Pemprov Aceh Terus Pantau Kondisi Mahasiswa Aceh di China
Pemerintah Provinsi Aceh terus memantau keadaan 23 mahasiswa asal Aceh yang berada di China menyusul merebaknya virus korona di negara itu. Dana darurat bagi mahasiswa Aceh di China telah dikirimkan.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Aceh terus memantau keadaan 23 mahasiswa asal Aceh yang berada di China menyusul merebaknya virus korona di negara itu. Pemprov Aceh telah mengirimkan dana darurat kepada mahasiswa di China untuk memenuhi kebutuhan logistik selama berada di China.
Juru Bicara Pemprov Aceh Saifullah Abdulgani, di Banda Aceh, Senin, (27/1/2020), menuturkan, pihaknya memperkuat komunikasi dengan mahasiswa yang berada di China untuk memantau keadaan mereka. Para mahasiswa masih dalam pembatasan keluar dari daerah yang terjangkit coronavirus novel (2019-nCoV). Sebanyak 12 mahasiswa berada di Wuhan, Provinsi Hubei, tempat pertama sekali virus korona ditemukan.
”Kami membangun komunikasi dengan kedutaan dan kemenlu untuk memastikan warga Aceh dalam keadaan baik-baik saja,” kata Saifullah.
Terkait rencana pemulangan mahasiswa, Saifullah mengatakan, pihaknya tetap berkoordinasi dengan Kedutaan Besar RI dan Kementerian Luar Negeri RI. Namun, pihaknya berharap proses pemulangan bisa berjalan cepat.
Kami membangun komunikasi dengan kedutaan dan kemenlu untuk memastikan warga Aceh dalam keadaan baik-baik saja.
Sebanyak 23 mahasiswa asal Aceh kini masih bertahan di China. Mereka belum keluar dari negara itu lantaran pembatasan transportasi setelah merebaknya virus korona.
Ita Kurniawati, warga Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh, yang sedang kuliah di Wuhan, Provinsi Hubei, China, sejak dua minggu terakhir membatasi beraktivitas di luar ruangan dan bertahan di asrama. Dirinya khawatir pada penyebaran virus itu. Saat ini, kondisi Ita sehat dan berharap bisa segera kembali ke Indonesia.
Saat dihubungi Kompas dari Banda Aceh, Minggu (26/1), melalui aplikasi Whatsapp, Ita mengatakan sedang berada di asramanya di Wuchang yang jaraknya 18 kilometer dari Hankou, lokasi pertama sekali virus korona ditemukan.
Ita berada di Wuhan karena tengah menyelesaikan pendidikan magister di Wuhan University. Ia menyampaikan, dirinya dan mahasiswa lain asal Indonesia dalam kondisi baik. Namun, mereka tidak diizinkan keluar asrama jika tidak ada kepentingan mendesak. Kebutuhan makanan telah distok sejak seminggu lalu. Mereka juga saling berbagi makanan.
Mereka tidak diizinkan keluar asrama jika tidak ada kepentingan mendesak.
”Pascamerebak virus korona, saya sangat ingin pulang ke Indonesia. Saya berharap pihak KBRI bisa memfasilitasi,” kata Ita. Secara psikologis, Ita merasa tertekan dengan kondisi di Wuhan. Sebab, dia tidak tahu sampai kapan bertahan di Wuhan. Suasana kota sepi, toko banyak yang tutup dan transportasi umum dihentikan.
”Tetapi, keluarga di Indonesia tidak perlu panik. Kami di sini baik-baik saja. Kami menunggu mobilisasi untuk keluar dari Wuhan,” ujar Ita.
Kepala Dinas Sosial Aceh Alhudri memastikan hingga saat ini kondisi seluruh mahasiswa dan masyarakat Aceh yang tinggal di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, dalam keadaan aman dan terbebas dari virus korona. ”Setiap informasi menyangkut kondisi masyarakat Aceh di Wuhan agar di-crosscheck langsung ke pihaknya di Dinas Sosial Aceh,” kata Alhudri.
Pemprov Aceh juga tengah berusaha memulangkan warga Aceh di China. Namun, pihaknya meminta keluarga yang ada di Aceh tetap tenang dan tidak panik.