Batam Antisipasi Dampak Jangka Panjang Virus Korona
Untuk sementara, dampak ekonomi akibat virus korona jenis baru belum terasa di Batam, Kepulauan Riau. Namun, sebagai daerah yang mengandalkan industri pariwisata dan ekspor, perekonomian Batam diprediksi akan terpukul.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Untuk sementara, dampak ekonomi akibat virus korona jenis baru belum terasa di Batam, Kepulauan Riau. Namun, sebagai daerah yang mengandalkan industri pariwisata dan ekspor, perekonomian Batam diprediksi akan terpukul jika penyebaran virus itu semakin tidak terkendali.
Direktur Promosi dan Humas Badan Pengusahaan (BP) Batam Dendi Gustinandar, Rabu (29/1/2020), mengatakan, dampak virus korona terhadap perekonomian belum terlihat. Namun, kewaspadaan terus ditingkatkan mengingat wilayah terdekat, yaitu Singapura dan Malaysia, sudah terjangkit virus itu.
”Saya belum melihat ada penurunan jumlah wisatawan asing. Pemerintah Batam selalu berusaha meyakinkan warga bahwa upaya pencegahan telah dilakukan maksimal. Itu bisa mencegah dampak (ekonomi) dari virus korona,” kata Dendi.
Industri pariwisata jadi sektor andalan di Batam. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, pada periode Januari hingga November 2019 ada 1,7 juta kunjungan wisatawan asing. Diperkirakan, 60 persen diantaranya berasal dari Singapura dan Malaysia.
Selama ini, industri pariwisata di Batam bergantung pada wisatawan yang transit dari Singapura dan Malaysia. Jika penyebaran virus korona di kedua negara itu semakin meluas, bukan tak mungkin pariwisata Batam juga akan terpukul.
”Ini baru hitungan hari jadi dampaknya memang belum terasa dan kami juga belum bisa melihat data,” ujar Dendi.
Menurut Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) Kepri Andika Lim, untuk sementara, kedatangan wisatawan dari China memang mandek total. Namun, dampaknya tidak signifikan karena jumlah wisatawan China hanya menyumbang kecil dari total kunjungan di Kepri.
Andika memperkirakan, saat Imlek ada sekitar 10.000 wisatawan China yang datang ke Batam. Jumlah itu terbilang kecil dibandingkan kunjungan dari wisatawan Singapura yang jumlahnya bisa mencapai 100.000 wisatawan per bulan.
Meskipun kecil, kata Andika, pertumbuhan kunjungan wisatawan China ke Batam cukup pesat. Hal ini terbukti dengan dibukanya tiga penerbangan langsung ke Shenzen, China, pada Desember 2019.
”Saya memperkirakan kunjungan wisatawan China akan pulih paling cepat empat bulan lagi. Namun, semuanya itu tergantung seberapa cepat mereka bisa mengatasi penyebaran virus itu,” kata Andika.
Saya memperkirakan kunjungan wisatawan China akan pulih paling cepat empat bulan lagi. Namun, semuanya itu tergantung seberapa cepat mereka bisa mengatasi penyebaran virus itu.
Hal senada dinyatakan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Batam Rafki Rasyid. Menurut dia, kelesuan ekonomi kemungkinan baru akan terasa jika penyebaran virus korona terus meluas dan belum bisa diatasi selama lebih dari enam bulan.
”Pengusaha tetap mewaspadai melemahnya pertumbuhan ekonomi global. Hal itu akan berdampak besar karena perekonomian Batam sangat bergantung pada ekspor,” kata Rafki.
Menurut Dendi, kepanikan merupakan dampak terburuk dari virus korona. Batam yang berada di perbatasan sering dikabarkan secara tidak benar bahwa telah terjangkit virus korona. Hal ini sangat merugikan karena akan membuat orang takut datang ke Batam.
”Warga Batam harus yakin dan percaya diri bisa tetap aman dari virus korona. Pemerintah sudah berupaya maksimal mencegah penyebaran virus,” ucap Dendi.
Sebelumnya, Wali Kota Batam Muhammad Rudi, Senin (27/1), mengatakan, penerbangan langsung dari Batam ke China dihentikan sampai waktu yang belum ditentukan. Dalam seminggu, ada tiga kali penerbangan langsung dari Shenzen ke Batam.
Pengusaha tetap mewaspadai melemahnya pertumbuhan ekonomi global. Hal itu akan berdampak besar karena perekonomian Batam sangat bergantung pada ekspor.
Sejumlah wisatawan China yang berada di Batam juga dipulangkan secara bertahap. Sebanyak 272 sudah dipulangkan dengan dua penerbangan sejak dua hari lalu. Diperkirakan, kini tinggal sekitar 128 wisatawan China yang masih berada di Batam.
Rudi juga meminta petugas kesehatan di pelabuhan untuk cermat mengawasi orang asing. Khusus penumpang feri dari Singapura, ia percaya relatif lebih aman karena pengawasan di Negeri Singa dinilai sangat ketat.
”Batam sedang membangun pariwisata, keinginan kami wisata tetap hidup dan virus korona bisa dicegah,” ujar Rudi
Sementara itu, Rafky berharap pengawasan ketat tidak hanya diberikan kepada wisatawan China, tetapi juga wisatawan Singapura dan Malaysia. Jika tidak segera diambil langkah tegas, ia khawatir Batam akhirnya juga akan tertular mengingat tingginya lalu lintas orang asing dari Singapura dan Malaysia.