Presiden: Kembangkan Industri Strategis Pertahanan
Presiden Joko Widodo menginginkan pemerintahannya mengembangkan industri stategis pertahanan. Produksi alat utama sistem persenjataan diutamakan untuk kebutuhan domestik, baru kemudian ekspor atau internasional.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Presiden Joko Widodo menginginkan pemerintahannya mengembangkan industri stategis pertahanan. Produksi alat utama sistem persenjataan diutamakan untuk kebutuhan domestik, baru kemudian ekspor atau internasional.
“Agar kita punya kemandirian,” kata Presiden, seusai memimpin rapat terbatas di fasilitas produksi kapal selam PT PAL Indonesia (Persero), di Surabaya, Jawa Timur, Senin (27/1/2020) siang. Rapat yang dihadiri lebih dari 12 menteri Kabinet Indonesia Maju itu diadakan di samping panel overhaul atau pemeriksaan KRI Cakra-401. Rapat dihadiri jajaran menteri koordinator, menteri, dan staf khusus presiden.
Misalnya, mau beli kapal, ya, buatan PAL. Baik itu untuk pertahanan (TNI), Airud Polri, atau Bea Cukai (Kementerian Keuangan).
Menurut Presiden, pengembangan industri pertahanan perlu mendapat keutamaan untuk membangun kemandirian dan kedaulatan. Rencana pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) pun tidak melulu harus dari luar negeri.
Presiden mengatakan, jika bisa dipenuhi oleh industri dalam negeri, sebaiknya dibeli dari perusahaan domestik. “Misalnya, mau beli kapal, ya, buatan PAL. Baik itu untuk pertahanan (TNI), Airud Polri, atau Bea Cukai (Kementerian Keuangan),” katanya.
Dengan membeli produk industri pertahanan dalam negeri, berarti turut menjamin keberlangsungan dan perkembangannya. Presiden yakin, pasar dalam negeri cukup besar. Menurut catatan Kompas, anggaran pertahanan dan keamanan tahun ini senilai Rp 127 triliun atau yang terbesar sepanjang sejarah.
Presiden juga memberi perhatian khusus kepada pembuatan kapal selam Alugoro-504. Kapal selam jenis Diesel Electric Submarine U209/1400 Chang Bogo Class ini merupakan produk pertama rakitan PT PAL di Surabaya melalui kerja sama transfer teknologi dari Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering Co, Korea Selatan.
Kapal telah dirakit dan saat ini menjalani sea acceptance test (SAT). Jika tiada kendala, Alugoro akan diserahkan kepada Kementerian Pertahanan lalu TNI Angkatan Laut pada akhir tahun ini. “Patut bangga dan pada suatu titik harus bisa dibuat seutuhnya oleh anak bangsa,” kata Presiden.
Ditanya tentang rencana pembelian alutsista dari mancanegara, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, yang turut serta dalam kunjungan Presiden Joko Widodo ke PT PAL, mengatakan, belum diputuskan dalam rapat terbatas itu. “Semua masih dipertimbangkan, mana yang terbaik,” katanya.
Menurut Prabowo, permintaan Presiden untuk memerhatikan produk industri pertahanan dalam negeri akan dipenuhi. Prabowo amat mendukung pengembangan industri pertahanan Indonesia sehingga lebih kuat dan mampu memenuhi perkembangan zaman. “Harus mandiri,” ujarnya.
Sejak dilantik pada Oktober 2019, Prabowo telah mengunjungi tujuh negara dalam rangka diplomasi pertahanan. Ketujuh negara itu yakni Malaysia, Thailand, Turki, China, Jepang, Filipina, dan Perancis.
Dalam kunjungan ke Perancis pada 11-13 Januari 2020, Prabowo bertemu dengan Menteri Pertahanan Perancis Florence Parly dan perwakilan industri pertahanan negara itu. Dengan Parly, Prabowo membahas percepatan penyelesaian Kesepakatan Kerja Sama Pertahanan (DCA) Indonesia-Perancis. Dalam DCA, pengembangan teknologi dan industri pertahanan nasional menjadi salah satu fokus.
Prabowo juga bertemu dengan perwakilan produsen pesawat tempur, kapal perang, radar, dan sistem elektronika pesawat, hingga amunisi. Prabowo menjajaki kerja sama industri pertahanan nasional dengan mereka. Selain alih teknologi, kerja sama yang dijajaki adalah peningkatan penggunaan kandungan lokal dan kapasitas SDM dalam produk pertahanan nasional (Kompas.id, 14/1/2020).