Empat kebun raya yang berada di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dialihkelolakan kepada swasta. Kepentingan bisnis tak boleh kalahkan aspek konservasi.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
PASURUAN, KOMPAS - Bersamaan dengan peringatan ulang tahun ke-79 Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan, Jawa Timur, Minggu (2/2/2010), pengelolaan kebun raya itu diserahkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia kepada swasta, yakni PT Dyandra Media Internasional melalui PT Mitra Natura Raya.
LIPI berharap, selain mempertahankan semangat pelestarian, penelitian, pendidikan, jasa lingkungan, dan pariwisata, alih kelola bermanfaat lebih besar bagi masyarakat.
Menurut Kepala LIPI Laksana Tri Handoko, Kebun Raya Purwodadi seluas 85 hektar itu satu dari empat kawasan serupa yang dialihkan pengelolaannya ke swasta. Tiga lainnya adalah Kebun Raya Bogor di Bogor dan Kebun Raya Cibodas di Cianjur, Jawa Barat, serta Kebun Raya Eka Karya Bali di Tabanan, Bali.
Di Indonesia baru ada 37 kebun raya yang mayoritas dimiliki dan dikelola pemerintah kabupaten/kota.
Alih kelola untuk mengoptimalkan fungsi pendidikan, jasa lingkungan, dan pariwisata yang lebih merupakan domain atau keahlian swasta. Dengan begitu, staf LIPI akan lebih fokus pada pelestarian dan penelitian flora.
”Kami lebih jago dalam pengembangan ilmu, bukan dalam mengelola dan promosi obyek wisata,” ujar Laksana.
Alih kelola juga diharapkan menutupi sejumlah kekurangan dalam pengelolaan kebun raya sehingga bermanfaat lebih besar untuk masyarakat. PT Mitra Natura Raya (MNR) diharapkan membuat berbagai terobosan sehingga kunjungan ke kebun raya meningkat, terutama dari sekolah dan kampus, sehingga sejalan dengan misi mulia pelestarian keragaman flora nusantara.
Direktur Utama MNR Hendra Noor Saleh yang juga Presiden Direktur PT Dyandra Promosindo meluruskan berbagai isu kekhawatiran tentang alih kelola. Swasta tidak diizinkan membangun struktur besar baru. Jadi, tidak mungkin dibangun mal, apartemen, atau hotel untuk mendorong pendapatan.
”Bagaimana kebun raya yang mungkin dilihat biasa bisa menjadi luar biasa dengan penekanan pada layanan publik sehingga manfaatnya bisa dirasakan lebih besar oleh masyarakat,” kata Hendra.
Perawatan
Dengan alih kelola, penjualan tiket dan paket-paket wisata lebih dikembangkan. Saat ini sedang disiapkan paket wisata malam, larangan kawasan dimasuki mobil dan akan disediakan sepeda/becak, serta paket wisata pendidikan dengan pendampingan ahli.
Hendra juga memastikan pembibitan dan pemuliaan akan terus berjalan. Kebersihan kebun raya, termasuk dari rumput-rumput liar, juga jadi tanggung jawab mitra.
”Itu bagian dari layanan pada pengunjung. Pemeliharaan tanaman koleksi juga diperhatikan atas supervisi ahli botani agar tidak menyalahi tata cara,” katanya. Semua mensyaratkan persetujuan LIPI.
Laksana menyatakan, dalam keragaman tanaman, Indonesia terbagi menjadi 57 kawasan. Idealnya di setiap kawasan ada representasi kebun raya. Di Indonesia baru ada 37 kebun raya yang mayoritas dimiliki dan dikelola pemerintah kabupaten/kota.
Dari 37 kebun raya itu, hanya empat milik LIPI. Keempatnya memiliki karakter berbeda. Bogor mewakili keragaman tanaman dataran rendah basah, sedangkan Cibodas dataran tinggi basah. Purwodadi dataran rendah kering, sedangkan Eka Karya dataran tinggi kering.
Dalam waktu dekat, LIPI akan meresmikan Cibinong Science Center-Botanical Garden di Cibinong, Bogor.
Selain itu, LIPI berencana membangun enam kebun raya lagi. Satu akan ada di Ngada, NTT, lalu di Halmahera, Maluku Utara, dan dua di sekitar ibu kota negara baru di Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kaltim. ”Untuk kebun raya daerah, LIPI siap jadi mitra dan rujukan pengelolaan, tapi fokus konservasi dan penelitian,” ujarnya.
Menurut Kepala Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya LIPI Hendrian, koleksi tumbuhan di Purwodadi dikelompokkan dalam beberapa lanskap. Ada palem, paku, Taman Meksiko, bambu, tanaman obat, polong-polongan, area hutan, mangga, pisang, dan bunga kertas. Selain itu, koleksi anggrek dan hoya dalam rumah kaca dan bank biji.
Kebun Raya Purwodadi memiliki 12.400 spesimen tumbuhan, dikelompokkan dalam 2.049 spesies, 989 marga, atau 179 suku. Tanaman tertua sejak kebun raya didirikan LHM Baas Becking pada 30 Januari 1941 ialah juwet putih atau jamblang.