm) yang pada Minggu petang masih merendam, Senin siang, surut menjadi 10 cm.
"Saat ini, air masih menunggu antrean untuk mengalir ke Sungai Kemiri karena saluran drainase tidak terlalu lebar. Kemungkinan, seluruh genangan yang tersisa akan benar-benar kering pada Senin malam," ujar Kepala BPBD Kota Tegal Andri Yudi Setiawan.
Sementara itu, banjir yang terjadi di lima dusun di Desa Kebangkerep, Kecamatan Sragi, Kabupaten Pekalongan, Senin pagi, sudah surut. Pada Minggu siang, akses jalan di lima dusun tersebut sempat lumpuh karena terendam air dengan ketinggian berkisar 30-60 cm.
Di kecamatan lain di Kabupaten Pekalongan, banjir dilaporkan kembali terjadi, pada Minggu malam. Banjir tersebut disebabkan kiriman air dari wilayah hulu. Akibat peristiwa tersebut, sekitar 800 rumah terendam.
"Senin pagi masih ada genangan setinggi 20-50 cm di Desa Tengeng Wetan, Desa Pait, dan Desa Rembun yang ada di Kecamatan Siwalan. Tidak ada warga yang mengungsi dalam kejadian tersebut," ujar Kepala BPBD Kabupaten Pekalongan Budi Rahardjo.
Adapun di sebagian wilayah Kabupaten Tegal, banjir yang sempat melanda 10 desa di tiga kecamatan yakni, Kecamatan Adiwerna, Kecamatan Lebaksiu, dan Kecamatan Suradadi juga sudah surut pada Senin pagi. Warga di 10 desa tersebut juga sudah beraktivitas seperti biasa.
Meskipun banjir di sebagian wilayah Kabupaten Tegal berangsur surut, masih ada sejumlah daerah yang terendam pada Senin siang. Warga memilih untuk tetap bertahan di pengungsian sambil menunggu air benar-benar surut.
"Genangan setinggi 30-50 cm masih merendam sebagian Kelurahan Dampyak, Kecamatan Kramat karena adanya limpasan air laut atau rob. Sebanyak 10 keluarga dari total 295 keluarga terdampak masih bertahan di pengungsian hingga Senin siang," tutur Kepala Markas Palang Merah Indonesia Kabupaten Tegal Sunarto.
Kondisi serupa juga terjadi di Kota Pekalongan. Sebanyak 78 orang tercacat masih mengungsi di Aula Kelurahan Tirto, Kecamatan Pekalongan Barat pada Senin pagi. Warga belum bisa kembali ke rumah masing-masing lantaran sebagian wilayah Tirto masih terendam air dengan ketinggian 50 cm.
Menurut Kepala BPBD Kota Pekalongan Saminta, banjir di wilayah Tirto disebabkan oleh adanya luapan Sungai Meduri. Sebanyak tiga unit mobil pompa disiagakan untuk menyedot air di wilayah tersebut. Adapun normalisasi saluran air yang tersumbat juga dilakukan untuk memperlancar aliran air.