Pemerintah daerah mewaspadai banjir bandang dampak kebakaran lahan dan hutan di lereng gunung yang terjadi pada musim kemarau 2019 lalu.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS - Pemerintah daerah mewaspadai banjir bandang dampak kebakaran lahan dan hutan di lereng gunung yang terjadi pada musim kemarau 2019 lalu. Dalam sepekan terakhir, dua kali banjir bandang menerjang wilayah Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, dan sekali melanda Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Namun, banjir di Kecamatan Dau, Kamis (30/1/2020) malam, memutus jalan penghubung Desa Gading Kulon dan Selorejo. Jembatan di Sungai Metro yang baru diresmikan Oktober 2019 lalu itu putus akibat fondasinya tergerus air bercampur lumpur.
Lereng Gunung Buthak beberapa bulan lalu terbakar. Karena ada hujan deras, akibatnya material turun.
Sebelumnya, peristiwa serupa terjadi di Dusun Bulurejo, Desa Petungsewu, Dau, pada 24 Januari. Air bah membawa material batu, lumpur, dan potongan kayu menerjang jalan desa akibat sungai setempat meluap. Beberapa orang luka ringan akibat peristiwa ini dan lima sepeda motor sempat terseret air.
Camat Dau Eko Margianto mengatakan, selain curah hujan tinggi, banjir yang menerjang wilayahnya juga akibat dampak kebakaran hutan di daerah hulu sungai. “Lereng Gunung Buthak beberapa bulan lalu terbakar. Karena ada hujan deras, akibatnya material turun,” ujar Margianto, di lokasi perbaikan jembatan penghubung Desa Gading Kulon-Selorejo, Jumat.
Untuk mengantisipasi banjir susulan, Margianto mengatakan, ada penanganan darurat, rencana jangka pendek, dan rencana jangka panjang. Penanganan darurat dilakukan dengan kerja bakti membuat jembatan darurat dari bambu.
Adapun untuk rencana jangka pendek, pihaknya akan meningkatkan frekuensi pengecekan ke hulu sungai, terutama saat mendung tebal. Sementara, rencana jangka panjang mencakup penghijauan di kawasan hulu dengan melibatkan sejumlah pihak.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Malang Romdhoni mengatakan, selain badan jembatan putus, air sungai juga membuat dam penahan di bawahnya hilang tergerus air. Akibatnya, dasar Sungai Metro di lokasi makin curam. “Nilai kerugian Rp 400 juta untuk jembatannya saja,” katanya.
Pembuatan jembatan darurat dari bambu diharapkan rampung dalam dua hari. Menurut Romdhoni, jembatan yang putus bukan berada di jalur utama. Namun, jalan itu menjadi akses warga dan wisatawan ke kebun jeruk. "Jalur utamanya memutar,” katanya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang Bambang Istiawan mengatakan, ada beberapa lereng gunung di wilayahnya yang terbakar pada musim kemarau lalu dan dampaknya perlu diwaspadai saat musim hujan tiba. Selain di Buthak, gunung lain yang mengalami kebakaran lahan cukup masif adalah Arjuno.
Sementara itu, banjir bandang di Desa Krisik, Kecamatan Gandusari, Blitar, yang berada di lereng Gunung Kawi, Kamis (30/1) sore, menyebabkan dua jembatan dari kayu rusak, 14 ekor babi hanyut, dan delapan hektar sawah terendam.
Kepala BPBD Kabupaten Blitar Ahmad Cholik meluruskan kabar yang beredar jika banjir membuat warga terisolasi. “Tidak ada warga yang terisolasi. Kemarin saat banjir saja warga tidak bisa lewat. Peristiwanya juga singkat, hanya beberapa jam, setelah itu surut,” katanya.
BPBD Kabupaten Blitar mengimbau warga waspada, khususnya yang beraktivitas di alur sungai yang berhulu di lereng yang pernah mengalami kebakaran lahan pada musim kemarau lalu. Dikhawatirkan, air bah tiba-tiba datang.