Mekar Sari Berdaya dengan Desa Wisata
Transformasi Desa Mekar Sari menjadi desa wisata mulai membuahkan hasil. Kunjungan turis membuka peluang usaha jasa rumah inap. Belasan keluarga mulai menikmati tambahan penghasilan dari tamu menginap di rumah mereka.
Simin (63) dan istrinya, Rakiyem (56), bersantai di serambi rumahnya, Minggu (29/12/2019) siang. Pasangan lansia itu asyik mengobrol dengan dua tetangga. Simin yang kembali dari kebun baru saja melepas kepergian satu keluarga tamu yang sebelumnya menginap di rumah itu.
”Tamu baru saja checkout pukul 11.00,” kata Simin, pemilik homestay Mbah Simin di Desa Mekarsari, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Jambi.
Pria yang kerap disapa Mbah Simin itu satu dari belasan warga Mekar Sari yang menjadikan rumahnya sebagai rumah inap atau homestay. Mbak Simin yang sehari-hari bekerja sebagai petani sayur mulai membuka rumah inap pada Oktober 2019.
Rumah inap yang dibuka penduduk Desa Mekar Sari dikenal dengan homestay Negeri di Atas Awan. Homestay tersebut dikelola unit wisata Badan Usaha Milik Desa Jaya Bakti di Desa Mekar Sari. Saat ini, rumah inap di Mekar Sari mencapai 18 rumah dengan 27 kamar.
Keberadaan rumah inap di Mekar Sari tidak lepas dari bertransformasinya desa itu menjadi desa wisata pada 2017. Keberadaan berbagai obyek wisata di Kerinci dan sekitarnya juga turut mendukung. Kunjungan para wisatawan dari berbagai daerah menumbuhkan peluang jasa rumah inap.
Kami mendapat sambutan hangat dari tuan rumah.
Menginap di rumah penduduk Desa Mekar Sari menghadirkan pengalaman unik. Pengunjung bisa merasakan sejuknya udara dan suasana kawasan pertanian di kaki Gunung Kerinci. Pemandangan hijau bisa pula dinikmati dengan berjalan-jalan ke kebun sayur dan kebun teh. Berkeliling desa dapat dilakukan dengan berjalan kaki, menggunakan ATV dan sepeda yang dirental di desa, ataupun kendaraan lain.
Sekitar 1 kilometer dari lokasi penginapan ada Bukit Cinta. Selain pemandangan perkebunan, pegunungan, dan permukiman, pengunjung dapat pula menyaksikan proses matahari terbit ataupun terbenam dari bukit ini. Di bukit, pengunjung bisa bermain wahana flying fox, belajar tentang pertanian dan pengolahan kopi, dan menikmati kuliner.
Selain itu semua, suasana kekeluargaan terasa di rumah inap. Para tamu dijamu dengan hangat seperti keluarga yang pulang ke kampung halaman. Pengunjung bisa berbaur dengan pemilik dan leluasa menggunakan fasilitas rumah seperti di rumah sendiri. Tuan rumah bisa juga diminta menyiapkan masakan untuk disantap tamunya.
”Kesan selama menginap mantap. Kami mendapat sambutan hangat dari tuan rumah,” kata Fauzan Andry (35), pengunjung dari Kabupaten Batanghari, Jambi. Fauzan bersama 13 anggota keluarga besarnya menginap di salah satu homestay di Mekar Sari untuk menikmati suasana desa pada libur akhir tahun kemarin.
Tambahan penghasilan
Membuka jasa rumah inap menjadi tambahan penghasilan bagi warga desa yang rata-rata bekerja sebagai petani. Para tuan rumah yang berkenalan dengan tamu juga merasa mendapatkan keluarga baru dari suasana kehangatan yang dibangun di homestay.
Mbah Simin, misalnya, tertarik menerima tawaran dari BUMDes Jaya Bakti untuk membuka jasa rumah inap karena bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Selain itu, tiga anaknya juga sudah berumah tangga dan memilih tinggal di rumah masing-masing. Keberadaan tamu setidaknya bisa meramaikan rumah yang ia huni bersama istri.
”Kami merasa mendapatkan keluarga baru. Yang tidak kenal menjadi kenal meskipun tamu hanya menginap semalam-dua malam. Rumah pun jadi tidak sepi,” ujar Mbah Simin.
Rumah Mbah Simin menyediakan dua dari tiga kamar di rumahnya untuk tamu. Satu kamar idealnya diisi dua orang, tetapi bisa pula ditambah dua atau tiga anak kecil. Harga sewa satu kamar sekitar Rp 150.000 per malam. Di rumah tersedia kamar mandi dengan shower dan toilet duduk.
Manfaat menjadikan rumah sebagai rumah inap dirasakan pula oleh Ayu Andira (26), pemilik homestay Pak Manto. Ibu muda tamatan SMA ini mulai menerima tamu sejak November 2019. Rumahnya menyediakan satu kamar bagi tamu dengan kapasitas empat orang (satu keluarga).
