Warga Intan Jaya Trauma akibat Konflik Berkepanjangan
Warga Kabupaten Intan Jaya, Papua, didera rasa trauma akibat konflik antara aparat keamanan dan kelompok sipil bersenjata yang kerap terjadi sejak Desember 2019.
Oleh
FABIO COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS - Warga Kabupaten Intan Jaya, Papua, didera rasa trauma akibat konflik antara aparat keamanan dan kelompok sipil bersenjata yang kerap terjadi sejak Desember 2019. Pemerintah pun diharapkan mengupayakan solusi untuk menghadirkan rasa damai di tengah masyarakat.
Hal ini disampaikan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Papua Thomas Sondegau, di Jayapura, Selasa (28/1/2020). Thomas mengatakan, konflik antara aparat keamanan dari TNI dan Polri dengan kelompok sipil bersenjata menyebabkan warga merasa ketakutan. Hal itu juga membuat warga sering meninggalkan rumahnya untuk mengungsi ke lokasi yang aman.
"Dari informasi terakhir di Intan Jaya, pihak keamanan telah tersebar di banyak perkampungan. Hal ini memicu rasa ketakutan warga karena konflik dengan kelompok bersenjata dapat terjadi di tengah mereka," kata Thomas.
Pada akhirnya, tidak ada yang akan menang dalam konflik ini. Wargalah yang paling menderita dari pertikaian antara kedua pihak.
Ia menuturkan, DPRD Papua meminta agar pemerintah pusat memprioritaskan upaya dialog damai antara kedua pihak daripada langkah penegakan hukum yang rentan menyebabkan jatuhnya korban warga sipil.
"Pada akhirnya, tidak ada yang akan menang dalam konflik ini. Wargalah yang paling menderita dari pertikaian antara kedua pihak," tutur legislator asal Intan Jaya ini.
Konflik di Intan Jaya bermula saat kelompok Lekagak Telenggen membacok tiga tukang ojek sepeda motor hingga tewas di Kampung Pugisida pada 25 Oktober 2019. Kemudian, kontak senjata antara kelompok Lekagak dan aparat TNI-Polri terjadi di sejumlah lokasi di Intan Jaya sejak 17 Desember 2019.
Kontak senjata itu terjadi selama beberapa hari. Dua anggota TNI Angkatan Darat gugur dalam kontak senjata itu, yakni Lettu Inf Erizal Zuhri Sidabutar dan Serda Rizky.
Terakhir, kontak senjata antara tiga anggota kelompok kriminal bersenjata dengan TNI-Polri terjadi di Kampung Yoparu, Distrik Sugapa, ibu kota Intan Jaya, pada Minggu (26/1). Satu anggota Lekagak tewas dan seorang anak bernama Jekson Sondegau (8) terluka karena terserempet peluru di bagian perut.
Dihubungi secara terpisah, Pastor Yustinus Rahangiar, pimpinan perwakilan gereja Katolik di Intan Jaya, mengatakan, warga sangat ketakutan dengan kontak senjata antara kedua pihak yang bertikai sejak akhir tahun lalu. Pelayanan publik, seperti pendidikan, pun terganggu.
Yustinus mengungkapkan, pihaknya terpaksa meliburkan aktivitas belajar para siswa sekolah Katolik di tingkat taman kanak-kanak, sekolah dasar, hingga sekolah menengah pertama. "Warga dari sejumlah lokasi rawan kontak senjata, seperti Mbilusiga, Hitadipa, dan Sugapa Lama telah mengungsi ke rumah kerabatnya di kampung yang lebih aman dan ke pusat kota. Namun, kami belum mendata pengungsi karena jumlahnya yang banyak," ucap Yustinus.
Ia menambahkan, warga Intan Jaya berharap adanya jalan keluar untuk mengakhiri konflik antara kedua pihak. Warga sangat merindukan untuk kembali beraktivitas sehari-hari dengan aman.
Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal, mengatakan, situasi keamanan di ibu kota Intan Jaya telah kondusif pascakontak senjata dengan kelompok kriminal bersenjata pada Minggu. "Warga telah beraktivitas seperti biasanya pada Selasa ini. Tidak ada warga yang mengungsi karena mereka telah kembali ke rumahnya masing-masing," kata Ahmad.
Ia menambahkan, aparat kepolisian telah mengimbau warga agar tidak meninggalkan Sugapa untuk mengantisipasi apabila ada serangan susulan dari kelompok kriminal bersenjata tersebut.