Presiden Joko Widodo memerintahkan Kementerian Luar Negeri memberi perhatian khusus kepada warga Indonesia yang terisolasi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, karena wabah virus korona jenis baru.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/Agnes Sweta Pandia
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS - Presiden Joko Widodo memerintahkan Kementerian Luar Negeri memberi perhatian khusus kepada warga Indonesia yang terisolasi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, karena wabah virus korona jenis baru.
“Kaitannya dengan kebutuhan logistik,” kata Presiden, seusai memimpin rapat terbatas di fasilitas produksi kapal selam PT PAL Indonesia (Persero), Surabaya, Jawa Timur, Senin (27/1/2020).
Aturan untuk masuk ke sana memang ketat sekali. Mengirimkan logistik tidak mudah.
Menurut catatan Kementerian Luar Negeri, di Wuhan ada 93 warga Indonesia yang mayoritas adalah pelajar. Sebanyak 10 orang merupakan mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang mendapat beasiswa belajar di Central China Normal University, Wuhan.
Menurut Presiden, pemerintah China segera memberlakukan kebijakan ketat dan isolasi untuk mengatasi wabah virus korona jenis baru di Wuhan. Akibatnya, pemerintah negara lain kesulitan untuk memberi bantuan logistik kepada warganya. “Aturan untuk masuk ke sana memang ketat sekali. Mengirimkan logistik tidak mudah,” ujarnya.
Bagi Indonesia, lanjut Presiden, seluruh jajaran dan pemerintahan untuk meningkatkan kewaspadaan. Pengawasan di bandar udara dan pelabuhan, terutama yang terkait dengan kedatangan penumpang dari China, harus ditingkatkan. Deteksi terhadap penumpang yang diduga terjangkit virus korona harus bisa dilakukan dengan baik meski peralatan pemindai tak maksimal.
“Bukan sesuatu yang mudah, karena pada masa inkubasi, panas tubuh terkadang tak terdeteksi oleh peralatan yang dimiliki, tetapi semua negara juga mengalami hal yang sama,” kata Presiden.
Jangan sampai saat mereka keluar untuk evakuasi malah tertular.
Dalam kesempatan terpisah, Rektor Unesa Prof Nurhasan mengatakan, terus berkoordinas dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di China untuk evakuasi dan pemulangan para anak didiknya dari Wuhan. Namun, kedua upaya tadi tidak boleh terburu-buru. Jangan sampai saat mereka keluar untuk evakuasi malah tertular.
“Karena penyebaran virus ini disinyalir tak cuma dari makanan, tetapi juga udara,” kata Nurhasan, seusai telekonferensi dengan para mahasiswa di Wuhan.
Di sisi lain, para mahasiswa juga menghadapi kesulitan tinggi, terutama dalam memenuhi kebutuhan makanan-minuman. Logistik ada, tetapi harganya berlipat. Laporan dari mahasiswa, harga kacang-kacangan yang jika dirupiahkan sebelumnya senilai Rp 20.000, kini naik empat kali lipat.
Nurhasan mengingatkan mahasiswa, biar pun harga makanan mahal agar tidak mengurangi asupan. “Saya tegaskan bahwa mereka harus sehat, cukup makan, agar tubuh dapat menangkal virus itu,” katanya.
Menurut Nurhasan, sebelumnya ada 12 mahasiswa Unesa di Wuhan, tetapi dua orang telah kembali. Dari sepuluh yang bertahan di Wuhan itu, empat di antaranya akan habis masa belajarnya pada Februari nanti. Empat lagi akan habis pada Juli nanti.
“Untuk yang akan habis visa studinya, kami segera back-up pendanaan beasiswa agar mereka bisa memenuhi kebutuhan selama belum bisa dievakuasi atau dipulangkan,” ujarnya.
Mahasiswa diminta mematuhi peraturan kampus dan pemerintah Wuhan agar tidak terjangkit virus korona. Kampus mereka di Wuhan juga telah dilengkapi peralatan sterilisasi dan pemindaian panas tubuh. Jika mahasiswa terpaksa keluar kampus, saat kembali harus cuci tangan dan cuci kaki, bahkan diperiksa secara intensif.
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soetomo Joni Wahyuhadi mengatakan, seorang warga China yang datang mengeluh karena gejala radang paru setelah diperiksa tidak terjangkit virus korona. Pasien ini berasal dari China dan datang ke Surabaya pada 5 Januari 2020 untuk mengajar bahasa Mandarin. Pasien tersebut tinggal di Surabaya Timur dan pada Minggu datang ke RSUD mengeluh sakit.
“Setelah diperiksa, ternyata bronkitis,” kata Joni. Meski begitu, demi kewaspadaan, pasien diminta untuk rawat inap. Pasien telah bersedia untuk rawat inap sekaligus menjalani pemeriksaan lain, yakni SWAP, untuk memastikan apakah benar-benar tidak terdapat virus korona atau yang membahayakan dan menular. Pasien juga ditempatkan di ruang isolasi.
RSUD Dr Soetomo merupakan satu dari tiga layanan kesehatan yang disiapkan untuk karantina pasien terduga virus korona.
Secara terpisah, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, RSUD Dr Soetomo merupakan satu dari tiga layanan kesehatan yang disiapkan untuk karantina pasien terduga virus korona. Lainnya adalah RSUD Dr Saiful Anwar Malang dan RSUP Dr Soedono Madiun.
Tim kesehatan di pelabuhan dan bandara, lanjut Khofifah, terus diingatkan untuk waspada dan tidak lengah dalam memeriksa penumpang dari mancanegara, terutama China. Pemeriksaan terhadap penumpang amat penting untuk mencegah potensi penyebaran virus korona di Jatim.