Satu pasien terduga terinfeksi virus korona jenis baru lolos dari pantauan petugas kesehatan di Pelabuhan Batam Centre, Kepulauan Riau. Hal ini menunjukkan masih ada celah dalam upaya antisipasi penanganan virus itu.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Satu pasien terduga terinfeksi virus korona jenis baru lolos dari pantauan petugas kesehatan di Pelabuhan Batam Centre, Kepulauan Riau. Hal ini menunjukkan masih ada celah dalam upaya antisipasi penanganan virus korona jenis baru itu di Indonesia.
Sebelumnya, RM (40), warga negara Indonesia yang bekerja sebagai anak buah kapal tunda (tug boat) di Singapura diduga terjangkit virus korona. Ia mengalami demam dan sesak napas sejak berada di Singapura, tetapi tidak terdeteksi alat pemindai suhu tubuh saat tiba di Pelabuhan Batam Centre, Rabu (29/1/2020).
Kalau sudah begitu, memang tidak ada lagi yang bisa dilakukan untuk mendeteksi.
Kepala Dinas Kesehatan Kepulauan Riau Tjetjep Yudiana, Jumat (31/1/2020), mengatakan, hal itu bisa terjadi karena kemungkinan RM mengonsumsi obat demam sebelum menaiki feri. Suhu tubuh pasien terduga terinfeksi virus korona itu terpantau normal saat tiba di Batam.
”Kalau sudah begitu, memang tidak ada lagi yang bisa dilakukan untuk mendeteksi. Satu-satunya (cara) mendeteksi gejala (korona) memang menggunakan alat pemindai suhu tubuh itu,” kata Tjetjep.
Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Batam Achmad Farchanny menyatakan, jangan sampai kasus tersebut membuat warga terlampau khawatir. Upaya antisipasi virus korona jenis baru tidak hanya dilakukan dengan deteksi dini di pintu masuk internasional, tetapi juga melalui sosialisasi.
RM saat ini dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Embung Fatimah, Batam. Sampel cairan tenggorokan pasien, Kamis (30/1/2020), dikirim ke Jakarta untuk diteliti tim Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit. Hasilnya kemungkinan bisa diketahui dalam waktu dua hari ke depan.
”Pasien datang ke RS rujukan atas inisiatif sendiri karena merasa khawatir dengan kesehatannya. Kesadaran itu menunjukkan upaya sosialisasi di Batam membuahkan hasil,” ujar Achmad.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam Didi Kusmarjadi menganggap, deteksi dini dengan hanya mengandalkan alat pemindai suhu tubuh memang memiliki kelemahan. Penumpang di pintu kedatangan yang berjubel tidak memungkinkan petugas untuk memantau kondisi mereka secara teliti.
”Seharusnya, penumpang dibariskan secara rapi saat suhu tubuhnya akan dipindai agar petugas kesehatan yang berjaga bisa melihat gejala penyakit di wajah penumpang satu per satu,” ucap Didi.
Di dalam kapal yang ditumpangi RM, diketahui ada 16 penumpang lain, empat di antaranya merupakan warga negara Indonesia dan sisanya adalah warga negara asing. Selain itu, ada juga delapan kru kapal yang saat itu bertugas. Keberadaan mereka semua tengah dilacak untuk dipantau kesehatannya.
Menurut Tjetjep, 24 orang itu rencananya akan dikarantina di Asrama Haji Batam Centre. Saat ini, delapan kru Feri Majestic yang ditumpangi RM telah berada di tempat itu. Jika RM dinyatakan positif terjangkit virus korona, orang yang menjalin kontak dengannya akan diobservasi selama 14 hari.
Menurut rencana, tempat karantina di Asrama Haji Batam Centre itu juga akan disiapkan untuk menampung warga Indonesia yang dipulangkan dari Wuhan, China. Sejumlah ruangan untuk 400 orang akan disiapkan. Terkait hal ini, Tjetjep menyatakan masih menunggu kepastian dari pemerintah pusat.