Kawasan Malioboro bukan hanya menjadi tujuan wisata dan sentra ekonomi di jantung Kota Yogyakarta.
Oleh
Haris Firdaus
·3 menit baca
Kawasan Malioboro bukan hanya menjadi tujuan wisata dan sentra ekonomi di jantung Kota Yogyakarta. Setiap Selasa Wage, jalan legendaris itu menjelma menjadi panggung budaya milik rakyat.
Begitu lantunan musik tradisional Jawa terdengar dari pelantang, lalu lalang orang di depan Kantor Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) seketika berhenti. Perhatian warga yang melintas di kawasan Malioboro pun langsung tersedot ke arah puluhan perempuan dan laki-laki yang melakukan flash mob di depan pintu gerbang.
Anak-anak muda berpakaian kasual itu membawakan Tari Golek Menak karya Sultan Hamengku Buwono IX (Raja Keraton Yogyakarta periode 1940-1988). Pertunjukan ini turut memeriahkan kegiatan Selasa Wage di kawasan Malioboro, Selasa (14/1/2020).
Hari Selasa Wage dalam penanggalan Jawa jatuh setiap 35 hari sekali. Hari itu dipilih sebagai hari libur pedagang kaki lima (PKL) di Malioboro karena makna khusus bagi masyarakat Yogyakarta. Selasa Wage bertepatan dengan hari lahir Sultan Hamengku Buwono (HB) X. Selain itu, Sultan HB X yang juga menjabat Gubernur DIY naik takhta sebagai raja pada hari Selasa Wage.
Pemberlakuan Selasa Wage sebagai hari libur PKL Malioboro dijalankan mulai 26 September 2017. Belakangan, ketika Pemerintah Provinsi DIY hendak melakukan uji coba aturan bebas dari kendaraan bermotor di Malioboro, dipilih pula hari Selasa Wage. Karena itu, saat ini, Selasa Wage tidak hanya menjadi hari libur PKL Malioboro, tetapi juga menjadi waktu uji coba aturan bebas dari kendaraan bermotor yang kemudian diisi berbagai pertunjukan seni budaya.
Tiap Selasa Wage, kawasan Malioboro yang biasa padat oleh pedagang kaki lima dan lalu lalang kendaraan berubah wajah. Sejak pukul 14.00 hingga 21.00, dari depan Hotel Grand Inna Malioboro hingga ujung selatan di Titik Nol Kilometer, kawasan ini menjadi lengang dari PKL dan pengendara. Beragam pertunjukan seni budaya, termasuk gerak massal serempak atau flash mob tari tradisional dihadirkan pada hari itu. Jumlah pengunjung pun berlipat.
”Saya baru kali ini datang ke Malioboro pas Selasa Wage. Senang banget lihat ada banyak pertunjukan di sini,” ujar Ica Kinanti (27), warga Kabupaten Sleman, DIY.
Viral
Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Kridhamardawa, Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Notonegoro, yang menjadi organisator flash mob, menuturkan, kegiatan ini bertujuan memperkenalkan tari tradisional kepada masyarakat. Sepanjang kegiatan Selasa Wage, Keraton Yogyakarta sudah tiga kali menggelar flash mob tari tradisional.
Kegiatan ini diawali pada 18 Juni 2019. Saat itu ditampilkan Beksan Wanara, sebuah tarian dengan gerakan-gerakan kera. Aksi itu mendapat sambutan meriah masyarakat dan rekamannya viral di media sosial. Flash mob Beksan Wanara tak disangka telah meningkatkan antusiasme warga belajar menari.
”Setelah viral flash mob Beksan Wanara, banyak orang tertarik belajar menari. Awalnya mereka belajar Beksan Wanara, lalu dilanjutkan tari klasik gaya Yogyakarta,” ungkap menantu Sultan HB X itu.
Selain flash mob dari Keraton Yogyakarta, acara Selasa Wage pada Selasa (14/1) juga dimeriahkan sejumlah kegiatan budaya. Mulai dari pertunjukan musik, gelar wicara, edukasi budaya, pertunjukan tari, senam, hingga karnaval.
Ada pula pertunjukan yang mencitrakan keberagaman Yogyakarta lewat seni barongsai. Pertunjukan melibatkan lima kelompok barongsai di Yogyakarta dengan total penampil 150 orang.
”Segala kebutuhan untuk pementasan ditanggung swadaya. Kami mandiri semua,” kata Waluyo (52), pengurus Paguyuban Naga dan Barongsai Beskalan.
Selain menghibur masyarakat, acara Selasa Wage di Malioboro juga diharapkan menjadi daya tarik wisata baru. Ken Satya (30), warga Yogyakarta, menuturkan, selain menghibur, berbagai acara pada Selasa Wage itu juga menambah pengetahuan tentang aneka kesenian di daerahnya.
Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi berharap kegiatan Selasa Wage bisa memperkuat citra Malioboro sebagai ikon wisata Yogyakarta. ”Momen Selasa Wage juga diharapkan memberi ruang bagi wisatawan untuk bisa melihat seni tradisional secara tetap di Yogyakarta,” ujarnya.
Ajang Selasa Wage menawarkan nostalgia di kala Malioboro belum sepadat kini, sekaligus menggelorakan roh berkebudayaan yang dulu kencang berpacu di ruas jalan itu. Nuansa yang coba menyahut penggalan lirik lagu Yogyakarta dari grup musik KLa Project, ”Nikmati bersama suasana Jogja....”