Hindari Reaksi Berlebihan dalam Menyikapi Ancaman Virus Korona
Gubernur NTB Zulkieflimasyah mengingatkan kekhawatiran masyarakat terhadap penyebaran virus korona jenis baru jangan berlebihan. Reaksi berlebihan dikhawatirkan memengaruhi sektor pariwisata lokal.
Oleh
KHAERUL ANWAR
·2 menit baca
MATARAM, KOMPAS - Gubernur Nusa Tenggara Barat Zulkieflimasyah mengingatkan kekhawatiran masyarakat terhadap penyebaran virus korona jenis baru jangan sampai terlalu berlebihan. Reaksi yang berlebihan dikhawatirkan menghambat sektor pariwisata lokal.
"Jangan sampai ada satu-dua masalah besar, seakan-akan semuanya terkena. Tentu pemerintah China dan Indonesia, termasuk NTB, melakukan antisipasi," jelas Zulkieflimansyah di Mataram, NTB, Senin (27/1/2020).
Ia mengingatkan, sebagai daerah tujuan wisata, jangan sampai masyarakat menunjukkan reaksi berlebihan. "Kalau orang sudah pada panik dulu, malah enggak jadi datang (ke Lombok),” kata Zulkieflimansyah.
Kepala Dinas Kesehatan NTB, Nurhandini Eka Dewi, mengatakan, Pemprov NTB telah melakukan langkah antisipasi penyebaran virus korona di sejumlah gerbang masuk yakni Bandara Internasional Lombok (BIL) dan beberapa pelabuhan di Lombok dan Sumbawa.
"Bandara Internasional Lombok sudah ada alat pendeteksi panas tubuh bagi penumpang penerbangan internasional. Jika ada penumpang yang panas tubuhnya tinggi, langsung dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut. Alhamdulillah sampai saat ini belum ada penumpang dengan kondisi itu,” kata Nurhandini.
Jika ada penumpang yang suhu tubuhnya di atas 38 derajat Celcius, alat tersebut yang berbunyi dan petugas segera membawanya ke rumah sakit. Saat ini Rumah Sakit Umum Provinsi NTB telah menyediakan ruang isolasi yang dilengkapi beberapa tempat tidur, peralatan medis, obat-obatan, alat pelindung diri seperti masker, baju khusus, dengan akses satu pintu. Ruangannya memiliki pengalihan udara agar tidak mencemari lingkungan sekitar.
Kegiatan pemantauan juga dilakukan di Pelabuhan Lembar, Lombok Barat dan Pelabuhan Pemenang, Lombok Utara, bekerjasama dengan kantor kesehatan pelabuhan (KKP), kata Nurhandini. Kedua pelabuhan itu menjadi pintu keluar-masuk wisatawan dari dan menuju Lombok.
Selain itu Dinas Kesehatan NTB juga mengirimkan surat edaran ke sekolah-sekolah, sekaligus menugaskan personel untuk memberikan edukasi kepada para siswa agar menerapkan perilaku hidup sehat. Misalnya, mencuci tangan dengan sabun sebelum makan atau menyentuh makanan, karena kemungkinan adanya virus yang melekat di tangan serta menyediakan masker sebagai pelindung.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Perjalanan dan Wisata (Asita) NTB, Dewantoro Umbu Joka, mengatakan, mengutip laporan pengusaha agen perjalanan, dalam sebulan terakhir, wisatawan asal China ke Lombok menurun dari 100 orang per hari, menjadi 40 orang. Penurunan terjadi dalam minggu ketiga dan keempat Januari.
“Saya tidak tahu, apakah Pemerintah China mengeluarkan travel warning bagi warganya, yang jelas ada penurunan kunjungan wisatawan China ke Lombok. Ada wisawatan 40 orang tapi berasal dari Guangzhou, bukan dari Wuhan yang sedang diisolasi menyusul wabah korona,” ucapnya.