Medali perunggu menjadi target realistis yang ditetapkan oleh tim basket kursi roda Indonesia saat bertanding di ASEAN Para Games 2020. Indonesia menilai, tim Thailand masih menjadi tim terkuat disusul oleh Malaysia.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·3 menit baca
SOLO, KOMPAS – Tim basket kursi roda Indonesia memasang target realistis dalam ASEAN Para Games 2020 di Filipina, yaitu meraih satu medali perunggu. Saat ini, kekuatan tim basket kursi roda Indonesia masih di bawah Thailand dan Malaysia.
“Masih ada kesempatan masuk final, tetapi kami pasang target realistis, medali perunggu. Ini karena Thailand dan Malaysia masih diatas kita,” kata koordinator pelatih tim basket kursi roda Indonesia untuk ASEAN Para Games 2020 Dika Pramudita seusai memimpin latihan fisik di Stadion Sriwedari, Solo, Jawa Tengah, Selasa (28/1/2020).
Menurut Dika, pada ASEAN Para Games 2020, tim basket kursi roda Indonesia akan berlaga pada dua nomor, yaitu 3x3 dan 5 on 5. Medali perunggu diharapkan direbut pada nomor 5 on 5. Target perunggu dinilainya realistis mengingat Indonesia masih relatif baru mengembangkan olahraga basket kursi roda, yaitu dimulai dengan membentuk tim nasional ketika menjadi tuan rumah Asian Para Games 2018 di Jakarta.
Sementara itu, negara-negara lain yang akan dihadapi dalam ajang ASEAN Para Games, seperti Malaysia dan Thailand sudah jauh lebih lama mengembangkan cabang olahraga ini di negara mereka masing-masing. “Indonesia baru saja membentuk tim, mereka sudah 20 tahun mengembangkan basket kursi roda. Saat ini Thailand menjadi paling kuat di Asia Tenggara,” ujar Dika.
Menurut Dika, Thailand dan Malaysia masih menjadi lawan terberat yang sulit ditaklukkan. Hal itu terlihat saat menjalani uji coba di Thailand beberapa waktu lalu. Perkembangan tim Malaysia dan Thailand masih di atas tim pelatnas basket kursi roda Indonesia.
Dalam perebutan perunggu ASEAN Para Games, tim basket kursi roda Indonesia lebih mewaspadai tim tuan rumah. “Kami mewaspadai Filipina karena faktor tuan rumah. Ini kan olahraga permainan, jadi akan ada faktor dukungan suporter tuan rumah yang biasanya lebih banyak,” ujar Dika.
Untuk mengantisipasi hal itu, para atlet menjalani program penguatan mental oleh tim psikolog. Selain itu, para atlet juga menjalani program uji tanding ke luar negeri untuk menambah jam terbang kompetisi sekaligus memperkuat mental bertanding.
Menurut Dika, mendekati pelaksanaan ASEAN Para Games yang akan digelar 20-28 Maret, saat ini latihan untuk mematangkan taktik dan strategi permainan terus diperkuat. Disamping itu, atlet juga menjalani latihan fisik. “Ada sisi positif dengan mundurnya ASEAN Para Games, persiapan menjadi agak lebih lama sehingga ada penambahan waktu untuk lebih mematangkan tim,” katanya.
Danu Kuswantoro (27), atlet basket kursi roda, mengatakan, para pemain saat ini sudah siap bertanding karena sudah menjalani pemusatan latihan sejak Mei 2019. Meskipun suasana hati para atlet sempat anjlok karena mundurnya pelaksanaan ASEAN Para Games, namun kini semangat atlet telah bangkit kembali. “Sekarang tinggal menjaga kondisi fisik dan konsistensi bermain di setiap latihan. Ketenangan sama komunikasi di tim masih harus ditingkatkan,” ujarnya.