Aksesibilitas Bandara Internasional Yogyakarta Ditingkatkan
Bandara Internasional Yogyakarta di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, ditargetkan beroperasi secara penuh 29 Maret 2020. Pemerintah terus meningkatkan aksesibilitas dengan menambah armada transportasi.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
WATES, KOMPAS — Bandara Internasional Yogyakarta di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, ditargetkan beroperasi secara penuh mulai 29 Maret 2020. Menjelang pengoperasian secara penuh, pemerintah terus meningkatkan aksesibilitas dengan menambah jumlah armada transportasi darat dan kereta api ke bandara tersebut.
”Untuk masalah aksesibilitas, memang ada tahapannya. Sekarang ini sudah ada (minibus) Damri dan kereta api,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi seusai mendampingi Presiden Joko Widodo meninjau Bandara Internasional Yogyakarta, Jumat (31/1/2020).
Bandara Internasional Yogyakarta merupakan bandara baru di wilayah DIY yang akan digunakan untuk menggantikan Bandara Internasional Adisutjipto di Kabupaten Sleman, DIY, yang dinilai tak lagi memadai. Sejak Mei 2019, BIY sudah beroperasi secara terbatas. Namun, sampai sekarang, proses pembangunan bandara masih berlangsung.
Budi Karya menyatakan, Bandara Internasional Yogyakarta direncanakan diresmikan pada 29 Maret 2020. Mulai hari itu, bandara tersebut dijadwalkan beroperasi secara penuh. Selain itu, penerbangan yang menggunakan pesawat bermesin jet di Bandara Internasional Adisutjipto juga akan dipindah ke Bandara Internasional Yogyakarta.
Dengan kondisi tersebut, jumlah penerbangan di Bandara Internasional Yogyakarta akan meningkat drastis sehingga aksesibilitas ke bandara itu mesti ditingkatkan. Isu aksesibilitas ini penting karena jarak Bandara Internasional Yogyakarta cukup jauh dari pusat Kota Yogyakarta, yakni sekitar 40 kilometer (km). Perjalanan menggunakan mobil dari pusat Kota Yogyakarta ke bandara itu butuh waktu sekitar 1,5 jam.
Budi memaparkan, untuk memudahkan masyarakat yang menggunakan pesawat terbang di Bandara Internasional Yogyakarta, dibutuhkan integrasi antarmoda transportasi. Oleh karena itu, pemerintah terus berupaya menambah jumlah armada transportasi darat dan kereta api dari dan ke Bandara Internasional Yogyakarta.
Pada Kamis (30/1/2020), misalnya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) bekerja sama dengan Perum Damri membuka lima rute baru menuju Bandara Internasional Yogyakarta. Lima rute itu akan dilayani dengan minibus milik Damri.
Dari lima rute itu, dua rute di antaranya melewati wilayah Kabupaten Sleman dengan headway atau jarak waktu antarkendaraan sekitar 20 menit. Tiket untuk dua rute itu masih disubsidi Kemenhub sehingga penumpang hanya membayar Rp 25.000 sekali jalan.
Sementara itu, tiga rute lainnya melewati wilayah Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Borobudur yang mencakup beberapa destinasi wisata, misalnya Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah; kawasan Bukit Menoreh di Kulon Progo; dan kawasan Malioboro di Kota Yogyakarta.
Angkutan di tiga rute itu memiliki headway 30 menit dengan ongkos tiket Rp 21.000 hingga Rp 25.000. Harga tiket tersebut tergolong murah karena juga disubsidi oleh Kemenhub.
Selain lima rute tersebut, Damri juga memiliki lima rute lain yang menghubungkan wilayah Yogyakarta ke Bandara Internasional Yogyakarta. Namun, ongkos tiket untuk rute-rute tersebut tidak disubsidi sehingga lebih mahal, yakni Rp 70.000 sekali jalan. Damri juga mempunyai minibus dengan rute Bandara Internasional Yogyakarta ke Magelang serta Bandara Internasional Yogyakarta ke Kabupaten Kabumen, Jawa Tengah.
Budi menambahkan, frekuensi kereta api menuju Bandara Internasional Yogyakarta juga ditambah. Menurut Budi, saat ini, ada kereta api dari Stasiun Tugu, Yogyakarta, ke Stasiun Wojo di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Dari Stasiun Wojo, masyarakat bisa melanjutkan perjalanan ke Bandara Internasional Yogyakarta menggunakan minibus milik Damri dengan waktu tempuh 10 menit.
”Dulu, kereta api itu headway-nya tidak beraturan. Sekarang saya pastikan headway-nya 1 jam,” kata Budi.
Budi memaparkan, ke depan, juga akan ada kereta api yang langsung sampai ke kawasan Bandara Internasional Yogyakarta sehingga waktu tempuh dari Yogyakarta ke Bandara Internasional Yogyakarta bisa disingkat menjadi 45 menit. Selain itu, Bandara Internasional Yogyakarta juga direncanakan terkoneksi dengan jalan tol. ”Jadi, setelah ada tol dan kereta api, waktu perjalanan dari bandara ini ke Yogyakarta hanya 45 menit,” ujarnya.
Presiden Joko Widodo mengatakan, sesudah selesai 100 persen, Bandara Internasional Yogyakarta akan memiliki terminal dengan luas 219.000 meter persegi. Terminal bandara tersebut diperkirakan bisa menampung 20 juta penumpang per tahun. Jumlah itu jauh melebihi volume penumpang Bandara Internasional Adisutjipto sekitar 8,4 juta per tahun.
Oleh karena itu, Presiden meyakini Bandara Internasional Yogyakarta bisa mendatangkan wisatawan lebih banyak ke DIY dan sekitarnya. ”Ini harus diarahkan agar makin banyak penerbangan-penerbangan baru yang membawa turis sebanyak-banyaknya ke Yogyakarta dan sekitarnya,” kata Presiden.
Dalam kesempatan itu, ia juga mengapresiasi pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta yang berlangsung dalam waktu cepat. Sampai saat ini, pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta baru berlangsung sekitar 20 bulan. ”Kecepatan dalam membangun bandara ini patut diapresiasi karena 20 bulan itu bukan waktu yang lama, tetapi bisa dikerjakan,” ujar Presiden.
Manajer Proyek Pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta PT Angkasa Pura I, Taochid Purnomo Hadi, mengatakan, hingga kini, pembangunan bandara tersebut sudah mencapai 92,7 persen. Ia menyebut, hampir semua gedung di Bandara Internasional Yogyakarta sudah selesai pembangunannya. Saat ini, pelaksana proyek sedang menyelesaikan pengerjaan atap bangunan bandara, area check-in, dan pemasangan dekorasi.