Pembatasan penerbangan masuk ke China diduga ikut mendorong sebagian turis asal China memperpanjang liburan di Indonesia. Di Candi Borobudur, misalnya, jumlah pengunjung asal China beberapa hari ini justru selalu tinggi.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS - Pembatasan penerbangan masuk ke China diduga ikut mendorong sebagian turis memperpanjang lama kunjungannya di Indonesia. Di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, misalnya, jumlah pengunjung asal China dalam sepekan terakhir justru selalu tinggi.
General Manager Taman Wisata Borobudur, I Gusti Putu Ngurah Sedana, mengatakan, sepekan terakhir, lebih dari 50 orang wisatawan asing asal China berkunjung ke candi tersebut setiap hari. Ia menduga, sebagian wisatawan tersebut adalah warga China yang belum bisa pulang ke negaranya.
“Karena aktivitas penerbangan ke China ditutup, mereka yang sudah terlanjur datang ke Indonesia, mungkin memperpanjang lama kunjungan dan akhirnya menghabiskan waktu berwisata ke sejumlah obyek wisata, termasuk ke Candi Borobudur,” ujarnya, Jumat (31/1/2020).
Selama 1-30 Januari 2020, jumlah wisatawan dari China mencapai 1.106 orang. Jumlah terbanyak terdapat pada 27 Januari, mencapai 126 orang. Pada tiga hari sebelumnya, 24-26 Januari, termasuk pada hari raya Imlek 25 Januari, jumlah wisatawan pun mencapai lebih dari 100 orang per hari.
Putu mengatakan, jumlah pengunjung dari China memang biasa melonjak pada perayaan Imlek. Namun, hal itu biasanya hanya akan berlangsung selama satu hingga dua hari saja. Namun, tiga hari terakhir, jumlah pengunjung asal China masih cukup banyak berkisar 73-83 orang per hari.
Untuk mengantisipasi virus korona, Putu mengatakan, pihaknya selalu menyiapkan 300-500 masker gratis bagi pengunjung. Kendati demikian, pemakaian masker tidak diwajibkan.
“Kami tidak mewajibkan karena kewajiban memakai masker justru akan membuat pengunjung khawatir dan mengesankan kawasan Borobudur adalah kawasan berbahaya, seperti sedang berjangkit virus korona,” ujarnya.
Wisatawan asing yang kurang sehat dengan gejala-gejala tertentu, bisa langsung menjalani pemeriksaan kesehatan di dekat loket. (I Gusti Putu Ngurah Sedana)
Masker ini banyak diambil oleh para wisatawan asing terutama dari negara-negara Asia. Namun, sebaliknya, wisatawan domestik justru mengabaikannya.
Selain menyediakan masker, Putu mengatakan, pihaknya pun meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan, dengan menyiapkan tenaga medis di loket khusus wisatawan mancanegara. “Wisatawan asing yang kurang sehat dengan gejala-gejala tertentu, bisa langsung menjalani pemeriksaan kesehatan di dekat loket,” ujarnya.
Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kabupaten Magelang Soni Warsono, mengatakan, selama Januari ini, jumlah wisatawan China yang meminta pendampingan pemandu wisata untuk berwisata di Kabupaten Magelang, berkisar 30-50 orang per hari. Namun, kepada para pemandu, para wisatawan itu mengaku tidak berasal dari China.
“Kebanyakan wisatawan China yang kami dampingi malah mengaku berasal dari negara-negara di Asia Tenggara seperti Malaysia dan Singapura,” ujarnya.
Soni mengakui, pihaknya tidak pernah mengecek akurasi asal negara wisatawan dengan melihat paspor. Hal itu sengaja dilakukan untuk menghormati privasi wisatawan.
Sejak muncul berita merebaknya virus korona, Soni mengatakan, pihaknya berupaya melakukan antisipasi dengan mewajibkan seluruh pramuwisata memakai masker. Namun, setelah berjalan selama tiga hari, kewajiban pemakaian masker kemudian justru dibatalkan karena dirasa kurang sopan dan kurang menghormati wisatawan yang didampingi.