Pemerintah pusat diharapkan segera menemui warga untuk meredakan kekhawatiran terkait karantina warga negara Indonesia yang dipulangkan dari Wuhan, China, di Natuna.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
RANAI, KOMPAS — Pemerintah pusat diharapkan segera menemui warga untuk meredakan kekhawatiran terkait karantina warga Indonesia yang baru dipulangkan dari Wuhan, China. Sebagian warga di Kota Tua Penagi, Kecamatan Bunguran Timur, Natuna, Kepulauan Riau, mengungsi karena takut tertular virus korona jenis baru.
Ketua RT 001 Kota Tua Penagi, Yohanes Suprianto, Senin (3/2/2020), mengatakan, sebanyak 24 keluarga dari total 125 keluarga di Kota Tua Penagi mengungsi ke rumah kerabat mereka sejak Minggu, 2 Februari. Hal itu terjadi karena pemerintah sama sekali tidak menyosialisasikan adanya karantina 238 WNI dari Wuhan di Natuna.
Kurangnya informasi itu akhirnya menimbulkan kepanikan dan membuat sejumlah warga mengungsi ke tempat lain karena takut tertular. ”Kami memang takut, tetapi kami tidak menolak kedatangan mereka. Yang kami minta, pemerintah datang dan berbicara langsung dengan warga terkait karantina tersebut,” kata Yohanes.
Kota Tua Penagi merupakan permukiman yang paling dekat dengan tempat karantina. Jarak kedua lokasi itu kurang dari 1,5 kilometer.
Menurut Yohanes, pihak yang turun ke lokasi untuk menemui warga sejauh ini baru Dinas Kesehatan Kabupaten Natuna. Setiap hari mereka mengirimkan 350 masker untuk warga Kota Tua Penagi. Namun, saat ini bantuan obat-obatan dan alat kesehatan lain, seperti pembersih tangan dan suplemen vitamin, belum ada.
”Ketersediaan masker di Natuna terbatas. Jadi, warga disuruh memakai masker dua atau tiga kali, baru diganti kalau kondisi kami sedang sehat,” ujar Yohanes. Sejauh ini, belum ada sosialisasi tentang virus korona dan bagaimana penanganan yang dilakukan pemerintah kepada warga Natuna.
Agar ada petugas kesehatan yang ditempatkan di lokasi-lokasi yang dekat dengan tempat karantina sehingga kondisi warga bisa dipantau terus.
Salah satu warga di Kota Tua Penagi yang masih bertahan, Suradah (63), berharap pemerintah bisa memperbanyak bantuan alat kesehatan. Ia juga meminta agar ada petugas kesehatan yang ditempatkan di lokasi-lokasi yang dekat dengan tempat karantina sehingga kondisi warga bisa dipantau terus.
”Kami tidak marah atau menolak kedatangan WNI dari Wuhan. Kami hanya sedih karena tidak diperhatikan dan tidak diajak bicara terkait rencana karantina itu,” ucap Suradah.
Bupati Natuna Abdul Hamid Rizal hari ini berangkat ke Jakarta menemui Presiden Joko Widodo untuk menyampaikan keluhan warga tersebut. Salah satu poin yang akan disampaikan kepada Presiden adalah permintaan untuk memindahkan lokasi karantina ke tempat yang lebih jauh dari permukiman warga.
”Fasilitas di Rumah Sakit Terintegrasi Tingkat III Lanud Raden Sadjad itu tidak memadai. Jadi, saya heran, mengapa pemerintah memilih lokasi itu sebagai tempat karantina,” kata Abdul.
Sebagai antisipasi jangka pendek, Abdul memerintahkan dinas pendidikan setempat untuk meliburkan siswa SD dan SMP sampai proses karantina WNI dari Wuhan selesai. Selain itu, ia juga akan meminta kepada Presiden agar Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto bisa berkantor sementara di Natuna selama proses karantina berlangsung.
Terkait bantuan alat kesehatan, Kepala Kantor PMI Natuna Dede Muhammad Ramli menyatakan, sebanyak 20.000 masker telah dikirim dari Jakarta pada Minggu, 2 Februari. Pengiriman sempat terhambat karena pesawat kargo yang digunakan kelebihan muatan. Namun, diperkirakan bantuan tersebut akan tiba di Natuna pada Selasa, 4 Februari.