Pengembangan Riset dan SDM Jadi Tantangan di Masa Depan
Indonesia membutuhkan lebih banyak ahli teknik untuk mewujudkan kemajuan teknologi di masa depan. Namun, kualitas sumber daya manusia dan pengembangan riset di bidang teknologi saat ini masih belum memadai.
Oleh
VINA OKTAVIA
·2 menit baca
KALIANDA, KOMPAS – Indonesia membutuhkan lebih banyak ahli teknik untuk mewujudkan kemajuan teknologi di masa depan. Namun, kualitas sumber daya manusia dan pengembangan riset di bidang teknologi saat ini masih belum memadai. Untuk itu, pemerintah terus mendorong pengembangan perguruan tinggi berbasis teknologi.
”Pemenuhan kebutuhan insinyur merupakan salah satu tantangan di masa depan. SDM penting untuk pembangunan yang efisien dan berwawasan lingkungan,” kata Direktur Pendidikan Tinggi, Iptek, dan Kebudayaan di Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Hadiat saat peresmian Laboratorium Teknik 2 Institut Teknologi Sumatera (Itera) di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, Senin (27/1/2020).
Gedung senilai Rp 42 miliar yang dibiayai melalui penerbitan surat berharga syariah negara (SBSN) itu akan menjadi laboratorium terpadu utuk riset teknologi. Laboratorium juga dilengkapi peralatan canggih berbasis digital untuk menunjang kebutuhan revolusi industri 4.0.
Hadiat memaparkan, jumlah ahli untuk pengembangan riset teknologi di Indonesia masih sedikit. Di Indonesia, rasio ahli teknik 3.038 orang per satu juta penduduk. Jumlah itu jauh lebih kecil dibanding Vietnam yang mencapai 8.917 orang per satu juta warga. Dalam lima tahun ke depan, Indonesia diprediksi masih kekurangan 280.000 insinyur.
Untuk itu, pemerintah terus mendorong pembangunan infrastruktur vital di perguruan tinggi. Hal ini dilakukan untuk memacu pertumbuhan dan meningkatkan produktivitas perguruan tinggi dalam upaya mencetak ahli teknik. Pemerintah juga akan mendorong industri terlibat dalam pengembangan riset dengan memberi insentif bagi perusahaan yang bersedia berinvestasi dan memanfaatkan hasil riset perguruan tinggi, misalnya pembebasan pajak.
Hadiat menekankan, perguruan tinggi juga harus memperhatikan kualitas lulusannya. Selain cakap berkomunikasi, lulusan teknik juga harus kreatif dan mampu berkolaborasi. Di era disrupsi, para ahli teknik juga dituntut berinovasi menciptakan riset-riset baru yang relevan dengan kebutuhan zaman.
Sementara itu, Rektor Institut Teknologi Sumatera Ofyar Z Tamin mengatakan, pihaknya telah menyesuaikan kurikulum perkuliahan untuk menjawab tantangan revolusi industri 4.0. Selain penguatan karakter dan keterampilan, Itera juga fokus pada hilirisasi riset. Dengan begitu, purwarupa yang dihasilkan dari riset para mahasiswa dan dosen dapat langsung diimplementasikan di industri.
Perguruan tinggi juga harus memperhatikan kualitas lulusannya. Selain cakap berkomunikasi, lulusan teknik juga harus kreatif dan mampu berkolaborasi. (Hadiat)
Saat ini, Itera telah memiliki sejumlah pusat riset yang dibutuhkan untuk pengembangan Sumatera, antara lain Pusat Riset Perkeretaapian dan Pusat Riset BMKG-Itera. Ke depan, Itera juga akan terus mengembangkan riset yang dibutuhkan untuk pembangunan Indonesia, khususnya di Sumatera.
Hingga 2039, Itera menargetkan dapat mendidik 65.000 mahasiswa menjadi ahli-ahli teknik di Indonesia. Hal ini untuk menjawab kebutuhan ahli di bidang teknologi di masa depan.