Pemerintah berencana melakukan pengecekan kesehatan di pusat-pusat lokasi kerja tenaga kerja asing di Sulawesi Tenggara untuk mengantisipasi masuknya virus korona.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Merebaknya virus korona tipe baru di berbagai belahan dunia meningkatkan kekhawatiran masuknya virus ini ke wilayah Sulawesi Tenggara. Provinsi ini menjadi salah satu tujuan ribuan pekerja asing, khususnya dari China. Pemerintah pun mengimbau masyarakat tenang dan berjanji mengintensifkan pengawasan di pintu masuk serta pengecekan kesehatan di pusat lokasi kerja tenaga kerja asing di Sultra.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara Andi Hasnah menjelaskan, meski belum ada temuan kasus pasien terinfeksi virus korona tipe baru itu, kewaspadaan perlu dilakukan. Terlebih, wilayah Sulawesi Tenggara hampir setiap hari kedatangan pekerja asal luar negeri, khususnya dari China.
”Karena itu, kami tingkatkan pengawasan di pintu masuk, baik di bandara maupun pelabuhan. Deteksi dini tentu penting dilakukan agar tidak meresahkan masyarakat,” kata Hasnah, selepas rapat koordinasi dengan berbagai instansi terkait antisipasi virus korona, di Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin (27/1/2020).
Saya baru dapat kabar juga dinas kabupaten akan membuka posko pemantauan dan pengecekan kesehatan di Morosi.
Selain pengecekan di pintu masuk, sambung Hasnah, pihaknya akan melakukan monitoring kesehatan pekerja asing di wilayah yang menjadi pusat lokasi para pekerja tersebut. Salah satu lokasi yang akan didatangi adalah wilayah Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, tempat ribuan pekerja asing bekerja di kawasan industri pengolahan nikel.
”Saya baru dapat kabar juga dinas kabupaten akan membuka posko pemantauan dan pengecekan kesehatan di Morosi. Mereka akan membuka posko sampai kejadian ini selesai,” kata Hasnah.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sultra La Ode Rabiul Awal menuturkan, kewaspadaan memang perlu ditingkatkan karena masa inkubasi virus ini hingga 14 hari. Dengan begitu, pendatang yang melewati bandara atau pelabuhan bisa saja lolos dari deteksi panas tubuh, tetapi tidak tertutup kemungkinan membawa virus tersebut.
Oleh karena itu, menurut Awal, pengecekan di pusat-pusat pekerja asing menjadi penting untuk segera dilakukan. Hal itu untuk segera mengambil tindakan jika memang ada indikasi pekerja yang terduga terjangkit virus yang telah tersebar di sejumlah negara dan merenggut puluhan korban jiwa ini.
Data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sultra, pada 2018, jumlah tenaga kerja asing (TKA) sebanyak 2.776 orang. Sebagian besar TKA ini berasal dari China dan lebih dari 70 persen bekerja di kawasan industri di Morosi.
Virus korona baru merupakan virus yang merebak di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, sejak akhir 2019. Virus ini bisa menyebar sebelum ada gejala. Kesimpulan itu didapat dalam dua studi klinis pertama pada pasien yang terinfeksi virus korona baru (2019-nCov).
Analisis genetika pada satu keluarga dari Shenzhen yang terinfeksi virus itu setelah berkunjung ke Wuhan membuktikan penularan antarmanusia di luar kota Wuhan. Jarak Shenzhen dan Wuhan 1.094 kilometer dan keluarga ini tak berkunjung ke pasar hewan laut di Wuhan yang diduga jadi sumber penularan (Kompas, 27/1/2020).
Dihubungi terpisah, Konsultan TKA PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) Yuda Laman mengungkapkan, semua pekerja yang didatangkan dari China telah melakukan pengecekan kesehatan berulang. PT VDNI adalah perusahaan pengolah nikel di Morosi, Konawe.
Menurut Yuda, karantina selama 14 hari terhadap pekerja yang didatangkan dari China telah dilakukan di kantor pusat perusahaan sebelum mereka diterbangkan ke Indonesia. ”Setelah tiba pun mereka tidak langsung bekerja, tapi kami karantina selama satu minggu untuk melihat kondisi. Setelah itu, mereka seminggu kemudian bekerja, tetapi tidak bergabung bersama yang lain. Setelah itu, baru kami baurkan bersama yang lain,” tuturnya.
Sejauh ini, tidak ada satu pun yang terduga terjangkit virus dari pengecekan kesehatan yang kami lakukan.
Sejak awal Januari lalu, Yuda menambahkan, proses karantina telah dilakukan seiring adanya laporan virus jenis baru. Untuk perekrutan tenaga kerja, pihak perusahaan tidak lagi mengambil tenaga kerja dari Wuhan dan Provinsi Hubei. Meski demikian, Yuda menolak menyebutkan jumlah TKA yang saat ini bekerja di PT VDNI dan berapa jumlah yang didatangkan dari China selama satu bulan terakhir.
Kepala Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Kendari Wahyuni Harti menuturkan, pengawasan ketat tidak hanya dilakukan di bandara, tetapi juga difokuskan di pelabuhan. Pihaknya rutin melakukan pengecekan di empat pelabuhan tambang sejumlah perusahaan di wilayah Sulawesi Tenggara.
”Dari awal Januari hingga sekarang, ada 18 kapal yang kami periksa. Total awaknya itu 338 orang. Sejauh ini, tidak ada satu pun yang terduga terjangkit virus dari pengecekan kesehatan yang kami lakukan. Kami terus memantau dan melakukan pengecekan kesehatan dari pintu masuk ke wilayah ini,” ujar Wahyuni.