Sebagaimana Mbah Simin, Ayu juga menganggap tamu yang menginap sebagai keluarga jauh. Tamu dapat berbaur dengan tuan rumah, seperti ayah Ayu, suami, dan satu anaknya. Meskipun demikian, tuan rumah tidak akan ikut campur dengan urusan keluarga tamu.
Menurut Ayu, minat tamu berkunjung selama liburan akhir tahun sangat besar. Beberapa minggu selama periode libur, kamar rumahnya hampir selalu penuh. Tamu berasal dari berbagai daerah, seperti Jakarta, Kota Jambi, Tebo, dan Bungo.
”Setidaknya dapat penghasilan tambahan. Selama ini, kamar di rumah tidak semua termanfaatkan. Biaya pendidikan anak bisa terbantu,” kata Ayu.
Tidak hanya rumah inap, keberadaan desa wisata juga membuat usaha keripik keladi Ayu berkembang. Usaha keripik yang ditekuni sendiri sejak 2001 itu sekarang tidak hanya dijual di warung-warung. Para pengunjung desa juga tertarik menjadikannya sebagai oleh-oleh. Untuk memenuhi permintaan, Ayu merekrut dua tetangganya sejak 2018.
Respons positif
Enang Dwi Sefianto, Manajer Homestay Negeri di Atas Awan, mengatakan, rumah inap di Desa Mekar Sari umumnya mulai menerima tamu pada November 2019. Dibukanya rumah inap tersebut mendapatkan respons positif dari para tamu. Pada minggu terakhir Desember 2019, misalnya, keterisian kamar mencapai 100 persen.
Menurut Enang, mayoritas tamu yang datang dan menginap di Desa Mekar Sari adalah keluarga. Mereka ada yang menginap karena ingin merasakan suasana di desa, ada pula menginap karena sedang berkunjung ke obyek wisata yang relatif dekat dari desa.
”Para tamu membawa keluarga mereka menginap. Di homestay, anak-anak bisa lebih bebas dibandingkan di hotel,” kata Enang.
Sebagai pengelola, BUMDes Jaya Bakti membantu pemilik rumah inap dalam melengkapi fasilitas, seperti tempat tidur dan kamar mandi yang layak. Pemilik rumah inap juga dibekali dengan pelatihan terkait hospitality atau keramahan dalam melayani tamu. Pengelola bermitra dengan pihak ketiga, yakni Pariwisata Jambi, untuk urusan promosi dan pemasaran.
Kamar yang tersedia di rumah inap juga bisa dipesan melalui daring di aplikasi booking.com dan agoda.com. Calon tamu bisa pula memesan langsung kepada pengelola. Dalam kerja sama ini, pemilik rumah mendapat bagian 70 persen, pengelola 10 persen, Pariwisata Jambi 10 persen, dan aplikasi 10 persen.
Pemberdayaan
Desa Wisata Mekar Sari merupakan salah satu desa yang mendapat program Pilot Inkubasi Inovasi Desa-Pengembangan Ekonomi Lokal dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT). CV Alko Sumatera Coffee di Kayu Aro dipercaya sebagai inkubator Desa Wisata Mekar Sari.
Direktur CV Alko Sumatera Coffee Suryono mengatakan, Desa Wisata Mekar Sari diharapkan dapat memberdayakan masyarakat sekitar. Pengembangan potensi lokal dengan melibatkan masyarakat sekitar diyakini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
Sebagian masyarakat di Desa Mekar Sari menggantungkan hidup dari sektor pertanian. Seiring bertambahnya jumlah penduduk dan berkurangnya produktivitas tanah, kebutuhan akan lahan pertanian baru semakin besar. Hutan-hutan di sekitar, seperti di kaki Gunung Kerinci, semakin terancam.
Akhirnya, masyarakat tidak tertarik lagi buka lahan baru.
Pemanfaatan potensi lokal, misalnya rumah inap untuk mendukung desa wisata, kata Suryono, diharapkan menjadi alternatif untuk menopang perekonomian masyarakat di kemudian hari. ”Akhirnya, masyarakat tidak tertarik lagi buka lahan baru,” kata Suryono.
Selain itu, karakter masyarakat juga diharapkan turut berubah dengan adanya program ini. Dalam pembukaan rumah inap, misalnya, masyarakat menjadi lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan.
Pemilik rumah harus senantiasa menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitarnya agar pengunjung nyaman. Toilet dibersihkan secara berkala, sampah-sampah disingkirkan, begitu pula dengan berbagai benda yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. Kebersihan lingkungan itu pada akhirnya turut berkontribusi dalam peningkatan taraf kesehatan masyarakat.
Tertarik untuk menikmati suasana perdesaan di Desa Wisata Mekar Sari?