Dua arca ditemukan di Dusun Kalijeruk II, Desa Widodomartani, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kedua arca berupa Nandi dan Agastya itu diduga berasal dari abad ke-9. Di sekitar lokasi, diduga juga ada sebuah candi.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Dua arca ditemukan di Dusun Kalijeruk II, Desa Widodomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kedua arca berupa Nandi dan Agastya itu diduga berasal dari abad ke-9. Ekskavasi akan dilakukan untuk mengetahui potensi keberadaan candi di wilayah tersebut.
”Ini merupakan peninggalan Hindu karena bisa dipastikan itu Arca Nandi dan Agastya. Kira-kira abad ke-9. Rentangnya mulai dari 801-899. Itu dari zaman Mataram Kuno,” kata Kepala Unit Penyelamatan, Pengembangan, dan Pemanfaatan Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta (BPCB DIY) Muhammad Taufik di lokasi penemuan arca, Rabu (28/1/2020).
Kedua arca itu ditemukan Yuliyanto (33), pengendali backhoe, saat melakukan penggalian di atas tanah kas desa, Selasa (27/1) pagi. Tanah itu digali untuk dijadikan tempat pembuangan kotoran sapi. Ketika menggali kurang lebih sedalam 4 meter, cangkul backhoe seperti menghantam batu.
”Ternyata, setelah diangkat dan dibersihkan, ini batu arca yang bentuknya berwujud manusia. Tidak jauh dari arca itu, ada arca lain yang berbentuk seperti sapi,” kata Yuliyanto.
Penggalian pun dihentikan sementara. Temuan arca kemudian dilaporkan ke Kepolisian Sektor Ngemplak. Aparat kepolisian bergegas memasang garis polisi untuk mengamankan tempat penemuan arca. Adapun temuan itu segera diberitahukan kepada BPCB DIY.
Arca berwujud manusia disebut Arca Agastya, sedangkan arca berwujud sapi disebut Arca Nandi. Arca Agastya memiliki panjang sekitar 30 sentimeter (cm), lebar 20 cm, dan tinggi 80 cm. Sementara, Arca Nandi tingginya sekitar 40 cm, panjang 60 cm, dan lebar 30 cm.
Kedua arca itu masih terlihat bagus bentuknya sehingga mudah diidentifikasi. Misalnya, Arca Agastya tampak jelas seperti seorang pria berjenggot dengan perut buncit sedang membawa kendi. Hanya saja, bagian tangan kanan dari arca tersebut sudah patah.
Taufik menjelaskan, pada sebuah candi Hindu, biasanya terdapat lima arca, yaitu Agastya, Nandiswara, Durga, Ganesha, dan Mahakala. Kelima arca itu ditempatkan di lima arah mata angin. ”Sekarang sudah ditemukan satu, yaitu Agastya. Ini masih ada empat yang belum ditemukan dan perlu dicari,” ujarnya.
Tidak jauh dari kedua arca itu terdapat batuan yang menyerupai struktur bangunan candi terpendam di dalam tanah. Sebagian batu sudah dikeluarkan. Batuan itu bentuknya seperti balok dengan panjang 50-60 cm, lebar sekitar 30 cm, sedangkan tingginya sekitar 20 cm. Beberapa batu ada yang tampak sudah pecah.
Narto (56), warga Dusun Kalijeruk II, menuturkan, keberadaan batuan balok yang menyerupai struktur bangunan candi sudah ada sejak lama. Ia pertama kali mengetahuinya sekitar tahun 1985. Kala itu, ia tengah mencari batuan untuk dijadikan fondasi rumah.
”Saya lihat sudah lama. Tempatnya, ya, memang di sini saja. Waktu itu saya biarkan saja. Saya juga tidak melaporkan ke polisi ataupun mengambilnya,” kata Narto.
Taufik mengungkapkan, keberadaan batuan balok itu menguatkan dugaan adanya candi di sekitar tempat itu. Selain itu, terdapat pula aliran mata air dengan jarak 20 meter dari lokasi penemuan. Menurut dia, mata air juga merupakan indikator keberadaan candi.
Akan tetapi, Taufik menyatakan, seberapa besar ukuran candi belum bisa diketahui. Berdasarkan ukuran arca yang ditemukan, ia menduga ukuran candi tidak besar. Ia memperkirakan, candi itu hanya sekadar candi perwara atau candi pengiring.
”Ini asumsi pertama. Mungkin ini adalah candi perwara atau pengiringnya, tetapi masih ada candi induknya. Seberapa besar ukuran candi nantinya baru bisa ditentukan jika sudah dilakukan ekskavasi,” kata Taufik.
Taufik mengatakan, meski ekskavasi sudah direncanakan, kegiatan itu bisa terganggu musim hujan. Pekerjaan bisa terhambat karena galian terendam air dari hujan deras yang terus-menerus terjadi. Untuk itu, waktu yang paling memungkinkan untuk memulai ekskavasi adalah saat musim kemarau.