Khawatir Terjangkit Virus Korona, Seorang Pasien di RSSA Malang Sempat Diisolasi
Pria (39), asal Malang, pasien RSSA Malang sempat diisolasi,karena diduga terjangkit virus korona.Setelah diperiksa, pasien tersebut dinilai tidak memenuhi kriteria suspek korona, sehingga dipindah ruangan per Rabu ini.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·4 menit baca
MALANG, KOMPAS – Seorang pria (39), asal Malang, pasien Rumah Sakit Umum Daerah Saiful Anwar (RSSA) Malang sempat diisolasi di ruang khusus karena diduga terjangkit virus korona. Setelah diperiksa, pasien tersebut dinilai tidak memenuhi kriteria terduga pasien dengan virus korona, lalu dipindahkan ke ruang rawat umum.
Pasien pria tersebut datang pada Selasa (28/01/2020) setelah dirujuk oleh sebuah klinik swasta di Malang. Ia dirujuk dengan dugaan Pneumia Corona virus.
Dugaan tersebut berdasarkan riwayat pasien di mana pada 24 Januari 2020 ditugaskan ke Hongkong. Namun, setibanya di bandara Hongkong, pasien tersebut langsung ditolak masuk oleh otoritas Bandara Hongkong. Pria tersebut langsung pulang dan tiba kembali di Indonesia pada Minggu (25/01/2020) pukul 16.00 WIB.
Pada Senin (26/01/2020) siang, pria tersebut batuk mengeluarkan dahak lalu diperiksakan ke klinik, sebelum kemudian dirujuk ke RSSA. Saat tiba di RSSA, pasien dalam kondisi sadar, dengan nafas 20 kali per menit, tensi 130/90, suhu 38 derajat celcius, nadi 100x per menit.
“Saat tiba di RSSA, kami menerimanya di Instalasi Gawat Darurat, di ruang dekontaminasi, kemudian dipindahkan ke ruang isolasi sambil observasi. Setelah dilakukan observasi, foto torax, dan sebagainya, akhirnya ketahuan pasien tersebut tidak masuk kriteria suspek virus korona. Lalu kemudian pasien kami pindahkan dari ruang khusus ke penanganan biasa,” kata Direktur RSSA Malang Kohar Hari Santoso, Rabu (29/01/2020).
Oleh karena tidak masuk kriteria suspek, maka menurut Kohar, tidak dilakukan tes usap tenggorok terhadap pasien. Tes usap tenggorok dilakukan pada pasien yang masuk kriteria suspek.
Saat tiba di RSSA, kami menerimanya di Instalasi Gawat Darurat, di ruang dekontaminasi, kemudian dipindahkan ke ruang isolasi sambil observasi. Setelah dilakukan observasi, foto torax, dan sebagainya, akhirnya ketahuan pasien tersebut tidak masuk kriteria suspek virus korona (Kohar Hari Santoso)
Kohar mengatakan, tim RSSA Malang menyimpulkan pasien tidak masuk kriteria terduga virus Korona, karena dia tidak memiliki riwayat kontak dengan pasien Korona ataupun petugas kesehatan daerah endemis Korona.
“Dia ada riwayat pergi ke Hongkong, tapi di bandara tidak boleh masuk dan pulang lagi. Tidak ada kontak dengan pasien atau dengan petugas yang merawat pasien Korona. Pada posisi itu, maka tidak memenuhi kriteria suspek,” Kohar.
Menurut Kohar, memang semua orang sedang ketakutan dengan virus korona. Namun ia berharap tidak ada kepanikan. “Banyak negara rupanya sedang tertutup, akibat virus Korona ini. Banyak orang takut. Semua memang harus waspada, tapi tetap tidak boleh panik berlebihan,” katanya.
Kohar mengatakan, sejak virus Korona merebak, RSSA Malang sudah membentuk tim khusus untuk menangani hal itu. “Sebanyak 15 dokter spesialis mulai dari penyakit dalam, paru, mikrobologi, patologi klinik, anestesi, ICU dan lainnya disiapkan menjadi sebuah tim gabungan untuk menghadapi kemungkinan pasien dengan virus Korona. Kesiapan ruangan isolasi, sarana prasarana seperti masker dan alat bantu nafas juga telah siap,” katanya.
Adapun terkait enam mahasiswa asal Universitas Negeri Malang (UM) yang terisolasi di asrama kampus di Guangxi, China, pihak kampus hingga kini terus memantau perkembangan yang ada. “Kami terus memantau kondisi mereka, semua aman, dan akan terus kami lihat perkembangan hingga minggu depan seperti apa,” kata Direktur Kantor Hubungan Internasional UM, Evi Eliyanah.
Sebelumnya diberitakan ada enam mahasiswa pertukaran pelajar asal UM saat ini menanti kepastian di China. Mereka adalah mahasiswa jurusan pendidikan bahasa Mandarin di Guangxi Normal University. Kondisi mereka saat ini sehat, meski mereka lebih banyak berdiam diri di asrama kampus, dan menanti kebijakan lebih lanjut dari pemerintah.
Guangxi adalah kota di selatan China, berbatasan dengan Vietnam. Beberapa waktu lalu ditemukan satu kasus warga terjangkit Virus Korona di sana.
Enam mahasiswa UM tersebut sedang belajar di Guangxi Normal University sejak September 2019, dan dijadwalkan selesai pada Juli 2020. Mereka ini mahasiswa pertukaran pelajar yang sudah rutin dilakukan oleh UM dan Guangxi Normal University sejak 3 tahun terakhir.
Para mahasiswa tersebut tinggal di asrama internasional (terpisah dengan asrama mahasiswa lokal) di Kota Guilin, bersama ratusan mahasiswa internasional lain. Menurut Evi, setiap orang keluar masuk asrama harus menjalani pengecekan suhu tubuh. Selain itu, masing-masing mereka menjalani cek kesehatan tiga kali sehari, mengkonsumsi makanan yang dikirim, dan mengkonsumsi multivitamin.
”Pasti ada kepanikan terhadap kondisi mereka, semoga situasi tidak menjadi momok menakutkan sehingga kita emosional dan tak bisa mengikuti prosedur yang ada," kata Evi.
Dalam kesempatan itu, dia juga mengungkapkan jika pihak UM terus berkoordinasi dengan pemerintah Indonesia melalui KBRI, dan menanti kebijakan pemerintah terkait warga negara Indonesia yang di sana.
Sebab, meski UM ingin enam mahasiswa ini keluar dari sana, belum tentu diizinkan. "Ini bukan lagi kasus orang per orang, tapi juga memikirkan stabilitas negara. Sehingga, kami mengikuti kebijakan negara,” ujarnya.