Pengembangan Kawasan Borobudur Mulai Dilakukan Tahun Ini
Berbagai perbaikan dan pembangunan fasilitas pendukung wisata di kawasan Candi Borobudur mulai dilaksanakan pada tahun ini. Total dananya diperkirakan mencapai lebih dari Rp 150 miliar.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Berbagai perbaikan dan pembangunan fasilitas pendukung wisata di kawasan Candi Borobudur mulai dilaksanakan pada tahun ini. Total dananya diperkirakan mencapai lebih dari Rp 150 miliar.
Pembangunan tersebut antara lain pembangunan empat gerbang identitas Borobudur, skywalk (semacam jalan layang untuk pejalan kaki) melintasi Candi Mendut-Candi Pawon-Candi Borobudur, pelebaran jalan masuk ke Candi Borobudur, serta penataan satu obyek wisata air di Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur.
”Semua proyek pembangunan akan dilaksanakan lewat sistem multiyears. Pembangunannya direncanakan berlangsung tahun 2020-2021,” ujar Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana Permukiman Wilayah I di Balai Prasarana Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Dwiatma Singgih Raharja Sabaris saat ditemui, Senin (3/2/2020).
Semula, Singgih mengatakan, pemerintah pusat sudah mengalokasikan dana sekitar Rp 118 miliar. Namun, karena pembangunan tersebut memerlukan pembebasan lahan, maka diperkirakan kebutuhan anggarannya membengkak berkisar Rp 40 miliar-Rp 50 miliar.
”Saat ini, kami masih terus menghitung detail kebutuhan lahan dan anggaran,” ujarnya.
Pembebasan lahan yang dibutuhkan mencapai sekitar 26.000 meter persegi. Pembebasan lahan tersebut diperlukan untuk pembangunan dua gerbang identitas Borobudur, skywalk, obyek wisata air, dan pembangunan fasilitas tangga di Sungai Elo.
Sembari menunggu pembebasan lahan, Singgih mengatakan, tahun ini pihaknya akan memulai membangun gerbang identitas Borobudur. Tiga gerbang nantinya dibangun di Kabupaten Magelang. Sementara satu gerbang lainnya akan dibangun di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Gerbang identitas Borobudur bakal menjadi penanda wisatawan sudah memasuki kawasan. Empat gerbang nantinya akan menampilkan empat patung sebagai ikon masing-masing, yaitu patung gajah, relief kapal Samudraraksa, kalpataru, dan singa.
Gerbang identitas Borobudur bakal menjadi penanda wisatawan sudah memasuki kawasan. Empat gerbang nantinya akan menampilkan empat patung sebagai ikon masing-masing, yaitu patung gajah, relief kapal Samudraraksa, kalpataru, dan singa.
Area gerbang terluas terdapat di Desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur, seluas hingga 20.000 meter persegi. Selanjutnya di daerah Klangon, Kulon Progo (10.687,83 meter persegi), Palbapang, Kecamatan Mungkid (5.540 meter persegi), dan Blondo, Kecamatan Mungkid (1.300 meter persegi).
Tidak sekadar menjadi penanda, Singgih mengatakan, di sekitar gerbang juga akan dibangun kawasan tempat istirahat (rest area) berikut fasilitas pendukungnya, seperti toilet, pusat kuliner, serta toko yang menjual suvenir dan beragam produk kerajinan yang menjadi potensi unggulan desa-desa di kawasan Borobudur.
”Kami berharap wisatawan semakin tahu tentang beragam potensi dan keunggulan wisata lain setempat, selain Candi Borobudur,” ujarnya.
Rohadi, perangkat Desa Kembanglimus, mengatakan, tanah seluas 2 hektar yang akan dijadikan sebagai gerbang dan tempat istirahat ialah tanah kas desa, yang selama ini hanya difungsikan sebagai lahan parkir. Oleh karena itu, masyarakat sangat antuasias jika lahan kemudian bisa dimanfaatkan untuk aktivitas yang lebih produktif.
Mendukung rencana tersebut, Rohadi mengatakan, pemerintah Desa Kembanglimus saat ini berencana melatih 10 warga miskin dengan keterampilan tertentu. Seusai pelatihan, mereka pun nantinya akan ditempatkan di kios-kios yang tersedia di tempat istirahat.
Sujadi, anggota DPR RI dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, yang berkunjung ke Borobudur, berharap semua aktivitas pembangunan fasilitas pendukung ini dapat ditangkap sebagai peluang bagi masyarakat untuk bergerak dan menciptakan aktivitas ekonomi baru di kawasan Borobudur.
”Masyarakat harus berpikir lebih cerdas menyikapi rencana pengembangan ini. Jangan sekadar pasrah dan beranggapan bahwa Kabupaten Magelang hanya mendapatkan rezeki dari uang parkir dan toilet wisatawan,” ujarnya.